Secret (2) #Part 3

in #indonesia6 years ago

Hi Guys,

Bab satunya mau dihabisin hari ini aja nih, so, besok bisa lanjut ke bab 2 ;)


“Hei, apa lehermu nggak sakit?” Ben mengejutkanku yang bagaikan terbius menatap ke luar jendela mobil cukup lama.

Posisi mobil Ben yang begitu rendah membuatku hanya dapat menatap setengah badan bus bertuliskan MURRAYS, transportasi umum yang biasa digunakan dari Sydney ke Canberra dan juga sebaliknya. Aku pernah membeli tiket bus tersebut sekali, meski pada akhirnya hangus, karena ternyata Ben menjemputku ke Indonesia, dan kami pulang dari Sydney ke Canberra dengan mobilnya, persis seperti perjalanan saat ini. Tapi entah kenapa … ada sesuatu yang menggerakkan hatiku untuk melihat ke arah bus yang cukup lama bersisian dengan mobil kami ini.

Perlahan kugerakkan kepala dan menyadari bagian tengkukku sedikit sakit. Sepertinya memang sudah cukup lama aku menengadah untuk melihat ke arah badan bus tersebut, betapa aku sama sekali tak menyadarinya.

“Aku nggak apa-apa,” ucapku sembari tersenyum lembut.

“Kamu tidur aja kalo capek, saya malah khawatir lihat kamu begini.” Ben meletakkan tangannya di puncak kepalaku sembari perlahan mengusap-usapnya.

Mungkin memang aku sedang letih, sampai-sampai berhalusinasi melihat seseorang yang kukenal sedang berada di bus tadi. Tak sampai beberapa detik kemudian … aku tertidur dengan nyenyak.

Perlahan aku membuka mata dan mendapati kendaraan kami sedang berhenti.

“Sudah sampaikah?” tanyaku dengan pandangan yang masih kabur.

“Sudah, tapi saya singgah ke supplier dulu sebentar, ya. Tadi kamu tidur, saya nggak mau ganggu,” jawabnya sembari tetap memperhatikan traffic light yang berwarna merah.

Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Tiga mobil berjejer di depan kami dan beberapa kendaraan sedang terparkir di bahu jalan sebelah kiri. Tempat ini begitu ramai, jauh beda dengan suasana di Belconnen. Mataku menangkap sebuah pintu kaca bertuliskan Murrays, tak jauh dari posisi mobil kami berhenti. Meski belum pernah ke tempat tersebut, tak sulit untuk menebak bahwa itu adalah Terminal Bus Jolimont.

Pintu kaca yang cukup lebar itu terbuka seiring dengan gerakan tangan Ben memasukkan perseneling mobil.

Deg!

Aku berhenti bernapas untuk sesaat. Seluruh bulu kudukku berdiri, disusul dengan debaran jantung yang berkejaran. Mataku sedikitpun tak bisa berkedip, mendapati beberapa orang keluar dari pintu tersebut, dan salah satunya … seseorang yang sangat kukenal!

“Ada apa?” Ben keheranan melihatku memutar badan, ke arah pintu keluar terminal yang sekarang berada di belakang kami.

“A… Aku … Ah, nggak ada apa-apa.” Aku segera menguasai diri dari kembali ke posisi duduk semula.

Ah, mana mungkin itu dia! Nggak mungkin banget dia bisa nyusul aku kesini…

***


Sampai jumpa lagi di bab berikutnya ;)

Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/04/secret-2-part-3/

Sort:  

Kok bisa ngekor? Ditunggung selanjutnya

Kalo kk tahu latar belakang Nathan di Secret 1 yang bukan berasal dari keluarga mampu (dia tulang punggung keluarga yang bahkan harus kuliah sambil kerja dulunya), pasti lebih heran lagi. Kok dia bisa nyampe di Canberra? Gimana caranya yah????

Kalo si Grace, sih, emang anak orang kaya 😘🤗

Menarik. ditunggu lanjutannya, Mba. :)

Siap, Mbak Al 😊👌

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 57453.27
ETH 2928.75
USDT 1.00
SBD 3.67