Tentang Blockchain Dan Sistem Ekonomi Islam (Bagian 3)

Banyak yang tidak menyadari bahwa sebenarnya, uang kripto (crypto currency) yang sekarang sedang "heboh" ini adalah adaptasi dari sistem ekonomi Islam. Uang kripto dibuat dengan algoritma yang membuat jumlahnya terbatas, sama seperti emas yang diasumsikan jumlahnya terbatas, sehingga selalu ada kemungkinan untuk naik nilainya dalam jangka panjang dan tidak turun nilainya seperti uang kertas.Namun, karena yang dijadikan jaminan adalah program/proyek untuk dihitung dengan algoritma agar menghasilan jumlah tertentu, maka masih bisa terjadi masalah besar. Bila program/proyeknya gagal atau hanya manipulasi, siapa yang bisa menjamin?

Di lain sisi, disadari tak disadari, diakui tak diakui, dunia ini sebenarnya sedang menghadapi masalah besar yang bukan hanya di bidang ekonomi dan politik, tetapi bisa dikatakan hampir di segala bidang. Penyebabnya adalah sudah terjadi konspirasi yang begitu besar untuk menguasai di dunia ini, yang tentunya mencakup segala bidang. Sistem yang sudah terbentuk sedemikian rupa dan sudah lama ada serta diyakini benar selama ini, pada akhirnya justru menjadi seperti sedang “membunuh balik” secara perlahan namun pasti, bila tidak segera dibuat sistem yang baru. Blockchain menjadi alternatif utama yang sangat diharapkan ke depan, dan sistem ekonomi Islam yang selama ini ditinggalkan/dianggap sebelah mata, sekarang justru semakin dilirik sebagai salah satu solusi yang bila dikombinasikan dengan blockchain, maka akan menjadi sangat luar biasa.

Bila memperhatikan secara jeli dan serius tentang mekanisme dan sistem perbankan yang ada, dengan sistem sentralisasi seperti dengan adanya bank sentral, maka bisa dikatakan bahwa inilah cara pemerintah untuk mengontrol dan menguasai perekonomian. Tujuannya memang baik, karena memang harus ada juga pengawasan dan pengendalian, apalagi bila menggunakan uang kertas, sebab uang kertas memerlukan jaminan mulai dari pencetakan hingga penyebarannya. Sayangnya, ini juga yang bisa menjadi penyebab terjadinya korupsi dan manipulasi. Tidak ada keterbukaan soal kebenaran dari asal mula jaminan, pencetakan, hingga penyimpanan, perputaran, dan peredaran. Ini terbukti dengan laju inflasi yang semakin tidak terkendali dan nilai dari uang yang terus menurun. Mengapa nilai Rupiah yang seharusnya selalu setara dengan nilai emas yang dijadikan penjaminan kian menurun? Memang banyak faktor, namun pencetakan uang yang tidak lagi terkontrol pun bisa menjadi penyebabnya.

Oleh karena itulah saya menolak setiap wacana untuk pembentukan bank baru, baik dalam bentuk syariah/muamalat sekalipun (https://steemit.com/threespeak/@mariska.lubis/bssnjytx). Selama sistem perbankan ini masih menggunakan sistem sentralisasi, maka tidak akan pernah bisa ada yang menerapkan sistem ekonomi Islam seperti yang seharusnya. Nasabah yang menyimpan uang tidak pernah tahu uangnya dipakan dan digunakan untuk apa secara terbuka. Apakah benar halal investasi atas uang yang diputarkan tersebut? Benarkah bahwa jumlah riba atau pembagian hasil, apapun istilahnya sudah sesuai dengan seharusnya? Ada yang tahu? Tentu tidak. Belum lagi bila dikaitkan dengan uang yang dipakai untuk pemberian kredit, bila benar mau membantu sesuai dengan ajaran Islam, maka seharusnya tidak perlu sampai ada debt collector dan pengambilalihan hingga sedemikian rupa. Banyak cara untuk menyelesaikan masalah hutang-piutang, apakah rela bila uang yang kita endapkan itu dipakai untuk memberikan hutang kepada oang lain, dan kemudian jadi memberatkan dan masalah kemudian? Inikah cara yang diajarkan dalam Islam? Saya menolaknya, silahkan bila memiiki pendapat sendiri.

Ini belum lagi bila dikaitkan dengan kekuasaan pemerintah dan bank sentral, banyak sekali aturan yang bisa saja dikeluarkan tanpa bisa dihindari. Tidak ada bank yang menyimpan uangnya sendiri, semua uang disimpan di bank sentral dan harus dilaporkan. Bila uang tersebut dipakai untuk mereka, siapa yang bisa melawan? Meskipun secara logika itu adalah uang kita, bila pemerintah beralasan tidak ada dan menggunakannya dengan mengeluarkan kebijakan dan aturan, lantas mau bilang apa?

Alat tukar yang paling ideal, menurut saya adalah dari emas dan perak seperti Dinar dan Dirham sebab tidak menyebabkan inflasi karena jumlahnya terbatas, dan karenanya juga, nilainya akan terus naik. Hanya saja, menurut saya pribadi yang bisa saja salah, kita tak pernah tahu asal usul dari emas dan perak yang digunakan, dan berapa sebenarnya yang diedarkan. Ini bisa menjadi masalah kemudian bila ada mereka yang tidak suka dengan keberadaan Dinar dan Dirham ini. Sekarang pun sudah ada indikasi demikian, yaitu dengan menjual Dinar dan Dirham dari produksi sendiri dengan harga yang berbeda-beda. Semestinya tidak perlu ada perbedaan harga, sebab akan membuat ruwet ketika beredar dalam jumlah yang lebih besar. Tidak ada patokan yang jelas pula, siapa yang bisa menjamin kadar emas dan perak yang digunakan apalagi bila diedarkan di masyarakat yang malas belajar dan hanya senang ikut-ikutan saja.

