Secret (2) #Part 10

in #garudakita6 years ago

Hai teman-teman yang ngikutin Secret (2) ...

Hari ini episode spesial buat kak @nnaachlam yang kemarin minta Grace untuk tetep make kalung itu, eheheeee

BAB 5. Hati yang Lemah



Meski tadinya sangat ingin menemui Ben, tapi pada akhirnya ... kuurungkan juga niat tersebut. Aku yang begitu paham dengan latar belakang ekonomi keluarga Nathan, rasanya tak tega untuk mendahulukan keegoisanku. Jika saat ini aku membujuk Ben untuk memecat staf barunya itu, entah di mana lagi Nathan akan bekerja part time. Sementara, Nathan pasti butuh banyak uang untuk dikirimkannya ke Indonesia secara rutin. Belum lagi, mantan pacarku itu tak pernah tahu bahwa aku bekerja sambil kuliah, bisa jadi ini semua memang kebetulan. Aku tak berhak menghancurkan kehidupan barunya di tempat ini.

Sebuah panggilan video membuatku terpaksa menghentikan langkah. Baru saja aku menyeberangi jembatan besar dan hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai di lapangan basket. Karena sudah terbiasa, aku duduk begitu saja di bangku yang selalu kugunakan untuk beristirahat sejenak setiap kali pulang kerja.

“Bisa temani saya melukis jam tujuh nanti?” tanya Ben dari dalam mobilnya.

“Kamu dimana? Nggak workout kah hari ini?” tanyaku tanpa menjawabnya lebih dulu.

“Kamu takut pacarmu yang ganteng ini selingkuh, ya? Setiap kali saya bertanya, pasti kamu balas dengan pertanyaan juga.” Ia terkekeh di ujung kalimatnya. “Saya ke supplier sebentar, ada salah hitung waktu kita pulang dari Central Coast kemarin,” lanjutnya kemudian.

“Ya deh, selesaiin dulu di sana. Nanti aku temani kamu ngelukis,” balasku sembari menutup sambungan telepon kami.

Aku menghela napas panjang sembari menyandarkan badan ke belakang. Hanya selang beberapa detik saja, sesosok badan terlatih yang begitu menonjol bermain basket di antara lelaki lainnya, membuatku terpaksa menepuk kening.

Ah, bagaimana bisa aku lupa bahwa kemungkinan besar Nathan akan bermain di sini. Bukankah sudah dari kemarin kuperkirakan? Harusnya aku pulang naik bus saja!

Rasa kesalku yang seharusnya mendominasi setiap kali melihat Nathan, ternyata dikalahkan oleh rasa lain yang lebih besar. Aku tak kuasa menggerakkan badan dan melangkahkan kaki untuk beranjak dari tempat ini. Aku justru tak bisa mengalihkan padangan dari sosok lelaki hitam manis yang begitu lincah memainkan bola bundar berwarna orange di tengah lapangan itu.

Aku akan cari cara untuk bikin kamu maafin aku, Grace.” Kalimat terakhir yang kudengar dari Nathan saat ia keluar dari kamarku dulu, tiba-tiba saja terngiang kembali.

Enggak nyangka ... dia pasti berusaha sekuat tenaga. Aku tahu betul kemampuan Bahasa Inggrisnya berada di bawah rata-rata. Bisa-bisanya dia berada di sini, saat ini. Apa yang udah dia lakukan sampai-sampai berhasil menyisihkan pesaingnya dalam meraih beasiswa dari Pemerintah Australia itu?



“Aku pikir kamu akan mengelak lagi,” ucap Nathan yang langsung menghampiriku, usai bermain basket.

“Buat apa? Toh, besok-besok juga kita bakal ketemu lagi,” jawabku acuh tak acuh.

“Jadi, ini tempat yang biasa kamu pakai untuk video call denganku dulu?”

“Ya.”

“Setiap hari kamu jalan kesini? Ternyata, lumayan jauh juga dari kampus dan dormitory.” Dia terlihat ragu hendak duduk di sebelahku.

“Duduk aja. Aku nggak apa-apa, kok. Ada yang pengen aku omongin juga.” Aku sudah sepenuhnya menata perasaanku. Kejutan demi kejutan yang datang tanpa diduga, memang membuatku berolahraga jantung dua hari belakangan ini. Tapi, setelah melihatnya bermain basket setengah jam ini, sepertinya aku sudah baik-baik saja, tak ada lagi debaran yang menyesakkan dada itu. Aku harus belajar memperlakukannya seperti biasa lagi, seperti teman-temanku yang lain.

“Aku nggak nyangka kita bakalan kerja di tempat yang sama. Sejak kapan kamu kerja disana?” mulainya sembari menenggak air mineral di tangannya.

“Udah lama.”

“Kamu nggak mau jawab, ya? Ya sudah. Tapi, aku nggak nyangka, ternyata kamu kuliah sambil kerja disini.”

“Kalo aku nggak kerja, mungkin aku udah gila karena pengkhianatan kamu dan Elena,” ucapku begitu saja.

Hening.

Aku tak berani memalingkan muka untuk melihat seperti apa ekspresi Nathan saat ini. Aku hanya ingin berbicara dengannya, tanpa melihat dan menatap matanya.

“Ibu ngasi izin begitu aja?” tanyaku memecah kesunyian.

“Ya. Ibu pikir aku menyusulmu.”

“Jadi, Ibu nggak tahu kalo kamu dekat dengan Elena?”

Hening kembali. Sepertinya lelaki di sebelahku ini tak ingin menyinggung sedikit pun tentang wanita yang pernah begitu dekat dengan kami itu.

“Aku cuma mo ngasi tahu, kalung ini aku pakai bukan karena masih cinta sama kamu. Kalo kamu sempat berpikir itu alasannya, lebih baik aku kembalikan aja kalung ini.” Aku membuka genggaman tangan kiriku yang berisikan kalung perak, di hadapannya.

“Simpan aja. Kalung itu memang udah jadi punya kamu.” Dia mengatupkan kembali jemariku. Aku yakin, seberkas kilauan matahari yang menerpa cincin berlianku, tak akan mungkin luput dari pandangannya.

“Aku akan berhenti berpikir bahwa kamu masih nyimpen perasaan. Mari kita mulai dari nol lagi,” ucapnya kemudian.

Akhirnya, kupalingkan juga wajah ini padanya. Dengan jelas kulihat wajahnya yang rupawan itu berhiaskan keringat di sela-sela rambut dan keningnya. Ternyata ... aku tak bisa benar-benar membencinya.

“Ya, mari kita berteman.” Aku mengulurkan tangan kanan padanya.

Nathan menyambut uluran tangan itu dengan senyum yang sama ketika pertama kali kami berjabat tangan, lebih dari lima tahun yang lalu.

***



Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/10/secret-2-part-10/
Sort:  

Hanya berteman kan?😃

Begitulah 🙈✌️

Hmm terus gimana ya

Emmmmm... gimana enaknya yah? 😁👌

Halo @diyanti86, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!

Terima kasih atas apresiasinya 😊🤗👍

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.17
JST 0.033
BTC 64401.24
ETH 2782.30
USDT 1.00
SBD 2.65