Reward Pusi di Steemit Melebihi Honor Puisi Esai

in #writing6 years ago (edited)

Ini bukan hoax. Dan saya tidak sedang bercanda. Sungguh. Ini sungguhan. Tapi sebelum saya menunjukkan faktanya, saya ingin cerita asal muasal tulisan ini. Sabtu sore, kami (saya, @willyana, Iwan Kurniawan dan mas Ahmadun Yosi Herfanda (ahmadunyh) janjian bertemu di Kafe Roti Bakar 88 di Kompleks Pertokoan Pamulang Permai, seberang Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.

IMG_20180127_195725.jpg

Agendanya adalah membahas perkembang kegiatan sebuah acara sastra di Bengkulu yang kami rencakana pada April 2018. Tadinya, acara itu akan digelar pada akhir Februari, tapi karena waktu yang mepet, akhirnya panitia sepakat mengundurkan acara. Sebab, kini di Bengkulu sedang sibuk-sibuknya persiapan Pilkada Kota Bengkulu yang diadakan serentak pada Juni 2018.

Apa hubungannya acara sastra dengan Pilkada? Hubungannya baik-baik saja. Ya, tentu ada hubungannya dong. Begini ceritanya. Panitia, yang diketuai oleh Willy Ana @willyana, sedikit tersendat jalannya karena persiapan pilkada itu. Saat panitia hendak mengkomunikasikan kegiatan ini kepada sejumlah tokoh di Bengkulu, mereka sedang sibuk menghadapi Pilkada, termasuk Wali Kota sekarang yang akan mencalonkan diri lagi.

Mundurnya acara itu bagi Willy dan teman-temannya tidak soal. “Dengan begitu kita menjadi punya lebih banyak waktu untuk menggaet sponsor,” ujarnya. Nah, dalam rapat tadi malam, diputuskan bahwa kegiatan sastra di Bengkulu yang diberi nama Festival Sastra Bengkulu akan diadakan pada pertengahan April 2018.

IMG-20180115-WA0031.jpg

Tadinya ada usulan pada akhir April bertepatan dengan peringatan hari kematian Chairil Anwar pada 28 April. “Itu berpotensi acara kita tenggelam dengan banyaknya kegiatan peringatan Chairil,” ujar Iwan Kurniawan, salah seorang kurator acara itu. Ahmadun Yosi Herfanda, kurator lainnya, sepakat pula acara digelar tidak bertepatan dengan peringatan hari besar lain agar Festival Sastra Bengkulu tidak tenggelam. Detilnya soal kegiatan itu biarlah Ketua Panitia Willy Ana @willyana yang menjelaskan nanti dalam tulisan khusus.

Selain membahas teknis acara, rapat tadi juga membahas prinsip-prinsip kuratorial buku puisi Bengkulu bertajuk “Sukarno, Cinta dan Sastra” yang mengumpulkan karya para sastrawan Asia Tenggara. Kurasi karya itu sebagai dasar untuk mengundang para penyair dari berbagai kota di Asia Tenggara itu sebagai peserta kegiatan tersebut. “Jumlah pengirim puisi lebih dari 250 penyair dari dalam dan luar negeri,” kata Willy.

Nah, di sela-sela rapat yang diselingi guyonan segar itu, obrolan mengalir ke mana, mulai dari soal sastra secara umum, puisi esai, teknologi, filsafat, hingga Steemit. Tentu dong, sebagai Stemian saya punya kewajiban moral untuk terus mengkomunikasikan apa itu Steemit kepada kawan-kawan. Sekaligus memperkenalkan ruang lain untuk publikasi karya.
IMG-20180128-WA0011.jpg

Selama ini kami, para penulis sastra, memfokuskan mempublikasikan karya di media-media ternama (media nasional). Mengapa? Sederhana saja. Pertama, di sanalah kami benar-benar merasa masuk gelanggang untuk “bertarung”. Untuk lolos kurasi dan dimuat di halaman sastra di koran-koran nasional itu (seperti Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika dan Jawa Pos) kami harus bertarung dengan sekian banyak karya dan nama-nama penting dalam sastra Indonesia.

