Kerapkali, kita melakukan hal konyol untuk yang sudah pasti terasa manis untuk makanan memori. Dan, malam ini, kita bertengkar perihal tidak mau mengalah siapa yang akan memejamkan mata lebih dahulu.

“Sebaiknya, kita harus memejamkan mata bersama, namanya juga tidur bersama.” Kamu mengusulkan, tapi selalu aku suka mendebatkan, karena aku suka melihat ekspresi wajahnya yang sedang tak ingin menghadapi gangguan.

“Aku tidak mau begitu. Aku mau kamu yang tidur lebih dahulu.”

Ini bukan pertengkaran yang pertama kali, tapi sudah berkali-kali. Maka, kita yang sudah berbaring berhadapan pun berucap bersama. “Karena aku ingin menjadi orang yang pertama melihat matamu terpejam, di penghujung malam.”

Maka, seperti biasa. Akhirnya kita bergantian untuk memejamkan mata.

Kamu memejamkan mata lebih dahulu, dan aku berkesempatan menikmati hal favorit di hadapanku.

Mungkin bagi orang di luar sana, melihat sang kekasih terpejam di penghujung malam adalah hal yang sangat biasa, tapi bagiku dan bagi kamu, inilah hal luar biasa dan tidak boleh sia-siakan setiap harinya.

Karena saat kamu terlihat terpejam dengan tenang, aku pun merasa senang. Karena kita ingin sama-sama mencintai dengan tenang, tanpa rasa kekhawatiran yang menjelang.

Karena matamu yang terpejam, seperti lautan yang menyembunyikan mutiara di dasarnya yang terdalam. Karena aku ingin memastikan tak ada kelam, yang membuatmu sulit terpejam.