Secret (2) #Part 6

Hai teman-teman yang ngikuti Secret (2) ;)

Udah siap buat ketemu Nathan, belum?

Buat yang masih asing dengan nama "Nathan" ini, monggo mampir sebentar ke postingan-postingan aku yang lalu. Sengaja aku nggak update postingan lain di Steemit, supaya yang suka Secret (2) nggak kesulitan nyari part-part sebelumnya ;)

Sekarang kita masuki Bab 3. It’s Really Him!

Selamat menikmati yah ...

Sebuah pesan masuk di whatsapp group (WAG) UCIndo, tempat berkumpulnya semua student UC yang berasal dari Indonesia, membuatku bergegas menyelesaikan dandanan. Tak lama lagi welcoming party akan dimulai, sebuah pesta penyambutan kepada student Indonesia yang baru sampai di University of Canberra. Pihak Kedutaan Besar Indonesia untuk Australia juga akan hadir pada acara ini, sehingga memudahkan proses “Lapor Diri” para student yang baru datang.

Acara kali ini sepertinya akan lebih meriah daripada semester lalu, karena ada pameran batik juga. Karena itu, aku tak mau tampil biasa saja, aku juga ingin memperlihatkan batik terbaik yang aku punya.

“Wow, you look beautiful,” komentar Elaine ketika melihatku.

“Thank you.” Aku tersipu.

Meski Elaine hanya berpakaian casual, tapi setidaknya dia tetap bersemangat menemaniku di acara ini. Biasanya, sulit sekali mengajaknya keluar dari asrama, jika tidak menuju ke perpustakaan. Aku pun baru berhasil membujuknya setelah berkata, akan ada batik yang dijual dalam acara nanti.

***

Benar saja, teman sekamarku itu langsung sibuk memilih batik yang cocok dengan kulit putih pucatnya begitu sampai di lokasi. Ternyata, busana khas Indonesia ini memang memiliki daya tarik tersendiri di mata para bule. Tak hanya Elaine, banyak juga bule lain yang berada di sekitar pameran.

Cuma lima belas orang? Lebih sedikit daripada semester lalu. Kalo nggak salah, pas aku memperkenalkan diri di welcoming party lalu, ada 26 orang rekan lainnya yang juga dari Indonesia. Pandanganku terarah pada sebaris orang Indonesia yang sedang berdiri di tengah aula. Mereka diperkenalkan pewara sebagai student asal Indonesia yang akan memulai kuliahnya semester ini. Ada empat orang student program Doktor, empat orang Master, dan delapan orang Bachelor.

Enam belas katanya? Kenapa hanya lima belas yang ada di sana? Mataku bergerak, menghitung ulang jumlah student yang tadi memperkenalkan dirinya.

“Maaf, terlambat. Saya Nathan, dari Jakarta. Awardee AAS yang rencananya akan mengambil program Master of Business Administration.” Seorang lelaki yang baru saja memasuki ruangan, bergegas lari ke tengah aula dan mengambil alih microphone yang disodorkan teman di sebelahnya.

“Kenapa terlambat, Mas?” telisik sang MC yang perempuan.

“Saya barusan apply kerja part time, nggak taunya langsung disuruh training.” Lelaki berkulit cokelat itu menggaruk kepalanya sembari terkekeh.

“Wah, Mas-nya nggak sabaran pengen nambang dolar ini,” goda MC lelaki.

Spontan gelak tawa penghuni lain dalam gedung ini terpecah. Ya, penghuni lainnya, kecuali aku.

Bagaimana bisa aku tertawa?

Itu Nathan!

Ya, itu Nathan! Dia ada di sana, dan akan memulai semester ini di program yang sama denganku, MBA. Mimpi apa aku semalam?

“Are you alright, Grace,” tanya Elaine sembari menatap ke arah piring kecil berisikan kue yang berada di atas tanganku. Piring itu bergetar hebat saat ini.

“I’m so sorry, Elaine. I have to go.” Aku berdiri dari tempat dudukku dan meletakkan piring tersebut di atas kursi.

Ah, harusnya aku nggak ngelihat kesana lagi! Aku mengutuki diri sendiri yang sempat beradu pandangan dengan Nathan sebelum pergi dari tempat ini. Aku bahkan dengan jelas melihat senyuman dan lambaian tangannya. Senyuman dengan dua lesung pipit yang setengah mati ingin kubuang jauh dari ingatanku.

***

---

Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/06/secret-2-part-6/

---