Tips Membuat Kompos dari sampah rumah tangga.

in #nature7 years ago

Halo sobat Steemians yang mungkin juga punya hobi bercocok tanam seperti saya.

Hari ini saya ingin berbagi tips dalam membuat kompos sendiri.
Di Jerman kita wajib memisahkan sampah dan dikota saya biaya servis pembuangan sampah bulanan ditentukan berdasarkan jumlah sampah yang kita buang. Jadi setiap kali tong sampah kita diambil petugas, isinya akan ditimbang.
Di kota lain ada yang dihitung berdasarkan jumlah orang yang tinggal di rumah tersebut. Kedua metode ada plus minusnya tentu aja. Sistem itungan per-kepala tentunya rugi kalau misalnya penghuninya jarang dirumah karena pekerjaannya menuntut banyak travelling, sehingga jumlah sampah yang diproduksi orang tersebut selama dirumah tentunya sedikit.
Untung kalau misalnya RT tersebut kebetulan gede-gede semua sehingga banyak makan, jadi banyak sampah juga hahaha.
Kalau sebagian dari sampah dibikin kompos kan timbangan sampah jadi ringan.
Tapi meskipun nggak ditimbang, tetap saja jauh lebih baik bgi alam kalau kita mengurangi sampah semaksimal mungkin, terutama jika sampah tersebut sebenarnya bisa dijadikan produk yang berguna lagi daripada menggunung di satu tempat atau dibakar. Makin banyak yang harus dibakar, makin gede polusinya kan.
Suka sedih kalau melihat betapa orang Indonesia baru pada suka bertanam ketika di tinggal di Eropa (terlepas dari mereka punya kebun ataupun bertanam memakai pot di balkon). Padahal disini iklimnya susah, cuma bisa bertanam sebentar doang karena ada musim dingin yang kejam, udah gitu tanahnya ngga selalu gampang diolah.
Sementara di Indonesia yang punya matahari sepanjang tahun dan tanahnya subur, kompos murah, segala macem bisa tumbuh malah pertaniannya ditelantarkan, dan orang yang hobi berkebun juga cukup langka.
Jangan ngeles sibuk ya, emangnya di Eropa orangnya pada males-malesan, kan sama-sama harus kerja juga kalau mau cukup sandang pangan dan papan toh?
Bahkan disini kalau punya anak semua diurus sendiri lho, ngga ada pembantu ngga ada ortu/mertua, yang bisa setiap saat dengan senang hati direpotin. Tapi masih bisa lho berkebun.

Suka gemes kalau baca koran pada ribut cabe mahal. Padahal nanam cabe itu guampaaaang banget. Nabur 1 biji juga tumbuh, dan perawatannya ngga susah. Satu pot doang aja panenannya udah banyak.
Disini cuma nanem 2 pohon aja, cabe yang diproduksi ngga habis2 dimakan.
Kalau ngga mau busuk terbuang harus dikeringin atau di bekukan biar awet.
Dan begitu masuk Oktober dah kedinginan, sebentar lagi pasti mati. Coba kalau di Indonesia pada mau nanem satu pot aja, kan ngga perlu ngomel-ngomel lagi kalau cabe mahal, karena orang Indonesia banyakan pada gila sambel dan makan gorengan sambil nyeplus cabe hehehe.
Aku dulu ditempat kos juga nanem cabe di pot lho.
Ah ya... sudahlah, langsung aja deh saya bagi tips bikin kompos nya ya.

A. Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang Memiliki Lahan.

Caranya cukup sederhana, yaitu:
Gali tanah sedalam 50-100 cm dengan jarak minimal 10 meter dari sumur untuk menghindari tercemarnya sumur.
Isi lubang dengan sampah organik yang telah ditiriskan.
Tutup atau taburi sampah dengan tanah secara berkala untuk mengurangi bau.
Jika telah penuh, tutup lubang dengan tanah.
Setelah tiga bulan, lubang dapat digali. Hasil galian dapat digunakan sebagai kompos sedangkan lubangnya dapat digunakan untuk membuat kompos kembali. Kalau di Jerman ada banyak "composter" siap pakai yang dijual di toko. Kontainer untuk kompos ini ada yang sepenuhnya tertutup sehingga nggak menyebarkan bau menyengat.
Oh ya, jangan buang sisa makanan terutama yang ada dagingnya ke situ, supaya ngga bau busuk serta mengundang binatang liar.
Saya sendiri pakai kontainer komposter yang siap pakai, soalnya ngga terlalu mahal juga harganya, daripada susah gali-gali hehe.
Kaya gini nih wujudnya:

B. Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Lahan luas.

