Bertahan di Steemit?

Artikel ini tadinya ditulis sebagai entry untuk Kontes Ramadhan Giveaway oleh @rayfa, tapi tengat-waktunya terlewat, jadi... saya tinggalkan disini saja. Selamat membaca!

Mengenai kontes tersebut, bisa dibaca di link berikut:
https://steemit.com/writing/@rayfa/kontes-menulis-apa-yang-membuat-kamu-bertahan-di-steemit-387baf75f1976

Pemenangnya juga telah diumumkan disini:
https://steemit.com/ramadhanmubarak/@rayfa/pemenang-ramadhan-giveaway-kontes-menulis-apa-yang-membuat-kamu-bertahan-di-steemit-0aeebd8a8bae6

Selamat kepada para pemenang!

Bertahan di Steemit?

"Bertahan di Steemit", jargon yang kadang jadi momok, tapi kadang meringankan hati juga. Tergelitik juga akhirnya untuk menelusuri sendiri, mempertanyakan kepada diri sendiri, kenapa atau mengapa saya bertahan di Steemit, walaupun baru 26 hari.

Saya tergerak mengetahui tentang Steemit ini dari teman saya, @anomt, yang kebetulan punya hobby kurang-lebih sama : menggambar. Oke, saya tetap menyebutnya 'hobby' untuk sekarang ini, buat membedakan saja dengan teman-teman yang memang telah berhasil menjadikannya profesi, dan... bisa menghidupi diri dari pekerjaan itu. Satu hal yang dia yakinkan adalah saya bisa memamerkan coretan-coretan iseng saya ke sini dan dapat rewards. Payout mingguannya, jadi daya tambah gregetan. Jujur saja, itu picu pertama, dorongan awal saya ketika mulai memikirkan konten macam apa yang bisa saya tuangkan dalam blog. Saya kebanyakan berdagang, jadi maklum saja kalau pertimbangan 'reward' yang layak adalah salahsatu rule-of-thumb saya setiap memulai sesuatu yang potensil menjadi rutinitas.

Saya tidak pernah blogging sebelum ini, di platform manapun, jadi ini adalah pengalaman pertama. Mendapat rewards dari menggambar juga sebenarnya bukan hal baru. Biarpun saya sudah lama mengubur impian untuk terjun ke bidang ini, saya masih sempat menjalankan microstock dan menghasilkan reward dari situ sebelum akhirnya kena suspend dan kembali malas menekuni gambar-menggambar. Buat yang masih awam, microstock adalah salahsatu cara freelancer di bidang visual-art dan graphic-design untuk mendapat pundi-pundi dollar dengan mengupload stock desain (dan gambar) ke situs marketplace desain. "Gambar" disini lebih banyak berupa vector-art.

Jadi, saya masih menggambar setelah "patah-hati" dengan microstock. Hanya saja (sebelum bertemu Steemit) rewards saya adalah kegembiraan putra saya. Iya, Dia senang sekali memperhatikan saya menarik-narik garis di layar PC, bahkan berkembang menjadi hampir rutin saya harus menggambar apa-apa yang dia minta, kebanyakan adalah karakter-karakter cartoon yang dia suka. Jadi, reward saya adalah quality time dengan putra saya. Ini diluar soal slavery anak kepada ayahnya yaa! haha... ya, saya kebanyakan menurut saja menggambarkan apa yang dia mau, walaupun kadang kepikiran 'kenapa ga koleksi aja gambar dari internet, toh kadang permintaannya persis seperti contoh yang dia dapat dari internet... ambil dan print, nak'. Nope, it's about the quality time. Waktu yang sedikit untuk dekat dengan keluarga, ditengah tuntutan mayoritas alokasinya untuk rat-racing mencari nafkah, kadang berasa sangat menguntungkan ketika kita bisa meraup suka-cita yang lebih banyak dari semestinya. Sekaligus, kadang permintaannya memang challenging... "Baba, coba... bisa ga gambar Thomas lagi jualan bakso?... Coba kalo Baba jago... gambarin Nemo lagi ngejar layang-layang putus! ....Ini dong Ba, Bumblebee latihan pramuka...pasti kereeen"

Ya, saya curied di beberapa hari awal, anggaplah itu nilai bonus dan picu lebih. Tapi semangat bertahan terbesar: lebih karena saya bisa balas dendam! ... Membuat putra saya menyaksikan saya menggambar untuk entry-entry kontes art di Steemit! Haha... no more "Angry Birds naik delman", "Spongebob lagi di puncak Monas", "Upin-Ipin pegang bendera merah-putih"! Merdekaaa...
Dia tetap menikmati, tapi tetap saja ga bisa diam... "Wuaaa, gambar dragonnya Baba dapat banyak es-be-de...Kereen.. coba kalo kemarin nurut, taruh Doraemon ditengah trus Nobita lagi gelantungan di sebelahnya...pasti bisa dapat lebih banyak! Baba bawel sih..."

Huh!