Selain itu, nilai dari Dinar dan Dirham ini cukup lumayan, apalagi Dinar, sehingga tidak bisa menjangkau semua kalangan untuk memilikinya dan menjadi terbatas peredarannya. Peralihan dari penggunaan uang kertas ke Dinar dan Dirham ini pun menjadi rumit karena ada keterbatasan dalam “nilai”. Tak mungkin orang membeli barang harus selalu sesuai dengan nilai Dinar dan Dirham, perlu waktu untuk penyesuaian (adjustment). Kendala dan masalah ini yang saya pikirkan sehingga membuat saya berpikir untuk mengkombinasikannya dengan menggunakan blockchain, di mana “nilai” dari Dinar dan Dirham ini bisa “diperkecil” secara digital, baru ketika sudah mencapai nilai setara dengan satu Dinar dan Dirham, bisa diuangkan atau diambil. Dinar dan Dirham ini pun tidak digunakan sebagai uang crypto namun sebagai token alat tukar, sehingga tidak perlu dipasarkan di pasar uang crypto untuk menjaga kemurniannya dari kaum tamak dan rakus di pasar uang manapun.

Di sisi lain, dengan menggunakan blockchain, bisa lebih jelas dan terbuka soal asal usul emas dan perak yang digunakan dan diketahui peredarannya dengan lebih baik. Kemungkinan untuk terjadi manipulasi dan upaya penghancuran Dinar dan Dirham juga bisa diminimalisir. Cara ini juga bisa membuat tambang-tambang emas dan perak di negeri kita aman dari asing, karena dijadikan jaminan langsung serta kepemilikannya benar rakyat, meski hanya memiliki 0.001 Dinar, namun tetap sudah memiliki vesting share atas emas atau perak yang ada di tambang tersebut dan bisa diambil kemudian pada saat ingin ditarik atau diuangkan. Memang perlu nantinya dibuat seperti ATM untuk mengambil dan mencairkannya, ini bisa dibuat.

Masih ada banyak lagi keuntungan lainnya, dan bisa menjadi solusi efektif penerapan sistem ekonomi Islam yang sesungguhnya dan kuat. Untuk melawan sistem yang kuat memang perlu sistem yang kuat juga, dan bila benar ingin perubahan maka memang tidak boleh takut dengan perubahan itu sendiri. Tidak ada alasan bahwa hanya bank solusi bagi masa depan perekonomian, atau hanya dengan Dinar Dirham masalah selesai. Ingatlah bahwa kita perlu distribusi dan peredaran uang bila ingin ekonomi berjalan dengan baik. Sudah waktunya rakyat berdaulat dan benar berkuasa penuh, dan hanya dengan blockchain, maka sistem ekonomi Islam yang menggunakan Dinar Dirham ini, rakyat yang memegang kendali.

Bagaimana cara melakukan digitalisasi Dinar Dirham menggunakan blockchain ini dan apakah pemerintah perlu ikut campur? Keduanya akan saya bahas di bagian ke-4.

https://steemit.com/threespeak-politics/@mariska.lubis/25d6d308-tentang-blockchain-dan-sistem-ekonomi-islam-bagian-1

https://steemit.com/threespeak-politics/@mariska.lubis/a51a0249-tentang-blockchain-dan-sistem-ekonomi-islam-bagian-2

Bandung, 1 Juli 2019

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Sort:  

Namun yg menjadi kendala ,seberapa banyak orang mengetahui tentang blockchain, dan memang blockchain lebih berharga dan lebih aman, dari pada uang kertas, sebagai pembodohan terus-menerus.

Thank you very much

Luar biasa ulasannya mbak @mariska.lubis. Beberapa waktu lalu saya pernah mendengar ulasan di youtube tentang sejarah uang kertas dan politik monopoli dagang. Melihat sejarah kerajaan di nusantara yang punya mata uang sendiri dan beredar secara terbatas serta nilai nasionalisme di dalamnya membuat para pelaku Vini Vidi Vici harus menciptakan trik sederhana dalam bentuk kertas namun nilai jaminannya menjadi ekpose luar biasa dan memberi pengaruh besar terhadap dunia ekonomi, bahkan percaya 100% bahwa kertas berharga itu sebagai alat kontrol ekonomi.

Tentang uraian mbak yang ingin memberikan sesuatu yang baru tentang alat tukar dan investasi di dunia blokchain ini yang diadopsi dr dinar diirham, saya merasakan (meski belum bisa menalarnya lebih jauh) keadaan ini sangat baik. Dinar dan dirham dalam versi blokchain, why not ? Nilainya terjamin, benda ada, fungsinya jelas, dari tangan ke tangan, atau bisa bicara untung rugi sejak awal. Itu yang baru lengket di kepala saya aetelah membaca tulisan luar biasa ini.

Semangat menunggu tulisan mbak berikutnya. Hbs ini saya akan meluncur ke yang seblumnya agar pengetahuan saya lengkap. Makasih mbak.

Posted using Partiko Android

To listen to the audio version of this article click on the play image.

Brought to you by @tts. If you find it useful please consider upvoting this reply.

Thanks very much for this blockchain meet up!
It is really good to meet in times like this.
We hope to see much increase in blockchain this year!

Ijin resteem Mbak @mariska.lubis, i like this post.

Coin Marketplace

STEEM 0.15
TRX 0.12
JST 0.026
BTC 56298.58
ETH 2463.03
USDT 1.00
SBD 2.32