Mungkin sobat Stemians bertanya-tanya, kalau ngga punya lahan ngapain bikin kompos segala, mau dipakai apa?
Lho, kan ada juga orang yang tetap hobi cocok tanam meskipun ngga punya lahan luas toh. Bertanam didalam pot kan bisa, nah kalau punya kompos sendiri kan ngga harus beli tanah dan pupuk mahal-mahal gitu lho. Mengurangi jumlah sampah yg harus dibuang pula.
Bagi rumah tangga yang tidak memiliki lahan luas, pengolahan sampah menjadi kompos dapat dilakukan dengan menggunakan ember, pot, kaleng bekas, atau sejenisnya, yang sekaligus nantinya bisa dijadikan pot tanaman begitu kompos nya jadi.
Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya.
Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari.
Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala.
Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan.
Wadah siap dijadikan pot dengan kompos di dalamnya sebagai media tanam.

Semoga bermanfaat!

Sort:  

Saya sangat tertarik tentang dasar pengenaan tarif retribusi sampah di Jerman, biaya retribusi ditetapkan berdasarkan berat sampah yang dibuang. Di tempat kita khususnya di Aceh, penetapan tarif retribusi berdasarkan.luas bangunan, menurut saya ini.kuarang fair. Penetapan berdasarkan berat dapat mendorong masyarakat kita utk mengurangi dan mendaurulang sampah. Saya pernah bekerja di dinas kebersihan selama 7 thn, kami sering melakukan sosialisasi tentang membuat kompos di skala rumah tangga, bahkan kita membagikan komposter secara cuma2, komposter sederhana dari drum yang diberi lubang, tp respon yang kita terima tdk seperti yg diharapkan. Mgkn dengan metode penetapan retribusi seperti yg Mbak @kobold-djawa ceritakan bagus untuk jika kita terapkan di sini, masyarakat akan tergerak untuk mengurangi dan mendaurulang sampah untuk menghindari biaya retribusi sampah yang tinggi. Terima kasih telah berbagi informasi dan ilmu yang bermanfaat

Iya, kalau berdasarkan luas bangunan memang nggak fair sih. Kalau menurut jumlah kepala sampah masih masuk akal, karena makin banyak orang secara umum maka sampahnya juga akan makin banyak, walaupun ada kasus pengecualian tentunya, tapi kan itu termasuk minimal. Begitu juga ditimbang itu bagus, cukup adil. Tapi ada efek sampingnya juga lho... Kalau emang dasar mentalitas penduduknya yang bobrok, oportunis dan ignoran mah bakal tetep jorok juga.
Karena ngga mau timbangannya berat akhirnya kalau jalan-jalan disekitar kompleks rumahnya sendiri bawa makanan dan minuman kalau ngga nemu tong sampah di jalan terus ngga mau ngantongin sampahnya dan bawa pulang buang di tong sendiri, tapi trus suka dibuang sembarangan di jalan.
Padahal sampah2 dia sendiri juga kan, dan jalan2nya juga masih di satu kompleks sendiri.
Jadi emang tergantung mentalitas orangnya juga.
Terimakasih yaaa udah mampir, semoga nggak nyerah jaga kebersihan dan motivasi orang di Aceh sana. Sukses yaaa.

Baca postingan ini kayak ketampar hahaha....makjleeeb, eh bukan, plak! plak!
Saya ngaku belum pernah mencoba bercocok tanam. Padahal kalo mamak saya dateng, beliau sibuk tanam ini itu, dan hidup subur. Begitu beliau pulang, saya yg menikmati hasilnya wkwkwkwk...
Tp saya memang punya keinginan utk tanam2 mbak, meski belum tahu kapan eksekusi hihihi..
Mbak Ana bercocok tanam apa aja di sana? Musim paling pas untuk tanam2 musim opo je mba?

