Secret (2) #Part 22: Tentang Dia (Lanjutan)

in #steempress6 years ago

Buat yang pengen baca cerita-cerita sebelumnya, monggo langsung meluncur ke tautan berikut:

Prolog

https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part1-fdgowe858w

Bab 1. Surprising Summer

Bab 2. Galau Bab 3. It’s Really Him! Bab 4. Secret BAB 5. Hati yang Lemah Bab 6. Listen .... Bab 7. Menelusuri Ruang Hati Bab 8. Enlighten Canberra (Menelusuri Ruang Hati 2) BAB. 9. Istirahat Sejenak Bab. 10. Tentang Dia Berikut lanjutannya ...


Mobil kami berhenti usai menempuh sejam perjalanan. Hanya ada sebuah rumah besar yang dikelilingi oleh perkebunan luas. Selintas, dapat kulihat tumpukan buah-buahan di dalam kotak kayu yang biasa kutemui di sunday market.

Hi, Mate.” Ben menepuk pundak seorang lelaki yang sama tinggi dengannya.

“Oh, Ben! Long time no see ....” Pria itu segera merangkul Ben usai membalikkan badannya. Bisa kulihat bahwa mereka seumuran.

“Hahaha, I’ve been busy with her.” Ben melirikku, hingga sang teman mengulurkan tangan padaku.

“Grace. Nice to meet you.” Aku menyambut tangannya dengan sungkan. Aku tak tahu siapa pria ini, tapi sepertinya dia begitu akrab dengan Ben.

“Gavin. It's very nice to meet you as well.” Lelaki itu terlihat begitu ramah.

Where is Cecilia?” tanya Ben sembari mengedarkan pandangannya.

Give me a minute, I’ll call Cecilia and Tania,” jawab Gavin sesaat sebelum pergi.

Aku semakin bingung. Kenapa ada dua nama perempuan yang disebutnya? Aku benar-benar tak bisa menebak, siapa mereka sebenarnya.

“Kita akan bermalam di sini,” ucap Ben sembari memetik sendiri dua buah peach dari pohon yang terletak tak jauh dari kami, dan memberikan salah satunya padaku. Terlihat jelas, dia sangat akrab dengan tempat ini.

Uncle Ben!” Seorang anak kecil berusia di bawah lima tahun berteriak dari jauh dan langsung berlari mengejar Ben. Kekasihku itu bersegera merendahkan badannya dan menyambut gadis kecil berambut pirang itu dalam pelukannya.

Tak lama kemudian, seorang wanita seumuran Ben dan Gavin menyusul di belakang. Wanita itu begitu cantik dengan rambut ikal hitam yang tergerai hingga ke pinggang. Jelas sekali dia bukan orang Australia. Kupandangi wajah bulat telurnya dengan kulit yang berwarna kuning kecokelatan. Bola matanya bulat dengan bulu mata lentik yang tidak terlalu lebat. Sedikit banyak ... aku merasa dia mirip denganku.

Hi, Ben.” Dia mendekat pada Ben dan mencium kedua pipi Ben begitu saja.

Hi, I’m Tania, from Bangladesh. Nice to meet you, are you from Indonesia?” Ia lanjut menjabat tanganku, mencium kedua pipiku, dan memelukku dengan lembut.

“Yup. I’m Indonesian. My name is Grace.” Tiba-tiba saja aku menjadi kikuk.


Aku memasuki kamar dengan perasaan tak karuan. Kami baru saja selesai makan malam dan dipersilahkan beristirahat di kamar yang ada. Karena Ben datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu, mereka tak punya waktu untuk mempersiapkan kamar. Terpaksalah kami menggunakan kamar yang sama malam ini.

Meski tanpa persiapan, dapat kurasakan betapa Gavin dan Tania memperlakukan kami selayaknya keluarga mereka sendiri. Cecilia, malaikat kecil yang sangat lincah itu juga tak henti mengajak kami bermain dan mendengarkan celotehannya yang masih belum begitu jelas. Cecilia bahkan ikut masuk ketika Tania mengantar kami ke kamar, namun digendong paksa oleh mamanya agar tidak mengganggu istirahat kami malam ini.

“Aku ...,” ucapku ragu ketika pintu kamar ditutup dari luar.

“Enggak usah khawatir, saya akan tidur di luar, atau di kamar lain yang saya kenal penghuninya.” Ben duduk di tepi tempat tidur.

Aku memang sempat memperhatikan ada banyak pintu kamar yang tersedia di lorong yang kami lalui tadi. Sepertinya, kamar-kamar itu dihuni oleh para pekerja musiman yang digaji untuk memetik buah pada musim panen saja. Mendengar Ben berkata bahwa ada kemungkinan dia mengenal salah satu penghuni kamar lainnya, aku pun jadi tertarik untuk bertanya lebih lanjut.

“Apa kamu pernah kerja metik buah juga?” tanyaku sembari duduk di sampingnya. Semua rasa khawatirku sudah sirna. Sudah jelas, Ben tak ada niat melakukan sesuatu yang buruk padaku.

“Enggak. Saya seringkali berkunjung ke sini jika sudah jenuh di Canberra.”

“Apa Gavin keluargamu?”

“Bukan. Saya kenal Gavin setelah dia menikah dengan Tania.”

“Jadi, Tania yang keluargamu? Tapi ... bukannya dia dari Bangladesh?”

“Dia bukan keluarga saya. Dia wanita yang pernah mengisi hidup saya, sebelum kamu.” Ben menggenggam tanganku.

Aku merasakan tanganku bergetar, meski sudah ditahan oleh genggaman Ben.

“Apa Cecilia ... anakmu?” Aku memberanikan diri bertanya usai mengatur napasku yang berantakan.

***



Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/22/secret-2-part-22-tentang-dia-lanjutan/

Sort:  

Congratulations @diyanti86! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

You published a post every day of the week

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard World Cup Contest - The results, the winners and the prizes

Do you like SteemitBoard's project? Then Vote for its witness and get one more award!

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 75263.74
ETH 2718.66
USDT 1.00
SBD 2.46