Ayana #Part 3: Hidup yang Kuperjuangkan (Lanjutan)

in #steempress6 years ago (edited)

Cerita sebelumnya: Hidup yang Kuperjuangkan



Sumber

Sudah hampir lima belas menit aku menunggu Benny di teras kos ini. Menyebalkan sekali! Dia tak menyebut jam, hanya menyebut “sebelum makan siang” saja. Mana aku tak tahu akan makan siang dimana. Terpaksalah dari jam sebelas tadi sudah duduk manis di dekat halaman bu kos yang berhiaskan bunga mawar putih.

Ah, jadi kangen ibu. Aku memutar-mutar gawai di tangan sembari berpikir, akan menghubungi sekarang atau tidak. Bagaimana jika ibu sudah berangkat ngantar makanan ke bapak di ladang?

“Halo, Mbak. Ibu belum jalan, ni, mau ngobrol?” Sayuti, adikku satu-satunya seakan bisa membaca perasaanku.

Nopo Ay? Tumben nelepon jam segini? Kamu sehat, Nduk?” Suara Ibu terdengar di seberang. Seketika rasa lelahku akibat kurang tidur, hilang entah kemana.

“Sehat, Bu. Ndak ada, cuma kangen aja,” jawabku sembari menghirup wangi mawar yang semerbak. Mungkin sekali-kali harus kuajak ibu ke kos baru ini.

“Oalah, Nduk. Kalo emang kangen, yo ... pulang.”

“Hahaha, belum bisa, Bu. Baru juga mulai semester baru.”

“Ibu suka sedih mikirin kamu di situ. Kenapa kamu nekad kuliah, sih, padahal uang kita ndak ada.” Suara wanita kesayanganku itu mulai serak.

“Ay mau sukses, Bu. Ay mau ngelihat Ibu dan Bapak berhenti bekerja suatu hari nanti. Kasian Bapak, sudah tua begitu masih harus kerja keras di ladang sawit.” Mau tak mau aku jadi terbawa perasaan.

“Padahal Bude Win sudah nggak ada, tapi kamu tetap bertahan di situ, sendirian ...” Isak tangis ibu mulai terdengar.

“Ibu jangan nangis, nanti kalo ada libur panjang lagi akan Ay usahakan pulang.” Pandanganku menerawang mencari-cari waktu yang memungkinkan untuk bisa pulang ke Pasaman sana. Ah, seandainya aja ada penerbangan ke sana ....

“Sudah dulu, Bu. Besok-besok Ay hubungi lagi.” Aku terpaksa menutup panggilan ketika mendapati sebuah Pajero Sport berwarna putih menepi di depan pagar.

Benny sudah datang. Dia tipe lelaki egois yang suka membuat orang lain menunggu tapi tak pernah mau menunggu. Entah mengapa dia biasa jadi orang kepercayaan Koh Andrew di usianya yang begitu muda.



Sumber

“Cuma makan aja, kan?” tanyaku ketika mobil ini melaju.

“Iya. Tumben kamu dandan, cantik juga,” jawabnya sambil melihatku sekilas.

Aku tersenyum kecut menanggapi ucapannya. Mau tak mau kali ini aku harus dandan. Terakhir kali menemani Koh Andrew makan malam dengan rekanannya, Chandra langsung menyampaikan teguran dari Koko untukku, agar lain kali sedikit berdandan dan tampil lebih menarik.

“Apa Chandra nanti datang juga?” tanyaku sembari membuang pandangan ke luar jendela.

“Kenapa kamu selalu nyari Chandra? Aku kan ada!”

“Mo nanya aja. Kalo nggak mau jawab, ya sudah!”

“Dia ada urusan lain, mungkin nggak akan datang.” Akhirnya dia mengalah juga.

Sebuah getaran membuatku mengalihkan pandangan ke layar enam inchi dalam genggaman tangan kananku.

Bang Ayang ... sepertinya udah lebih dari dua tahun aku nggak jumpa dia.

“Aku baru datang. Kalo kamu nggak sibuk, mampir ke pasar nanti, ya!” Bunyi pesan singkatnya.

Kuedarkan pandangan ke jalanan, dan tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa kami bergerak menuju ke daerah Siteba. Kebetulan sekali, jika memang hanya makan siang, mungkin setelah itu aku bisa mampir ke pasar.

“Jadi kamu yang antar aku pulang nanti, kan, Ben?” Aku menghadapkan badan pada Benny yang baru saja selesai memarkirkan kendaraannya.

“Kamu itu ... aku lebih tua lima tahun daripada kamu, kenapa nggak pernah mau manggil aku dengan sebutan ‘Abang’?” protesnya sembari turun dari kendaraan. Aku menyusul turun tanpa dikomando.

“Biasa aja, lah. Chandra yang udah kepala tiga aja, malah minta kupanggil nama,” jawabku begitu saja.

“Chandra lagi ... Chandra lagi ....” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Nanti kamu pulang sama aku, bukan sama Chandra.”

“Antarkan aku ke pasar aja nanti, nggak usah ke rumah.”

“Ya, terserah kamu, lah!” Dia berjalan lebih dulu memasuki sebuah restoran yang baru kali ini kukunjungi. Sepertinya restoran ini baru buka, waktu aku masih tinggal di sekitar sini bersama bude dulu, belum ada.



Sumber



Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/08/24/ayana-part-3-hidup-yang-kuperjuangkan-lanjutan/

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 65641.09
ETH 3479.54
USDT 1.00
SBD 2.50