Kepingan Hidup Hasya | 1

in MIGRATE TO3 years ago (edited)

Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu

50 % dari reward postingan ini akan dihibahkan ke @worldsmile

Halo semua, salam kenal dari @ozzarm! Sebelumnya, saya sering mampir ke komunitas BETTER LIFE tapi masih ragu untuk bergabung karena banyak sekali orang-orang memukau yang menulis di sini dan saya merasa belum sepatutnya ikut aktif di komunitas ini (minder gitu). Namun, hari ini saya telah membuat keputusan bahwa saya juga akan menulis di sini agar terkena pesona dari penulis di BETTER LIFE. Terimakasih kepada @klen.civil atas arahannya.

Cerita berseri adalah jenis karya tulis yang akan saya update di komunitas kita ini. Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang berjuang meraih kesuksesan demi membahagiakan keluarganya. Dengan begitu, saya mungkin bisa berbagi sedikit pelajaran hidup sebagai bentuk charity di sini. Tokoh utama dari cerita ini bernama Hasya. Biar lebih menarik, cerita berseri ini akan saya beri judul Kepingan Hidup Hasya.


Kepingan Hidup Hasya | 1

Power Up 2.jpg

Editing tool: Canva

“Universitasmu bertaraf internasional, bukan? Bukankah seharusnya mudah bagimu untuk mendapatkan pekerjaan setelah belajar? Sayang sekali, aku tidak dapat membantumu. Kau tahu sendiri, aku ini sudah pensiun. Lagi pula, kenalanku tidak banyak, tidak seperti Bapakmu. Aku hanya bisa memberimu saran untuk pergi ke rumah Om Ega. Dia mempunyai segudang relasi yang tak pernah kau bayangkan,” ujar Om Dito petang itu.

“Baiklah. Terima kasih banyak atas sarannya, Om. Kalau begitu, Hasya pamit pulang dulu.”

Bukankah Om Dito sendiri yang menyuruhku untuk mendatanginya jika aku sudah lulus? Kenapa dia berkata demikian? Apa aku salah? batin Hasya.

Beberapa waktu lalu, keluarga Hasya pindah ke kampung halaman mendiang Bapak di desa yang dikenal dengan nama Tariga. Sebelumnya, Hasya tinggal di kota Sygni di lingkungan tempat tinggal yang baik sekali sebab seluruh tetangganya mengerti dan menghargai apa itu perjuangan, baik itu generasi tua maupun generasi muda. Sangat bertolak belakang dengan penduduk desa Tariga, begitulah anggapan Hasya dan saudara-saudaranya.

Kenapa hatiku perih? Apa perkataannya menyakitiku? Tapi dia Om Dito yang selama ini Bapak percaya dan selalu dispesialkan. Kenapa tiba-tiba aku berharap dapat mengadu pada Bapak? Aku ingin ada Bapak di sampingku sekarang. Oh lagi pula, kenapa Om Dito tega sekali menyuruhku pergi ke tempat Om Ega? Dia kan tahu bagaimana sikap Om Ega padaku!

Hasya tidak dapat berhenti memikirkan perkataan Om Dito padanya. Di perjalanan pulang, sebelum berbelok ke arah rumahnya tiba-tiba saja air matanya jatuh tanpa diminta. Di depan rumah, ia ragu untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Hasya bingung sekali kenapa air matanya tidak dapat dihentikan padahal dia sudah berulang kali mengusap dan berusaha mengerti perasaannya. Menurut Hasya, air matanya tidak masuk akal. Bukankah seharusnya dia merasa berterimakasih kepada Om Dito karena mau mengarahkannya?

Ibu yang memerhatikan Hasya di dalam rumah, pergi menghampirinya. Sontak, Ibu memeluk Hasya dan bertanya, “ada apa?”

Mendengar suara ibu yang lembut, Hasya menangis sejadi-jadinya, “Ibu! Hasya ingin Bapak kembali ke sini!

To Be Continued

Instagram: @ozzarm
YouTube: Goore Oja
Novel: Detak

Hope support from:
@worldsmile
@el-nailul
@miftahuddin


Regards,

@ozzarm

About me

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 60268.51
ETH 3201.96
USDT 1.00
SBD 2.43