Secret (2) #Part 13
Hi Guys ..., mari kita lanjutkan Bab 6. Listen ....
“Ternyata ... Ben sangat bersahabat, yah, di luar toko.” Nathan menyeruput es kopi di hadapannya.
Musim panas belum berakhir, udara di malam hari pun tetap panas seperti siang hari. Berada di halaman depan Cafe Oscar ini sebenarnya bukanlah ide yang buruk, hanya saja, aku masih tak bisa nyaman berada di dekatnya dalam waktu yang lama. Terlebih lagi pria di hadapanku ini masih ingat dengan hal-hal yang kusukai, dia menyempatkan diri mengambil blueberry muffins ketika memesan minuman tadi.
“Padahal, kamu bisa ngajak aku ngomong di jalan aja tadi, nggak harus nongkrong di café begini.” Aku membuang pandangan ke sisi kanan, ke beberapa orang yang masih ramai lalu lalang di sekitar kampus ini.
“Sepertinya aku sudah mulai betah di tempat ini,” lanjutnya.
“Hm ... baguslah.”
“Aku tak pernah lagi berkomunikasi dengan Elena,” ucapnya hati-hati.
Ah, itu dia jawabnnya! Elena tak henti mengirimkan pesan setiap hari padaku untuk membujuk Nathan kembali padanya. Sudah gila cewek satu itu, mentang-mentang kuhubungi sekali, jadinya ngelunjak. Tentunya tak pernah kupedulikan pesan itu, dan tak sekalipun kutanggapi panggilan masuk dari mantan sahabatku itu. Bukan salahku, ini salahnya sendiri yang memilih untuk menghianati persahabatan kami.
“Aku ada di sini, saat ini, Cuma mau dengar cerita tentang Ben, bukan Elena!” tegasku.
“Ah, iya … Ben sangat ramah. Hampir setiap sore kami bermain basket bersama. Di hari berikutnya usai kita ngobrol di lapangan basket, kami bermain bersama untuk yang pertama kalinya. Aku juga rutin workout jadinya, menemaninya setiap sore, sebelum bermain basket. Beruntung sekali bisa dapat Bos sekaligus teman di luar tempat kerja. Dia juga professional banget, yah, nggak pernah ngomongin kerjaan di luar jam kerja. Beda jauh dengan kesehariannya yang dingin di toko. Awalnya, aku udah pengen nyerah aja kerja parttime di tempat dia. Dua hari pertama terasa begitu berat, apalagi ... harus selalu lihat kamu yang tak pernah lagi tersenyum padaku.” Nada suara Nathan yang tadinya bersemangat, tiba-tiba berangsur sendu.
“Udah? Itu aja?” tanyaku acuh tak acuh. Setidaknya, aku hanya perlu tahu bahwa dia dan Ben belum ada membicarakan apapun tentangku.
“Ya. Memangnya ada apa? Kamu ngarep aku ngomong apa?” Dia sedikit menundukkan kepala dan berusaha menatap mataku yang sedang tertuju ke meja.
“Ya udah, kalo gitu aku mau balik.” Aku langsung menghabiskan milkshake vanila di hadapanku, dan berdiri dari tempat duduk.
“Tunggu, Grace! Aku mohon … tolong lah, kasi aku kesempatan untuk meluruskan masalah Elena. Aku dekat dengannya, hanya karena ingin menjumpaimu lagi …” Lelaki bersinar mata teduh itu, meraih pergelangan tanganku.
“Apa maksudmu?” Aku melempar tatapan tajam ke tangannya.
“Maaf. Tolong … duduklah dulu. Izinkan aku ngomong. Jika setelah menjelaskan ini pun, kamu akan tetap memperlakukanku sebagai teman, aku nggak apa-apa,” pintanya sembari melepaskan tanganku.
Aku kembali duduk dengan perasaan yang mulai tak karuan. Aku memang membenci Nathan dan Elena hingga detik ini, tapi di balik rasa benci itu, aku juga menyayangi mereka berdua, dan rasa itu masih ada.
Ah … aku butuh Ben disini…
Tebak-tebakan lagi yuk ... Datang nggak yah Ben nya?
Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/13/secret-2-part-13/
Gimana kalo yang datang itu adalah... Elena? 😁
Elena di Indonesia kk. Dia yatim piatu, cm tinggal berdua sm adeknya. Berat utk mengkondisikan Elena bisa datang ke Canberra 😁👌
Ditunggu kelanjutannya
Siyap 😘🤗
Kayaknya gag deh
Tapi biasanya tebakanku selalu salah haha
Hohoho, jangan pesimis gitu donk kak 😉😘