Kedua, oplah cetak dan peredaran media-media itu sangat luas sehingga kami merasa tidak perlu mengirim karya ke koran-koran daerah agar teman-teman di berbagai daerah membaca karya kami. Ketiga, sejumlah media itu, kurasinya sangat ketat. Kebetulan, saya menjadi salah satu kurator sastra di salah satu media nasional itu (sssttt, jangan bilang-bilang orang ya, haha...). Jadinya saya tahu betul bagaimana ketatnya kami memilih untuk memuat karya.

DSC00316.JPG

Keempat, ini yang tak kalah penting, honor di media-media itu lumayan besar. Berapa jumlahnya? Gak ah, ntar saja kapan-kapan saya kasih tahu. Lagi pula, jangan sampai mengirim karya (puisi atau cerpen) ke media-media itu sekedar mencari uang. Jangan deh. Kirimlah karya ke sana untuk memperkuat kapasitas dan kualitas karya, serta agar karya kita bisa dinikmati publik secara nasional.

Meski honornya lumayan besar, tentu masih kalah jauh dengan reward yang bisa didapatkan dari puisi yang trending di akun Steemit. Bahkan, reward puisi yang trending di Steemit nilainya jauh di atas honor puisi esai yang lagi ramai-ramai dibincangkan itu. Jika honor untuk satu puisi esai dengan panjangnya belasan hingga puluhan halaman ketik Rp. 5 juta, nah reward dari puisi yang trending di Steemit bisa mencapai lebih dari 1.000 dolar Asa alis sekitar Rp 13 juta. Tidak percaya? Mari saya tunjukkan buktinya.

Screenshot_2018-01-28-14-42-00_com.android.chrome.png

Coba baca puisi berjudul The day the aliens came yang ditulis oleh akun @drwom pada Jumat (26 Januari 2018). Ketika artikel ini saya buat pada Minggu, 28 Januari 2018 pukul 02.12, ia telah memperoleh reward 205.57 SBD dari 54 vote (semacam like di Facebook). SBD kepanjangan dari Steem Backed Dollars, salah satu uang digital (cryptocurrency) yang ada di dunia, selain bitcoin dan lain-lain.

Dari 205,57 itu, akan disisihkan dulu reward untuk curator sebesar 25 persen yakni 51,39 SBD. Sisanya adalah 154,177 SBD. Dari nilai itu, setengah dari SBD itu “dianjurkan”ditahan di Steemit untuk Steem Power (SP) demi memperkuat reputasi. Makin besar SP seseorang maka reputasi dan kekuatan (nilai) votenya makin tinggi. Misalnya, saya yang masih “mualaf” di Steemit sekali vote tulisan orang paling memberikan 0,01 SBD kepada si penulis. Tapi ada orang yang Steem Powernya besar dan reputasinya tinggi saat melakukan vote pada tulisan otang bisa memberikan hingga lebih 10 SBD bagi si pemilik tulisan.

Maka, jika 50 persen dari 154, 177 SBD itu ditahan untuk Steem Power, maka yang masuk walet untuk dicairkan adalah 77,08 SBD. Dalam beberapa hari ini, satu SBD nilainya adalah sekitar 7 dolar AS (nilainya fluktuatif). Jika 77,08 x 7 dolar AS, maka nilai bersih yang bisa dicairkan adalah 539,62 dolar AS. Jika dikonversi ke Rupiah jumlahnya mencapai (539,62 x Rp 13.000) Rp 7,015 juta. Masih jauh lebih tinggi kan dari honor puisi esai yang “cuma” Rp 5 juta. Asyik kan. Nah sekarang pilih mana: posting puisi di Steemit atau nulis puisi esai?

Screenshot_2018-01-28-14-42-25_com.android.chrome_1517125476822.jpg

Mungkin Anda menyela, “Ah jangan-jangan hanya satu puisi yang bernilai segitu.” Tidak kawan. Banyak. Coba baca puisi A Poem About Time Traveling yang diposting oleh akun @joseph empat hari lalu (Rabu, 24 Januari 2018). Nilai rewardnya malah lebih tinggi yakni 369,55 SBD (kotor, belum dikurangi sharing untuk curator dan pembagian untuk Steem Power).

Screenshot_2018-01-28-14-40-22_com.android.chrome_1517125500647.jpg

Tentu, untuk mendapatkan nilai itu tidak simsalabin. Kita perlu berjuang keras untuk terus aktif menulis di Steemit dengan isi yang disenangi oleh pembaca Steemit, termasuk membentuk jejaring, memperbanyak follower dan memperkuat “pangkat” (reputasi) dan Steem Power. Kalau kita baru-baru bergabung di Steemit, dapat 5 SBD untuk satu puisi saja sudah Alhamdulilah. Saya sendiri pernah satu puisi mendapatkan 30 SBD kotor (sekitar 10 SBD bersih siap dicairkan). Tak percaya?

