Kepingan Hidup Hasya | 6

in STEEM FOR BETTERLIFE3 years ago (edited)

Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu

50 % dari reward postingan ini akan dihibahkan ke @worldsmile

Previous Story


Kepingan Hidup Hasya | 6

Power Up 2.jpg

Editing tool: Canva

Enam hari telah berlalu sejak pertemuan dengan Ravev. Saat Hasya membuka mata pagi ini, ia selalu menemukan orang berlalu lalang di halaman depan rumahnya dan semua tampak sibuk sekali. Wajar saja begitu, sebab salah satu sepupu Hasya, Lais, yang tinggal di depan rumah sedang mengadakan pesta pernikahan. Seluruh keluarga besar pihak Bapak berada di rumah sepupu Lais untuk merayakan hari yang penuh kebahagiaan itu. Apalagi ketika matahari semakin meninggi di atas kepala, rumah sepupu Lais semakin dipenuhi oleh tamu-tamu penting. Bagi seseorang seperti Hasya yang tidak terlalu nyaman berada di dalam keramaian, rumah sepupu Lais bukanlah tempat yang tepat untuk menikmati sisa hari itu. Bukan hanya Hasya tetapi seluruh saudara kandungnya pun merasa demikian. Tinggal Ibu seorang yang masih berada di rumah sepupu Lais.

Untuk menghormati sepupu Lais, Hasya duduk di beranda rumahnya sendiri, bersandar di tembok sembari membaca buku fantasi kesukaannya tentang wanita yang menjadi pahlawan dengan menciptakan buah ajaib, sesekali tersenyum ramah kepada tamu-tamu yang melihat ke arah rumahnya. Ketika ia sampai di bagian petualangan yang menegangkan, seseorang memanggil namanya.

“Hasya! Kau dipanggil Bapak-ku,” ujar sepupu Regan yang lebih muda 10 tahun dari Hasya.

“Oh, benarkah? Ada apa?”

“Aku tidak tahu. Kemarilah, akan aku antarkan padanya,” timpal Regan.

Apa yang diinginkan Om Dito dariku? batin Hasya.

“Baiklah,” jawab Hasya sembari beranjak dari kursi nya. Ia mengikuti Regan, di dalam hatinya ia menerka-nerka apa yang akan dikatakan Om Dito padanya.

“Iya, Om. Kenapa?” tanya Hasya ketika berhadapan dengan Om Dito, masih berdiri tanpa berpikir untuk duduk santai di samping Om-nya.

“Setelah aku menyuruhmu untuk menemui Om Ega, apakah kau malah pergi menemui Tuan Guru Kastores?”

Walaupun Om Dito tersenyum saat mengajukan pertanyaan itu, Hasya tidak menyukai bagaimana Om Dito menyusun kalimatnya. Entah kenapa, ia seperti menyalahkan keputusan Hasya.

“Yaa. Hasya pergi ke rumah Tuan Guru Kastores setelahnya,” jawab Hasya bingung.

“Ahh, kenapa kau tak pergi ke Om Ega saja?”

Merasa disalahkan, Hasya hanya menjawab, “karena Hasya ingin pergi ke rumah Tuan Guru Kastores.”

“Hmm. Baiklah kalau begitu.”

Ha? Apa maksudnya begitu? Bertingkah dan tersenyum seakan semua baik-baik saja tetapi kata-katanya tidak menyenangkan, membuatku takut saja.

To Be Continued


Steemian, saya juga menulis cerita motivasi yang bertemakan Lesson From My Father series lho di komunitas Motivation Story.

Boleh baca Lesson From My Father series di sini dan di sini.

Dan saya juga menulis cerita berseri juga tetapi dengan judul berbeda, yaitu Kepingan Hidup Hasya di komunitas BETTER LIFE dan sekarang menjadi STEEM FOR BETTER LIFE.

Baca di sini

Instagram: @ozzarm
YouTube: Goore Oja
Novel: Detak

Hope support from:
@worldsmile
@el-nailul
@miftahuddin


Regards,

@ozzarm

About me

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 60189.57
ETH 3204.49
USDT 1.00
SBD 2.44