Ayana #Part 10: Bersamanya

in #steempress6 years ago (edited)

Cerita sebelumnya: Ingin Tahu - Lanjutan


Source

Rubicon hitam ini melaju dengan kecepatan tinggi. Wajar saja, normalnya dibutuhkan waktu delapan jam untuk sampai di tempat tujuan kami. Jika mobil ini dibawa perlahan, tentunya akan membuat perjalanan ini terasa lebih lama dan membosankan.

“Kenapa kamu nggak bawa anak buah?” tanyaku ketika tiba-tiba teringat dengan beberapa orang lelaki yang biasanya selalu ada tak jauh dari kami.

“Kerjaan Benny lagi berat, dia butuh banyak back up,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.

“Emang kerja apa?”

“Pengawalan orang penting,” jawabnya tanpa berpikir lama. Syukurlah, ternyata Chandra masih seperti dia yang kukenal pertama kali. Dia tak pernah menyimpan sesuatu begitu ketat sebagaimana halnya Benny yang seolah tak pernah menganggapku bagian dari mereka.

“Tapi, bukannya kamu juga butuh? Padang-Pekanbaru kan nggak dekat. Kalo ada apa-apa, gimana?”

Slow, di Pekanbaru orang-orangnya kooperatif, kok. Lagipula, kalo mendadak butuh back up, adeknya Koko ada di sini.”

“Kamu sering ke Pekanbaru, yah?”

“Enggak juga, rutinnya setiap enam bulan. Itu juga kadang gantian sama Benny. Kamu?” Dia balik bertanya.

Aku melemparkan pandangan ke luar jendela tanpa menjawab pertanyaannya. Toh, itu hanya kalimat tanya retoris. Dia sudah tahu semua tentangku, buat apa bertanya lagi. Ini bukan yang pertama kalinya aku ke Pekanbaru. Dulu, Kak Vika pernah mengajakku Lebaran Haji di rumah orang tuanya. Waktu itu dia kasihan karena tahu aku tak bisa pulang kampung. Bisa merayakan lebaran haji bersama keluarga Kak Vika benar-benar pengalaman yang berkesan untukku, sayang, entah kapan aku bisa berkunjung lagi ke sana.

“Apa kita nggak berhenti dulu?” tanyaku saat menangkap pemandangan kios sepanjang jalan yang menjual keripik sanjai.

“Berhenti? Kamu pikir ini travel?” Chandra tergelak di ujung kalimatnya. Meski begitu, dia tetap menepikan kendaraannya di depan sebuah kedai yang menjual sate.

Aku tersenyum geli. Aku memang spontan bertanya karena ingat pernah singgah di tempat ini dulu waktu naik travel ke Pekanbaru dengan Kak Vika. Tapi, tetap kuhargai kesopanan lelaki di sebelahku ini yang menuruti keinginanku begitu saja.

“Apa kamu memang nggak tertarik dengan Kak Vika?” tanyaku sembari menyuapkan sate ke dalam mulut.

“Enggak.”

“Tapi, dia naksir berat sama kamu, loh.”

“Biar aja.”

“Kalo dia diambil Benny, gimana?”

“Baguslah itu, mereka berdua cocok.” Chandra terlihat tak ambil pusing.

“Ya. Jadi ... kapan kamu mau cerita tentang jaringan Koh Andrew ini?” Aku akhirnya menyerah. Sepertinya memang tak mungkin menjadi mak comblang di antara mereka. Lebih baik aku fokus pada tujuan awal menerima ajakan Chandra ini; untuk tahu lebih dalam tentang dunia yang sedang kugeluti saat ini.

“Nanti aja, di jalan. Mana mungkin aku cerita di sini.” Keningnya berkerut, menyadarkanku bahwa dia memang sudah tua.

“Ah, iya juga. Tapi, kalo nanti aku ketiduran pas lagi dengar cerita kamu, jangan marah, ya!” Aku memperingatkan, sembari melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

“Kamu dah ngantuk?” tanyanya tak percaya.

Aku mengangguk.

“Ya ampun, padahal kalo lagi main, kamu sanggup begadang sampai pagi.” Dia mengacak-acak rambutku.

“Ya, itu kan beda kondisi.” Aku melanjutkan suapan berikutnya. Sebetulnya kami sudah makan malam tadi, saat berada di batas kota, tapi ... sepertinya udara dingin di Bukittinggi ini benar-benar memancing nafsu makanku.


Source

Ada yang penasaran sama cerita-cerita sebelumnya? Mari mampir ke sini:

Prolog

BAB 1 Hidup yang Kuperjuangkan dan Lanjutannya

BAB 2 Perjamuan dan Lanjutannya

BAB 3 Teman Lama dan Lanjutannya

BAB 4 Ingin Tahu dan Lanjutannya


Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/09/18/ayana-part-10-bersamanya/

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 65641.09
ETH 3479.54
USDT 1.00
SBD 2.50