Hahahhahaah, cukup sakit nggak?
Kalau belum nanti takulangi...lhoh! :-D
Sekarang ada kebun nanemnya macem2, sampai buah segala. Di artikel ku yang lama udah pernah ku posting apa aja yang ada di kebunku.
Aku bahkan pernah nyoba nanam jagung segala haha, tapi jagung penyerbukannya pakai angin, kalau ngga banyak nanamnya, ngga cukup, jadi jagungnya banyak yang ompong, karena cuma satu petak kecil doang LOL.
Kangkung, tomat dan cabai (ini tiga tanaman wajib), ketimun, paprika, bayam, sawi, strawberry, macam-macam salad, buncis, kapri. Karena ngga pakai "chemicals" jadi aku pake sistem rotasi. Selain 3 tanaman wajib tadi, untuk tanaman yg lain aku ganti-ganti, supaya tanahnya sempat memulihkan diri dulu. Karena setiap jenis tanaman punya sifat berbeda dan kebutuhan nutrisi yang berbeda juga. Jadi supaya nutrisi tanah ngga sampai kering dan tiap tahun bisa tetep lumayan subur tanpa pupuk kimia, nanamnya mesti pakai "planning" hehehe, kombinasi sistem tumpang sari sama rotasi tanaman.
Dulu waktu masih tinggal di flat, aku nanam di pot di balkon. Karena sempit jadi cuma nanam kangkung, cabe, tomat sama sawi doang. Itu juga sudah cukup untuk bisa bikin aku absen belanja produk ini selama summer lho. Irit banyak, terutama karena cabe kan impor, tomat kita sukanya yg cherry, itu harganya lumayan mahal, jd kalau punya sendiri ngirit, kangkung juga kan impor jadi mahal. Makanya kalau nanam sendiri ngirit.
Temenku di Cambridge malah ada yang coba nanam metode hydroponik, sukses juga lho. Bisa cukup dipake dia jualan hasilnya hehehe. Dia jualan makanan indonesia di cambridge sana.
Kalau nanam cocoknya ya jelas cuma summer, kalau ngga summer mana ada matahari, mati dong tanemannya.
Disini kalau mau bisa panen agak lama dikit, triknya bulan Maret gitu harus sudah mulai menyemai biji di dalam rumah, kalau mau ngirit bisa pake karton bekas telur untuk persemaian. Itu ditaruh di ambang jendela, jadi bisa dapat sinar matahari sedikit dan terlindung dari udara luar yg masih dingin.
Nanti begitu frost terakhir lewat, kira-kira 11-15 Mei gitu, baru dikeluarkan, entah dipindah pot lebih besar atau di tanam di tanah begitu. Jadi nanti awal Juli sudah bisa mulai panen satu-satu. Sayur jelas panen duluan, kalau kayak tomat, ketimun dan buah-buahan tentunya lebih lama lagi.
Bulan september dah mulai dingin, beberapa tanaman tropis dah kuning-kuning nyawanya dah mau ilang. Cuma tanaman eropa yang masih lumayan seger. Tapi itupun bentar lagi juga mati.

wuuih, maturnuwun banget atas ulasan panjang lebar, ini komen bisa dijadikan artikel sendiri hehehe...
Terus setelah baca komen ini njuk saya tambah isin hahahaha...orang2 di negara 4 musim berusaha semaksimal mungkin utk bercocok tanam. harus pakai hitung2an dan rencana matang. Lha neng indonesia ibaratnya biji atau batang kayu dilempar aja bisa tumbuh tapi kok ya isih males tandur2.
(babak belur moco postingan dan komen ini hahahaha).

Ada satu blog punya orang Amrik yang suka saya intip namanya www.soulemama.com. Si empunya ini, ibu2 beranak 5, hidup di countryside gitu. Makanan dan baju yang keluarganya pakai itu hasil keringat sendiri. Macem2 sayur dia tanam, terus beternak unggas, lebah, biri2, babi. Itu bulu biri2nya dia pintal sendiri jadi benang, trus dirajut jadi baju keluarganya. Madu hasil lebah dia konsumsi sendiri, sisanya dijual.