Coba baca ini: Mata Teduh dan Sesuatu yang Tersingkap. Tulisan ini menjadi tinggi rewardnya karena dianggap penting dan layak untuk dipromosikan oleh curator @ocd Steemit (@mariska.lubis dan @macchiata). “Tiap hari saya membaca begitu banyak tulisan dalam delapan bahasa yang ditulis oleh para penulis dari sejumlah negara,” ujar Mbak @mariska.lubis saat bertemu dan diskusi tentang Steemit di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Jumat malam, 26 Januari 2018. Resume diskusi soal Steemit ini akan ditulis oleh @apilopoly. Selain saya dan pilo, malam itu ada juga @willyana dan @imanfirdaus.

IMG_20180126_191301.jpg
Satu lagi, tulisan yang disenangi oleh para pembaca, selain dikomentari dan diupvote atau dilike, juga akan diresteem (retwit untuk Twitter atau dishare jika di Facebook), yang tentu saja makin berpotensi untuk menambah apresiasi yang kita terima.

Depok, 28 Januari 2018.

MUSTAFA ISMAIL

#puisisteemit
#promosteemit #writing #puisi #puisiesai

12743800_1708662759418172_5532870101314623703_n.jpg

BACA JUGA:

Menembus Labirin Mematikan.

Menanti Sunset di Pantai Batang.

Cermin Retak.

Jangan Hancurkan Cermin Anda .

Investasi Puisi di Pasar Uang Cryptocurrency.

Panduan Singkat Bikin Akun Steemit.

Sort:  

post yang bermanfaat, tolong bantu upvote back dan folback saya terima kasih.

Siap. Terima kasih

Saya juga belajar buat puisi bg, dibeberapa postingan saya hehe :)

Nah asyik. Kan suka jalan-jalan, pasti banyak puisi. Nanti kita kumpulkan. Saya sedang menggagas kita bikin buku puisi khusus Steemian. Nanti saya posting infonya. Salam puisi selalu

Saya sangat senang dengan puisi.

Nah marilah terus menulis dan posting di steemit. Jangan lupa bikin tagar #puisisteemit di bagian bawah puisi agar kita mudah cari. Juga tag:poetry

Maksudnya di tag ke #puisisteemit ya?
Kalau tag poetry selalu buat.

iya. tagar aja di bawah puisi. coba lihat di bawah tulisan in saya bikin tagar #puisisteemit. Kalau tag di kolom khusus. Ini di bawah puisi persis.

Baik. Nanti jika saya posting puisi akan saya sertakan tagar tersebut di bawah puisi saya

sip makasih. selamat berpuisi selalu

Puisi yang menggiurkan he he

ya sangat menggiurkan. tapi tentu tidak mudah hehe....

Semoga kita semua sukses dalam steemit. Sukses juga dalam berpuisi tentunya menulis puisi. Semangat positif yang bang Mus @musismail terbarkan semoga memberi berkah untuk kita semua. Kuncinya yakin, semangat, dan percaya diri. Sukses untuk kita semua.

Amin. Amin. Sukses adalah harapan kita semua. terpenting kita tetap menjalankannya dengan penuh kegembiraan.

Perjuangan memang membutukan jalan penguat. steemit.com adalah salah satu jalan penguat komunitas sastra ya bang

Ya benar. Ini menjadi penguat dalam berkarya. Tapi yang utama adalah karya itu sendiri. Jika karya bagus di mana pun ruangnya akan terlihat bagus.

Meski bukan penyair, saya rajin menulis puisi di Steemit Bang @musismail. Sesekali, Bang Mu mengkurasi puisi saya, yaaa...

Saya baca puisi @ayijufridar dan menurutku menarik. Banyak puisi teman-teman (bukan penyair) yang menarik di Steemit. Kemarin banyak saya baca. Oh ya, aku belum tahu bagaimana cara kurasi itu. Apa maksudnya dikomentari?

Congratulations @musismail! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of posts published
You published a post every day of the week

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 63749.66
ETH 3419.02
USDT 1.00
SBD 2.48