Ayana #Part 11: Bersamanya (Lanjutan)

in #steempress6 years ago (edited)

Cerita sebelumnya: Bersamanya


Source

Aku membuka mata perlahan, dan menyadari tidak adanya Chandra di kursi pengemudi. Ya ampun, beneran ketiduran ternyata!

“Aku dah bangun,” ucapku tanpa menunggu lelaki di seberang panggilan telepon ini bertanya lebih dulu.

“Ya, tunggu. Aku jalan ke situ.”

Di depan mataku, pemandangan pasar jam tiga dini hari, benar-benar berbeda dengan yang pernah kulihat waktu datang bersama Kak Vika di siang hari. Setengah badan jalan di bagian depan pasar, habis terpakai. Beberapa kijang pick up berhenti di tepi jalan dan menurunkan beragam hasil bumi; terutama cabai dan sayur mayur. Ramai sekali saat ini, hingga aku yang berada di dalam mobil saja bisa mendengar ucapan yang bersahut-sahutan dari para pedagang tersebut. Sepertinya, mobil-mobil itu memasok barang dari Sumbar.

“Cepat sekali bangunnya,” goda lelaki dengan wajah baby face-nya yang imut itu, ketika membuka pintu dan memasuki mobil.

“Baru sampaikah?” tanyaku penasaran.

“Baru sejam yang lalu. Aku udah singgah di dua pasar.” Dia mengepaskan posisi di balik kemudi. Sepertinya, kami masih akan berjalan lagi.

“Ini yang kedua?”

“Ini yang ketiga.” Dia memencet ujung hidungku dengan geram. “Aku nggak nyangka, kamu benar-benar akan ketiduran,” lanjutnya lagi.

“Aku pikir kamu cuma singgah di satu pasar aja.”

Kan, semalam aku udah cerita, ada enam pasar di Pekanbaru ini yang masuk jaringan kita. Jangan-jangan semua yang aku bilang tadi malam, nggak ada yang kamu ingat sama sekali.” Ia cemberut.

“Oh, iya. Maaf ... maklum, lah, baru bangun tidur. Nyawaku belum sepenuhnya ngumpul.” Aku menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal sama sekali.

“Baru bangun dan kamu langsung nelepon aku? Wah, aku jadi tersanjung, jadi orang yang pertama kamu ingat saat bangun tidur,” godanya sembari melajukan mobil.

“Ya, kan kita cuma berdua di sini!” Aku melayangkan tinju ke pundaknya yang tipis.

Heran, secara fisik, dia sama sekali tidak menakutkan. Tidak ada tato seperti Bang Ayang, tidak ada otot-otot terlatih seperti yang dimiliki Benny, tidak pula dia berwajah dingin dan bertatapan mengintimidasi seperti Koh Andrew. Tapi, mengingat posisinya sebagai orang kedua setelah Koh Andrew, dan melihat sendiri bagaimana takutnya Bang Ayang ketika berhadapan dengannya, rasa penasaranku padanya menjadi semakin bertambah.


Source

“Aku ngantuk. Tidur sebentar, ya. Kalo kamu bosan di dalam mobil, keluar aja,” ucapnya usai memarkirkan kendaraan ini di depan sebuah ruko yang memiliki label tempat les.

“Ya,” jawabku sembari menurunkan sandaran kursi. Daripada berjalan tak tentu arah di luar sana, lebih baik aku ikutan tidur.

Tak butuh waktu lama bagi Chandra untuk tertidur lelap. Sepertinya dia memang sudah ngantuk berat. Sebaliknya, aku tak bisa tidur ketika memandangi wajahnya yang ternyata bagaikan bayi saat tertidur. Bibir tipisnya perlahan bergerak, mengeluarkan sebagian udara dari paru-parunya dengan irama yang teratur.

Kualihkan pandangan ke luar jendela. Hari sudah berangsur terang. Bagaimana jika pemilik tempat ini datang dan mengusir kami? Ah, pikiran macam itu!

Betul saja, ketika rolling door ruko di depan kami terbuka, seorang lelaki bermata sipit hanya melihat selintas, kemudian masuk kembali ke dalam ruko tanpa memedulikan kami.

Prediksi Chandra juga sepertinya tak meleset, lama kelamaan, aku mulai bosan juga di dalam mobil ini.

“Hei.” Sebuah suara membuatku urung membuka pintu lebih lebar lagi.

“Maaf, kamu jadi bangun, ya?” Aku merasa bersalah telah mengganggu tidur lelapnya.

“Enggak juga, emang udah waktunya bangun.” Dia menatap sebentar jam tangannya dan menggerak-gerakkan badannya hingga menimbulkan bunyi gemeretak. Empat jam sudah berlalu dari dia tidur tadi.

“Kita cari sarapan, yuk!” ajaknya sembari membunyikan klakson sekali.

Mataku menangkap lambaian tangan dari lelaki di dalam ruko yang bermata sipit tadi. Sepertinya aku tak perlu bertanya lebih lanjut untuk bisa menyimpulkan bahwa orang itu mengenalnya. Entah dia berada di bawah jaringan mereka juga, entah dia adiknya koko, entahlah … toh, aku tak begitu ingin tahu.

***

Ada yang penasaran sama cerita-cerita sebelumnya? Mampir ke sini, yuk!:

Prolog

BAB 1 Hidup yang Kuperjuangkan dan Lanjutannya

BAB 2 Perjamuan dan Lanjutannya

BAB 3 Teman Lama dan Lanjutannya

BAB 4 Ingin Tahu dan Lanjutannya

BAB 5 Bersamanya


Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/09/19/ayana-part-11-bersamamu-lanjutan/

Sort:  

Sudah kami resteem ke 7870 follower.. Klaim segera airdrop kita dari Byteball!. (Segelintir kontribusi kami sebagai witness di komunitas Steemit bahasa Indonesia.)

Trims 👌😊

Wuiii dh mulai rutin lg ni "Ayana" kayaknya...
Asiik... 👍😸

Posted using Partiko Android

Yoi ... InshaAllah di update tiap pagi, buat sarapan, ahahahaaaaaa

Doain mb yan sehat-sehat aja ya 😁🙏🏻

Mudahan sehat terus Mbak...
😸😸

Posted using Partiko Android

Aamiin 🙏🏻😇

Trims mas bro 👌

Posted using Partiko iOS

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.24
JST 0.038
BTC 94514.58
ETH 3259.44
USDT 1.00
SBD 3.16