Ayana #Part 13: Kau Pikir Aku Siapa? - Lanjutan

in #steempress6 years ago (edited)

Cerita sebelumnya: Kau Pikir Aku Siapa?


Source

Aku menghela napas sembari menggelengkan kepala. Cowok playboy yang sok cool ini, sangat perlu diberi peringatan agar menjadi takut dan segan padaku. Tapi ... rasa segan pada Koh Andrew masih memaksaku untuk menekan rasa kesal itu sejauh mungkin.

“Kenapa kamu nggak bisa manis padaku seperti halnya pada Chandra?” Dia mengulang kembali pertanyaannya.

“Karena Chandra itu sopan, tidak sepertimu!” jawabku dingin.

“Kamu belum tahu aja, kan, seperti apa lembutnya aku.” Dia menarik tanganku, hendak merengkuhku ke dalam pelukannya.

Ah! Aku sungguh tak bisa sabar lagi! Aku sudah tak peduli bahwa dia setara dengan Chandra. Aku pun tak masalah jika setelah ini Koh Andrew memutus kontraknya denganku. Aku tak bisa terima diperlakukan seperti ini.

Secepat kilat kupelintir tangan besarnya, hingga lelaki berambut cepak itu harus membungkuk dengan punggung tangan tertempel pada punggungnya.

“Kamu pikir aku ini siapa?” tanyaku dengan nada tinggi.

“Sial, apa-apaan ka—”

“Kamu pikir aku ini siapa!” bentakku lagi, seiring dengan tenaga yang kukeluarkan untuk tetap menahan tubuhnya dalam posisi membungkuk. Aku masih cukup kuat jika sekedar melumpuhkan dia saja. Untung juga tak ada satu orang pun anak buahnya yang berjaga di luar sana.

“Oke, sorry,” ucapnya sembari menggerakkan tangan lainnya yang bebas dari cengkeramanku.

Aku melepaskannya tanpa berpikir panjang. Meski kesal, tapi ada baiknya tak kuperpanjang urusan sia-sia ini. Toh, dia sudah minta maaf.

“Aku akan anggap kejadian hari ini nggak pernah ada.” Kutinggalkan Benny yang sibuk memegangi pergelangan tangan kanannya.


[Source](https://www.pexels.com/photo/person-wearing-black-zip-hoodie-sitting-in-front-of-gray-wooden-plank-wall-during-nighttime-159069/)

“Enak aja kamu ... maen pergi aja!”

Dengan langkah kaki yang panjang, dia berhasil menjangkauku hanya dengan sekali melangkah. Tangannya kini melintang di hadapanku, mencengkeram lengan kiriku menggunakan lengan besarnya yang melingkar dari sisi kananku. Badannya menempel erat di belakang, hingga bisa kurasakan embusan napasnya di sela-sela rambut. Ternyata ... peringatan tadi belum cukup untuknya.

“Ayolah, sekali-kali bersikap manislah padaku,” bisiknya sembari menghirup napas panjang. Geli sekali aku membayangkan sosoknya yang sedang menikmati wangi sampo dari rambut pendekku.

Kali ini giliranku menghirup napas panjang, sembari melipat sedikit lutut untuk mendapatkan kuda-kuda yang tepat. Kukumpulkan semua tenaga yang ada, menumpukannya pada bahu dan lengan kanan, untuk kemudian mencengkeram badan besarnya dan mengangkatnya seketika. Kusentakkan tubuh ini ketika merasakan berat badan lelaki itu telah berpindah sepenuhnya pada bahuku, dan melepaskannya dengan mudah.

Bam! Sosok berbadan kekar itu terbanting bagaikan karung beras yang baru diturunkan dari truk. Tak cukup sampai di situ, kaki kanan yang beralaskan sepatu cats kudaratkan di atas ulu hatinya tanpa ragu.

Aku benar-benar tak peduli lagi. Sedikit pun aku tak terima disentuhnya.

Badan yang mengerang kesakitan di hadapanku ini, masih belum sudi kuberi ampun. Kuperdalam injakan kaki pada ulu hatinya, sembari menghujaninya dengan tatapan hendak membunuh.

“Kau pikir ... aku bergabung dengan kalian tanpa persiapan?” ucapku ketus.

“Akh! Ma ... maaf.” Dia menggenggam kakiku dengan kedua tangannya, sembari berusaha keras untuk menggeser bagian tubuhku itu.

“Kudengar tadi, kau minta maaf juga.” Alih-alih memindahkan kaki, kuberikan tenaga lebih besar pada tumitku yang menjejak tubuhnya.

Wajahnya semakin memerah. Berkali-kali kudengar batuk terlepas dari mulutnya. Napasnya pun semakin semakin terengah-engah.

“Jika lain kali berani begini lagi ... Mati kau!” Akhirnya kulepaskan juga pijakan itu. Jika dia masih bisa bangkit lagi dan kembali mencoba menyentuhku, mungkin aku tak akan segan menghantamkan kepalanya pada dinding.

Suara batuk yang bersahut-sahutan, mengiringi langkahku keluar dari kamar hotel.

Aku melenggang tanpa hambatan hingga sampai di pelataran parkir. Baguslah, ternyata dia cukup pintar untuk tidak coba-coba lagi merayuku.

***

Ada yang penasaran sama cerita-cerita sebelumnya? Mampir ke sini, yuk!:

Prolog

BAB 1 Hidup yang Kuperjuangkan dan Lanjutannya

BAB 2 Perjamuan dan Lanjutannya

BAB 3 Teman Lama dan Lanjutannya

BAB 4 Ingin Tahu dan Lanjutannya

BAB 5 Bersamanya dan Lanjutannya

BAB 6 Kau Pikir Aku Siapa?


Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/09/21/ayana-part-13-kau-pikir-aku-siapa-lanjutan/

Sort:  

Ayana.. Kamu luar biasa... 👍😎

Posted using Partiko Android

Ya donk, eheheheeeeee

Posted using Partiko iOS

Wahhh. Jagoan juga rupanya. Sudah sabuk apa mak? 😊

Sabuk-sabuk-an, bu, ahahahaaaaa

Posted using Partiko iOS

Wah! Ketinggalan saya
Harus baca dari awal 🤦😁

Mbak @diyanti86 berbakat jadi penulis novel, kalau saya baru coba2 bikin cerbung tanpa dialog krn blm paham menaruh tanda baca 🙊😁

Wah, terima kasih pujiannya, saya masih belajar juga mbak 🙏🏻

Semoga suatu hari nanti bisa jadi penulis novel beneran, Aamiin 😇

Coba searching aja tentang penggunaan dialog tag yang benar mbak, banyak koq ilmunya di mbah google 😊👌

Posted using Partiko iOS

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64223.84
ETH 3158.34
USDT 1.00
SBD 4.29