Secret (2) #Part 26: Bersamamu (Lanjutan)

in #steempress6 years ago (edited)

Tautan cerita sebelumnya:

Prolog

https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part1-fdgowe858w

Bab 1. Surprising Summer

Bab 2. Galau Bab 3. It’s Really Him! Bab 4. Secret BAB 5. Hati yang Lemah Bab 6. Listen .... Bab 7. Menelusuri Ruang Hati Bab 8. Enlighten Canberra (Menelusuri Ruang Hati 2) BAB. 9. Istirahat Sejenak Bab. 10. Tentang Dia Bab 11. Berdamai Dengan Masa Lalu Bab 12. Bersamamu Berikut lanjutannya ...


Masih seperti minggu yang lalu, Nathan kembali duduk di barisan paling depan pada kelas Accounting. Aku dan Ben sama sekali tak punya kesempatan untuk menyapanya selama perkuliahan berlangsung. Adapun di Hari Sabtu, kepulangan Ben yang selalu terburu-buru, membuat kami tak banyak bercengkrama. Tapi ... harus kuakui, keberadaan Ben membuatku lebih mudah untuk berkomunikasi wajar dengan Nathan.

“Tugas bagian Ben sudah digabung?” tanya Nathan ketika menghampiriku yang sedang sibuk mengerjakan tugas kelompok kami di perpustakaan.

“Sudah, ini lagi aku kerjain.”

“Sabtu minggu depan kita mau presentasi, tapi belum sekalipun kita ngumpul berempat untuk latihan.” Lelaki itu mengambil sebuah kursi kosong dan duduk di sebelahku.

“Tenang aja, Ben dan Liz kan native speaker, nggak mungkin lah mereka ada masalah pas presentasi nanti. Kita berdua yang harus sering-sering latihan. Lagipula, Ben udah siapkan naskah untuk presentasi nanti. Ini ….” Aku membuka file lain dan memperlihatkannya pada Nathan. Mantan pacarku itu pun memajukan badannya sedikit untuk dapat melihat lebih jelas ke layar komputer yang sedang kugunakan.


Wah, ternyata berhasil! Nathan sekarang begitu dekat denganku, tapi nggak ada perasaan apa-apa lagi. Tak ada lagi debaran di jantungku, ataupun perasaan grogi yang membuat badanku menjadi bergetar. Tak ada lagi.

Sepulang dari Goulburn, aku sudah menguatkan diri untuk fokus pada Ben, dia lelaki pilihanku. Dan satu-satunya cara untuk bisa berhenti memikirkan Nathan adalah berinteraksi secara wajar dengannya. Sudah saatnya aku melupakan semua hal tentang dia. Terlepas dari apakah lelaki ini masih menyimpan perasaan padaku atau tidak, aku sendiri harus memastikan bahwa perasaanku padanya sudah habis.

“Oh, naskah presentasinya sudah untuk kita semua, yah?” komentar Nathan setelah menyelesaikan bacaannya.

“Iya, kemarin aku kasi bahan yang kamu dan Liz sudah susun, supaya dia nggak bingung ngisi bagian dia. Aku juga nggak nyangka ternyata dia buat draft ini untuk keseluruhan presentasi kita. Pesannya sih, kalo mau diperbaiki atau dikembangkan di tengah jalan, nggak apa-apa, ini cuma usulan dari dia aja.”

“Tapi, masa iya kita nggak ada ngumpul sama sekali?”

“Kenapa nggak kamu coba bujuk Ben aja? Kalian kan setiap hari workout bareng.” Aku memutar kursi dan sekarang menghadap ke arahnya.

Nathan terpaku sejenak saat kami beradu pandangan, kemudian menundukkan kepalanya. Tak sulit bagiku untuk memastikan bahwa pandangannya sedang tertuju pada cincin yang melingkar di jari manisku.

“Kamu kenapa? Nggak usah terlalu khawatir lah. Kalo aku lihat dari hasil kerja kita ini, sepertinya bisa dapat nilai bagus.” Aku mengembalikan layar ke halaman semula yang sedang kukerjakan. Delapan puluh halaman laporan hasil kerja kami berempat sudah berhasil disusun. Setelah ini hanya tinggal menunggu proses proofreading saja sebelum di submit ke Moodle. Deadline kami untuk submit tugas ini adalah Hari Minggu, dan akan dipresentasikan secara bergiliran mulai pertemuan di Hari Sabtu minggu berikutnya.

“Tugas akuntansimu gimana? Paling lambat di submit besok pagi jam delapan, kan?” Dia mengalihkan pembicaraan.

“Iya, masih jauh dari kata selesai, sih. Makanya aku minta izin sama Ben untuk nggak masuk malam ini. Biasanya dia nggak pernah ngizinin aku off di hari Jumat, tapi untunglah kali ini dia bisa ngerti.”

“Loh, jadi Bennya sendiri gimana? Aku lihat di absensi, ada namanya.”

“Iya, dia bilang akan dikerjakannya nanti setelah selesai kerja. Mana mau dia ngelewatin Hari Jumat begitu saja. Ini hari yang paling ramai di toko.”

“Bos kita itu lucu, yah. Di kantor dia begitu strict dan terkesan matre. Tapi, di luar toko, dia sangat ramah dan nggak pelit.” Nathan tertawa di ujung kalimatnya. “Ya udah, kamu lanjut aja dulu. Nanti nggak keburu pula ngerjain tugas accounting kalo aku masih di sini,” tutupnya.

Aku menatap kepergiannya menuju ke meja lain. Ada begitu banyak student di sini, tak hanya kami berdua. Beberapa dosen memang seringkali memberi deadline di tanggal yang berdekatan. Sebenarnya aku sudah paham hal ini, tapi entah kenapa ... aku tak pernah menemukan mood yang bagus untuk membuat tugas accounting, unit yang tidak begitu aku sukai. Aku masih saja asyik dengan tugas kelompok HRM yang sebenarnya sudah selesai dan tidak perlu kuedit lagi. Padahal, deadline tugas accounting besok pagi ....

***



Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/27/secret-3-part-26-bersamamu-lanjutan/

Sort:  

Halo @diyanti86, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!

Terima kasih atas apresiasinya @the-garuda 🙏🏻🤗

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64092.96
ETH 3145.83
USDT 1.00
SBD 3.88