Kepingan Hidup Hasya | 7
Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu
Kepingan Hidup Hasya | 7
Di palung hati yang terdalam, Hasya amat tersinggung dengan perlakuan Om Dito. Bahkan senyumannya yang palsu itu membuat sakit hati Hasya semakin parah. Namun, Hasya tidak ingin mempermalukan Ibu ataupun Bapak yang sudah tidak ada lagi. Ia tetap tersenyum sama palsunya kepada Om Dito dan pergi kembali ke rumahnya sendiri.
Sebelum Hasya melangkahkan kakinya ke dalam rumah, sepupu tua Davoni menegurnya, “Hei! Hasya, kau dari mana saja? Tadi Tuan Guru Kastores dan Istrinya mencarimu di rumah sepupu Lais.”
“Benarkah? Aku tidak tahu Tuan Guru Kastores dan juga Istrinya akan datang. Aku di sini saja dari tadi.”
“Tentu saja mereka akan datang. Mereka saudara kita. Kau ini bodoh sekali.”
“Ah, benar juga. Mereka saudara kita,” seringai Hasya, “ apakah mereka masih di rumah sepupu Lais?”
“Sayang sekali, mereka sudah pergi sekarang. Katanya, kau akan menjadi guru di Sekolah Kencrux. Bagus sekali, selamat ya! Kudengar, hanya polyglots yang dapat bekerja di sana. Itu pasti karena kau dari kecil sudah belajar banyak bahasa dan kau juga lulusan universitas yang mahasiswanya dari berbagai mancanegara,” puji sepupu tua Davoni dan berlalu pergi.
Jika saja aku tahu Tuan Guru Kastores akan datang, pasti aku akan menyapanya. Tunggu sebentar, kenapa tiba-tiba Om Dito menanyakan hal menyebalkan seperti itu kepadaku? Aku kan tidak pernah mengatakan kalau aku pergi ke tempat Tuan Guru Kastores. Mungkinkah dia tadi bertemu dengan Tuan Guru Kastores? Apa Tuan Guru Kastores memarahinya? Itukah alasannya dia terlihat begitu kesal sampai harus memalsukan senyumnya?
Hasya sedikit merasa kasihan, memikirkan kemungkinan Om Dito ditegur oleh Tuan Guru Kastores. Namun, ia tidak mempunyai pilihan. Hasya benar-benar tidak ingin mendengar apa pun yang terlontar dari Om Ega jika harus meminta nasehat darinya. Perkataannya terlalu menyakitkan dan membuat putus asa.
Belum habis ia melamun di ambang pintu rumahnya sendiri, terdengar suara Ibu menyapanya dari kejauhan, “Hasya! Sedang apa kau di sana? Kau ingin pergi atau kembali ke rumah?”
Sontak, Hasya menoleh ke arah Ibu, “Ah, Ibu! Hasya baru saja kembali dari rumah sepupu Lais.”
“Tadi Istri Tuan Guru Kastores mencarimu. Beliau ramah sekali sampai Ibu sendiri terkejut,” ujar Ibu seraya mengajak Hasya masuk ke rumah juga.
Di ruang keluarga, Ibu bercerita apa saja yang terjadi selama Hasya menghilang dari acara.
“Hasya duduk di depan rumah, Bu. Di sana terlalu berisik.”
“Kalau saja kau tadi di sana.. Awalnya Ibu sedang duduk sembari membantu di dapur. Lalu, tiba-tiba Istri Tuan Guru Kastores berhambur ke arah Ibu dan menanyakan keberadaan dirimu. Di sana, Istri Tuan Guru Kastores benar-benar membanggakanmu di depan orang banyak. Dari kejauhan, Ibu juga melihat Tuan Guru Kastores sedang berbicara dengan semua pamanmu. Ibu senang sekali karena merasa ada yang membelamu.”
“Ah, jadi itu alasannya! Benar dugaanku. Pantas saja Om Dito memanggilku dan terlihat kesal. Hasya pikir mereka semua pasti merasa ditegur oleh Tuan Guru Kastores.”
“Kau dipanggil Om Dito? Apa yang dikatakannya padamu? Dia memarahimu?”
Hasya menceritakan semua yang dikatakan Om Dito, termasuk mimik wajahnya yang sangat mengganggu. Perasaan Hasya tak menentu. Ia tak tahu harus marah, iba atau senang atas kejadian yang dialaminya hari itu. Pastinya, ia merasakan kehangatan dari keluarga Tuan Guru Kastores karena mau mengangkat harga dirinya tanpa perlu meminta terlebih dahulu. Kehangatan yang begitu ia inginkan dari para pamannya.
To Be Continued
Steemian, saya juga menulis cerita motivasi yang bertemakan Lesson From My Father series lho di komunitas Motivation Story. Boleh baca Lesson From My Father series di sini dan di sini.
Dan saya juga menulis cerita berseri juga tetapi dengan judul berbeda, yaitu Kepingan Hidup Hasya di komunitas BETTER LIFE dan sekarang menjadi STEEM FOR BETTER LIFE. Baca di sini
Instagram: @ozzarm
YouTube: Goore Oja
Novel: Detak
Hope support from:
@worldsmile
@el-nailul
@miftahuddin
Gaya bercerita yang sepertinya dipengaruhi oleh penulis-penulis "luar", sepertinya penulis suka membaca novel-novel saduran.
Tepat sekali😁