Pas panen besar, buah2an melimpah dia buat selai utk persediaan saat ga bisa bercocok tanam. Keren banget. kayaknya dia jarang banget belanja keperluan dapur hehehe...

Mau dong mba, intip kebunnya mba Ana, kasih linknya dong. daripada saya bongkar2 blog, belum ketemu ntar keburu bayi saya nangis hihihi...

Waaah, temenku tinggal di Australia juga gitu, tinggal di desa jadi bisa beli tanah lumayan luas, deket sungai pula. Suaminya beli ijin untuk boleh mancing. Jadi dia bisa dibilang cuma butuh belanja produk yang susu sama, daging sapi sama beras/sereal doang.
Sirik kalau sama dia, soalnya dia tinggal di daerah yang zona temperaturnya masih lumayan mild, jadi tanaman tropis dengan sedikit perlindungan (dipotong sampai dekat tanah trus dikurungi karung goni atau daun-daunan daan ranting2 kecil gitu) di musim dingin pun masih bisa bertahan hidup, "spring" bisa tumbuh lagi sendiri. Dia bisa nanam pepaya, ketela pohon, kelapa, semua bisa dia... Bikin sirik isi fesbuknya hahaha.
Mana ikannya disungai besar-besar pula hahaha. Sebenarnya air di daerah dia agak susah, curah hujan rendah ngga kayak di Jerman, tapi berhubung dekat sama sungai jadi dia tetep enak, ngga keluar banyak utk pengairan kebun.
Aku untuk nyiram kebun menampung air hujan (aku beli tong masing2 kapasitas 400 liter disambung ke "talang air", jadi kalau tong penuh air hujan akan lanjut mengalir ke kanal), jadi tetep ngirit rekening PAM.
Ntar ya kalau bayiku jg lagi tidur tak cariin link nya hehehe.

Thanks for sharing.@kobold-djawa
Upvote Resteem

Valuable and necessary important post and it matching present time. You have cleverly advised how to made compost from garbage. Lot of peoples not in like to clear their gardens with busy condition. All of are searching money money, money. But its not a life. We do the needful for protect our nature. You suggested 1 good title for protect our environment from this post.
Thank you & have a bless day...
Upvote & Resteem

Thank you for the upvote and comment. Yes, one couldn't only wait others to do things or just demand the state to do things. We should start from our selves too. Even a just a little move it's still a positive contribution anyway.

terima kasih telah berbagi tips...

Sama-sama, semoga ada manfaatnya dan bisa diterapkan. :)

Very valuable instruction about how to Make Compost from household waste.
No need say any words because you have successfully wrote this article @kobold-djawa.
Have a nice day!!

Thank you. :-)
I hope it would inspire you and other readers to make one as well.

Wah, hebat mbak @kobold-djawa, sepertinya itu menjadi sebuah inspiration. Tapi terkadang yang menjadi kendala mungkin, bahan-bahan nya, sedikit sulit di cari. Seperti serbuk gergaji, dan kapur, mbak.. 😯

Sebenarnya nggak harus juga sih. Kalau bahan komposnya full nabati, kayak kulit bawang, sayur, dan semacamnya, ngga ada kulit udang (super bau ini haha), ngga ada kotoran, sebenarnya ngga harus dikasih serbuk gergaji atau kapur juga kok. Sampah nabati nggak bau busuk, dan kalau ngga mau ngundang lalat dikasih tutup aja seadanya, yang penting tertutup.
Aku ngga pernah pakai. Full sampah dari dapur doang dan paling ditambah daun-daun kering kalau musim gugur dah tiba dan rumput atau tanaman liar pengganggu hasil siangan saja.

Great post.

Most valuable post to the community live in this present tense.
They are always blast our nature. humans need join for protect nature like as you. This is stunning one about making compost.
I`m following you.
Upvote~ Resteem.

Thank you. Have a nice weekend.

Thanks for sharing this post.
For your post propagation.
Upvote/Resteem

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 58077.92
ETH 2457.08
USDT 1.00
SBD 2.37