Secret (2) #Part 21: Tentang Dia

diyanti86 (51)in #steempress • 6 years ago (edited)

Berhubung cerita ini udah setengah jalan, buat teman-teman yang baru ngikutin Secret (2) dan kepengen tau cerita-cerita sebelumnya, berikut tautannya:

Prolog

https://steemit.com/garudakita/@diyanti86/secret2part1-fdgowe858w

Bab 1. Surprising Summer

Bab 2. Galau

Bab 3. It’s Really Him!

Bab 4. Secret

BAB 5. Hati yang Lemah

Bab 6. Listen ....

Bab 7. Menelusuri Ruang Hati

Bab 8. Enlighten Canberra (Menelusuri Ruang Hati 2)

BAB. 9. Istirahat Sejenak

Bab. 10. Tentang Dia

Berikut lanjutannya ...

Aku segera pulang usai kelas HRM berakhir. Berhubung belum ada kepastian tentang ikut sertanya Ben di kelas ini, aku berusaha mengelak setiap kali Nathan dan Liz mempertanyakan anggota lain yang akan diajak bergabung dalam kelompok kami. Selain itu, aku juga harus mempersiapkan beberapa lembar pakaian yang akan kubawa pergi sepulang kerja nanti. Ben bilang akan mengajakku bermalam di suatu tempat yang cukup jauh. Sebagai imbalan, aku boleh libur bekerja Hari Minggu besok.

Paling juga dia mo mampir ke rumah orang tuanya. Aku nggak keberatan sih, toh, kuliah juga belum sibuk dan aku juga udah kangen sama mom and dad. Lagipula, sekali-kali nggak masuk kerja di Hari Minggu juga sebuah bonus untukku, jadi bisa dilanjut dengan libur rutinku setiap Hari Senin.

“Saya tunggu di sini aja.” Ben menghentikan mobilnya tak jauh dari dormitory.

Aku tak buang waktu untuk segera masuk ke dalam asrama dan mengambil sebuah ransel yang tadi sudah kusiapkan di atas tempat tidur. Akhir-akhir ini memang Ben lumayan sering mengantarku pulang, tapi tetap saja ... agar tak terlihat oleh staf lainya, dia memarkir mobil di tempat yang berbeda jika ingin mengantarku pulang.

Berhubung Elaine tak terlihat di kamar ketika aku mengambil tas, kusempatkan menulis memo yang memberitahukan bahwa aku tidak tidur di asrama malam ini, dan menempelkannya di pintu kulkas. Kami berdua memang terkadang jadul, dibanding memanfaatkan ponsel sebagai sarana komunikasi, menulis memo di kulkas lebih sering kami lakukan dalam rutinitas sehari-hari.

Setengah berlari aku menuju ke mobil Ben. Jika benar dia ingin ke rumah orang tuanya, kami akan butuh waktu tiga setengah jam di perjalanan, dan ini sudah jam setengah enam sore. Tentunya tak akan menyenangkan lagi jika sesampainya di sana, kami hanya tinggal tidur saja.

“Kita ke Central Coast, kan?” tanyaku di sela-sela laju mobilnya.

“Saya belum bilang, ya? Kita akan ke Goulburn,” jawabnya sembari melirik ke arahku.

Keningku berkerut. Aku berusaha berpikir cepat, ada siapa di Goulburn? Kenapa dia tiba-tiba ngajak ke sana? Apa ke tempat kakaknya, kah? Tapi ... bukannya kakak Ben tinggal di Brisbane? Goulburn ini ... kalo nggak salah aku, di NSW, deh.

“Kenapa wajahmu jadi jelek begitu?” Dia mendekatkan wajahnya padaku, saat mobil kami berhenti di lampu merah.

“Aku pikir, kita akan ke rumah orang tuamu.”

“Enggak.”

“Jadi, ke tempat kakakmu, kah?”

“Enggak juga,” jawabnya sembari memindahkan pandangan ke depan dan kembali melajukan mobil sport dua pintu ini.

“Kalo gitu, kita pulang aja. Aku nggak mau nginap sama kamu!” Aku cemberut. Tadinya aku sudah begitu percaya pada Ben dan mengiyakan begitu saja ajakannya. Tak kusangka dia akan mengambil kesempatan juga.

“Hahaha ... kamu masih nggak percaya saya?” Ben tergelak hingga memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Apaan, sih! Kok malah ketawa?” Aku menyilangkan tangan di depan dada dan membuang pandangan ke arah jendela.

“Tenang aja, saya nggak akan ngapa-ngapain kamu. Kamu adalah hal yang paling berharga dalam hidup saya, saat ini,” lirihnya. Senyuman Ben menghilang. Dia sudah kembali menatap jalanan di depannya, dan aku tak bisa melihat seperti apa sorot matanya karena tertutup oleh kacamata. Tapi sepertinya ... dia tak main-main dengan ucapannya tadi.

***

Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/07/21/secret-2-part-21/

#indonesia #garudakita #ksi #writing