Secret (2) #Part 27: Hard Decision
Tautan cerita sebelumnya:
Prolog
https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part1-fdgowe858w
Bab 1. Surprising Summer
- https://steemit.com/indonesia/@diyanti86/secret2part2-g27qvckbgi
- https://steemit.com/indonesia/@diyanti86/secret2part3-mqcavg0dfv
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part4-293kkydyyx
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part5-vd2zcns68e
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part6-de81u40axu
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part7-7vcmh483me
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part8-9j1fg48id8
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part9-5xayq97l5r
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part10-19o1oibr6d
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part11-o41z4vq1pw
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part12-kkypmyfo93
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part13-a5lo8tyhwz
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/-3mtv3a7go1
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part15-gbb10tqwp3
- https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part16-ld447zp91v
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret2part17enlightencanberra-apy5jyi5t8
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret2part18enlightencanberra-ksbhuqxcnh
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret2part19istirahatsejenak-tnjpv8wszm
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret2part20istirahatsejenaklanjutan-ujtyethbyw
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret2part23berdamaidenganmasalalu-90vc2t3s6a
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret3part24berdamaidenganmasalalulanjutan-puzorbsnsq
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret2part25bersamamu-e26yn205qc
- https://steemit.com/steempress/@diyanti86/secret3part26bersamamulanjutan-9lj80lc48v
Berikut lanjutannya ...
Nemo, kucing kuning peliharaan mami, menaiki tempat tidurku dengan sekali lompatan. Meski kucing berbulu halus itu berusaha mengajakku main dengan mengelus-eluskan bulunya pada pipiku, aku tetap tak bergerak.
Ah, aku masih sangat ngantuk ... aku belum mau bermain dengan nemo saat ini.
Kupindahkan posisi badan dari berbaring menyamping menjadi telentang, sembari tetap memejamkan mata. Lelah sekali rasanya saat ini, dingin juga .... Setengah sadar aku menarik selimut hingga ke leher.
Nemo ternyata tak menyerah, dia tetap bermain di sekitar wajahku, hingga kemudian menjilat keningku.
Ah, hangat sekali rasanya ...
Sumber: http://psikologid.com/fakta-tentang-mimpi/
“Apa kamu nggak tahu siapa dia untuk saya?!”
Samar kudengar suara Ben yang emosional.
Perlahan aku membuka mata dan mendapati Ben serta Nathan berdiri di sebelahku. Sebuah jaket menutupi badanku yang berbaring di sofa bagian depan perpustakaan.
“Eh!” Aku segera bangun dan menyingkirkan jaket tersebut. Ini jaket yang kemarin dipakai Nathan.
Ya ampun, jangan-jangan, mimpi tadi ...
“Aku nggak ngerti kenapa kamu marah, Ben.” Suara Nathan terdengar datar.
“Guys, jangan kelahi di sini! Malu sama orang.” Tanpa buang waktu, aku segera berdiri di antara mereka.
Tangan kanan Ben masih terkepal, wajahnya merah menahan geram. Tatapannya begitu tajam terhujam pada Nathan yang berdiri tak jauh darinya. Baru kali ini aku melihatnya dengan ekspresi yang menyeramkan seperti ini.
Dengan cepat kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Jam dinding sedang bergerak menuju pukul enam. Sepertinya aku ketiduran setelah submit tugas jam tiga tadi.
Tak lebih dari sepuluh orang yang sekarang berada di ruangan besar ini. Empat orang petugas kebersihan sedang menyedot debu sehingga menimbulkan bunyi yang cukup kuat, sehingga tak ada yang menyadari pertengkaran antara Nathan dan Ben ini. Syukurlah.
“Nath, Ben adalah pemilik cincin ini.” Aku merenggangkan jemariku tepat di depan kedua mata Nathan.
Wajah pucat Nathan yang terlihat menahan sakit, menjadi lebih kaku dengan pandangan kosong yang di arahkannya padaku, melalui sela-sela jemariku.
“Aku pikir ... kamu hanya menakut-nakutiku dengan cincin ini.” Ia memberanikan diri menyentuh tanganku.
“Don’t touch her!” Suara Ben terdengar begitu berat. Ia bahkan melangkah hingga dada bidangnya menyentuh salah satu telapak tanganku.
Aku menepis tangan Nathan dan berusaha menahan Ben dengan dua tangan.
“Maaf, Ben. Aku yang salah. Harusnya aku bicarakan ini sedari dulu denganmu.” Aku menatap lelaki kesayanganku itu dengan pandangan memelas. Aku benar-benar tak ingin ada keributan di sini.
“Speak!” ucapnya dingin.
“Nathan itu mantan pacarku. Kami putus hanya beberapa hari sebelum kamu menjemputku ke Indonesia dulu.”
Aku bisa merasakan seluruh otot di badan Ben mengendur. Dia mengalihkan tatapannya padaku dengan pandangan yang tak bisa kuterjemahkan.
“You ...,” lirihnya dengan mata yang menyipit.
Betapa ingin aku merangkulnya saat ini. Memberi penjelasan lebih jauh lagi tentang siapa Nathan, dan menghilangkan amarah yang sekarang berkumpul di hatinya.
Tapi apa daya ... aku justru terpaku melihatnya berbalik dan pergi begitu saja. Kakiku seakan tertanam di lantai, hingga tak bisa bergerak barang selangkah.
“Maafkan aku, Grace. Aku benar-benar minta maaf.” Nathan menjadi orang kedua yang meninggalkan perpustakaan ini. Membiarkan aku berdiri sendiri di sebelah sofa panjang yang kugunakan untuk beristirahat tadi malam.
Sofa? Bagaimana bisa? Bukankah aku tertidur di depan komputer? Ah ... pasti Nathan yang semalam menggendongku ke sini.
Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/28/secret-3-part-27-hard-decision/