[2021:45] TENTANG SEORANG LELAKI TUA PENJAGA TIMBANGAN BADAN DI KOTA TUA SEMARANG

in Motivation Story3 years ago (edited)

Hampir Tidak Ada Hal Yang Berada Di Dalam Kendali Kita


Catatan : 5% dari berapapun yang diterima oleh artikel ini diberikan kepada akun @msofficial sebagai bagian upaya penguatan komunitas.
Kosong.

Kamis malam tanggal 11 Maret kemarin aku sempat mengunjungi Kota Lama di Semarang, bersama teman-temanku. Kota Lama atau disebut juga Kota Tua ini adalah kompleks bangunan peninggalan masa kolonial Belanda. Dibangun pada tahun 1753, Kota Tua ini dulunya adalah pusat perdagangan yang penting di masa pemerintah Hindia Belanda berkuasa di Nusantara.


Bangunan-bangunan tua di situ terlihat terrawat dengan baik. Menurut berita, sampai tahun 2019, kompleks bangunan bersejarah ini tidak terrawat dan terabaikan. Namun pada April 2019 Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai melakukan renovasi terhadap tidak kurang dari 116 bangunan yang berada di lahan seluas lebih dari 7 kilometer persegi itu, dan menelan biaya hampir 180 miliar rupiah. Kunjunganku ke Kota Tua di Semarang bisa sekilas kalian baca di sini. Tentang Kota Tua sendiri, kalian bisa mendapatkan banyak info di internet.


Yang ingin aku kabarkan dalam artikel motivasi ini adalah begini.


Di sepanjang trotoar jalan yang membelah Kota Tua, kita bisa menemukan di beberapa titik orang-orang yang “menjajakan” sepeda atau becak pengangkut orang. Sepeda-sepeda dan becak-becak antik tersebut ada di sana bukan sebagai sarana transportasi yang bisa disewa untuk berkeliling Kota Tua, tetapi sebagai titik berfoto. Orang bisa berfoto di samping sepeda atau duduk di bagian penumpang becak atau berpose sebagai tukang becak, lalu bisa memasukkan duit seikhlasnya ke dalam kotak kayu atau bekas kaleng biskuit yang disediakan di dekat situ. Pemilik sepeda atau becak biasanya hanya berdiri mengawasi saja, mereka bahkan tidak menagih bayaran kepada orang yang berfoto tapi lupa atau sengaja tidak membayar.


Di satu sudut jalan yang agak jauh dari keramaian, aku melihat seorang lelaki tua berbadan ceking. Mungkin dia tampak lebih tua dari umurnya yang sebenarnya. Bapak tua ini berdiri mengawasiku yang berjalan melewatinya. Ketika mata kami bertemu, dia tersenyum kepadaku, entah kenapa. Sepintas aku teringat almarhum ayahku. Di samping kakinya terletak sebuah timbangan badan, dengan tulisan dari stiker yang ditempel di sebuah sudut membentuk kata 2000 (dua ribu).


Aku lupa kapan terakhir kali aku menimbang berat badanku. Kurasa tidak ada salahnya untuk menggunakan kesempatan ini. Bapak itu terus tersenyum seolah hanya itu yang bisa dilakukannya. Ketika aku mendekat kepadanya, dia menunjuk ke timbangannya dan berkata, “Hanya dua ribu. Hanya dua ribu.”

Masih di kelas ringan super (super lightweight). 800 gram lagi ke kelas Welter (welterweight).

Aku menaiki timbangan dan meminta ijin untuk memfoto. Dia terus tersenyum sambil mengiyakan. Aku berfikir, apakah dia pernah menggunakan timbangan ini untuk dirinya sendiri? Berapa kali? Kapan terakhir kalinya? Apa yang dia rasakan. Dagu cekingnya dipenuhi bulu-bulu kasar yang tidak terurus dengan baik. Ada satu sisi di mana aku seolah melihat bagaimana hidup telah memperlakukan dirinya sampai saat ini dia berakhir dengan sebuah timbangan badan di trotoar sebuah jalan. Sejak berapa lama? Berapa ramai orang yang telah menggunakan timbangannya ini? Berapa banyak orang telah menimbang berat badannya di timbangan ini pada malam ini saja? Tetapi sesuatu di senyumnya berkata lebih kepadaku: dia terlalu letih untuk mengeluh.


Aku mengeluarkan duit sedikit lebih banyak dari biaya yang tertera di timbangannya. Senyumnya makin lebar. Ke rumah yang bagaimanakah dia akan kembali saat tiba saatnya dia harus pulang? Pikirku saat itu.


Itu mungkin hanya peristiwa biasa saja. Tetapi aku terus terkesan dengan pengalaman itu sampai saat ini. Sesuatu dalam senyumnya dan sinar pada matanya menawanku. Bahwa hidup terjadi pada setiap kita dengan membawa cerita suka duka masing-masing. Setiap kita menanggung kepedihan tertentu yang kadang kala orang lain tidak sanggup melihatnya. Demikian pula ada orang-orang yang tidak sanggup merasa bahagia meskipun berada di dalam kondisi yang menurut orang lain lagi adalah sebuah kebahagiaan. Setiap orang menapaki jalan berbeda. Sepedih apapun hari-hari kita, masih ada yang tidak seberuntung kita. Bersyukur, adalah apa yang kupelajari dari lelaki tua penjaga timbangan badan di Kota Tua di Semarang itu. Dan dia mengajariku di dalam diam.

Terimakasih Telah Singgah. STEEM ON!

5 Tulisan Terkait (Kata Kunci #motivation)

ThumbnailJudulTgl
[2021:41] TENTANG MIMPI, BAGIAN 3 : PERLU EKSEKUSI20210315
[2021:40] TENTANG MIMPI, BAGIAN 2 : WAKTU, KENYATAAN, DAN EVOLUSI MIMPI20210310
[2021:36] THERE’S ALWAYS BLESSING IN HARD TIMES [en] / ADA BERKAH JIKA KAMU MAU MAU MELIHAT LEBIH JAUH [id]20210305
[2021:33] TENTANG MIMPI, BAGIAN 1 : TAHU KAPAN MENGGANTI MIMPI20210301
[2021:30] TIGA HARI UNTUK DIJALANI20210224

5 Postingan Terakhir

ThumbnailTitleDate
[2021:44] THE DIARY GAME – 12 MARET 2021 : PERJALANAN KE DIENG PLATEAU20210317
THE DIARY GAME – 11 MARET 2021 : SEMARANG YANG MENAWAN20210316
THE DIARY GAME – 10 MARET 2021 : HARI TERAKHIR KERJA SEBELUM LIBURAN20210315
[2021:41] TENTANG MIMPI, BAGIAN 3 : PERLU EKSEKUSI20210315
[2021:40] TENTANG MIMPI, BAGIAN 2 : WAKTU, KENYATAAN, DAN EVOLUSI MIMPI20210310

Thanks for stopping by.

Sort:  

Allahu, sekarang pertanyaan-pertanyaan di kepala anda malah pindah ke saya. Entah berapa jarak Kota Tua-Lhokseumawe, semoga do'aku sampai ke sana, ke titik dimana sosok "timbangan 2000" itu berada...

Amin. Semoga doa sampai dengan selamat. "Jauh" atau "dekat" hanyalah kesimpulan yang terikat dengan sudut pandang geografis saja. :D

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.14
JST 0.028
BTC 59511.68
ETH 2613.19
USDT 1.00
SBD 2.39