Seribu Delapan Ratus Satu Hari, Secuil Cerita, Persembahan untuk Para Bapak Terbaik

in #indonesia6 years ago (edited)

Tatapan matanya tajam, setajam pisau yang menggores hatinya yang tengah luka.

Bapak, sosok yang kini berdiri didepanku, sebentar memejamkan mata, sebentar lagi memandangku tajam, lalu tiba-tiba menatap dengan putus asa, kemudian berbalik badan meninggalkanku begitu saja dikamar, satu detik sebelum ia sempurna membalikkan badan, aku melihat ada bola kristal disudut matanya. Entah kristal kesedihan, kristal kemarahan, atau butir penyesalan karena telah memiliki anak sepertiku. Aku tidak tahu apa yang sedang ada dibenaknya kini.

Diambang pintu kamar yang dindingnya terbuat dari susunan kayu, kulihat tangannya mengepal keras, menampakkan urat-urat yang sudah terlalu jelas terlihat. Sepertinya aku telah melukai hatinya. Lagi.

Sejak berumur 4 tahun, beberapa bulan sebelum akhirnya aku menjadi murid TK, ada yang unik dirumahku;

Pagi bangun tidur, aku melihat Bapak sudah nyaman berada di daerah kekuasaannya; dapur dan segala isinya termasuk tungku berwarna kehitaman disudut ruang. Dia langsung menyapaku dengan senyum lebarnya. Oh Tuhan, senyum Bapakku manis sekali waktu itu.

Lalu, sesaat setelah selesai dengan dapurnya, ia memandikan tubuh mungilku di kamar mandi, dilanjutkan dengan menyuapiku. Setelahnya mengucir rambut keritingku yang sudah mulai panjang dan berantakan.

Menjelang siang, aku menemaninya bekerja, kadang disamping rumah; saat ia mencangkuli tanah untuk dicetak menjadi batu bata merah yang harus melalui proses panjang dan melelahkan. Terkadang di sawah; menemaninya bekerja memanen padi milik tetangga. Tak jarang juga di ladang, menemaninya mencari kayu bakar dari ranting-ranting yang berjatuhan ditanah. Ah, ya. Aku juga sering bermain di kandang ayam tempat ia mengais rupiah dari menjaga ribuan ayam milik orang lain.

image

pixabay.com

Roda memang selalu berputar, kadang diatas, kadang ia berada pada titik paling rendah. Disitulah, terkadang manusia menyerah, memilih untuk sudah. Lalu menyalahkan takdir.

Tapi, ada yang berbeda dari senyuman Bapak kala itu, ia sangat ikhlas, walaupun dengan titipan dua orang anak yang masih terlalu kecil untuk hidup tanpa seorang Ibu.

Ketika malam menjelang, sesekali ia mengeluarkan gerobak kecil beroda satu yang sering ia gunakan untuk mengangkut batu bata. Bapak mengeluarkannya untuk mengantarkan kami ke rumah tetangga terdekat, yang jaraknya hampir satu kilo meter. Ia, takut anak-anak perempuannya kelelahan. Hehe, Bapak sungguh sangat baik. Sangat penyayang. Dan kembali meletakkan kami berdua diatas gerobaknya untuk membawa kami pada mimpi indah dimalam hari. Kami tak memiliki televisi kala itu. Dan aku yang paling suka merengek meminta untuk menonton layar kecil yang menampikan film-film tahun 90-an.

Kemudian pada seribu delapan ratus satu hari sebelum hari ini, aku teringat segala kesalahanku kepada Bapak, ketia ia menghembuskan napas terakhirnya. Seperti ada layar yang menampilkan semua keburukanku pada beliau saat itu.

Aku yang membentaknya ketika sering tak sependapat dengannya, aku yang sering membanting pintu ketika tak puas dengan keputusannya. Aku yang sering membanding-bandingkan kehidupan keluarga kami dengan keluarga teman-temanku. Aku yang sering membuatnya diam menahan kesal. Oh Tuhan.

Jum’at, seribu delapan ratus satu hari sebelum hari ini adalah titik dimana aku menyadari bahwa akulah sang pendosa, anak yang tak tahu diri. Dari seorang bapak yang sangat menyayangi.

Doa terbaikku untukmu selalu kulangitkan demi menebus dosa yang pernah kuperbuat, walaupun tak pernah bisa terhapus. Setidaknya aku paham, bahwa Bapak adalah sosok yang memiliki andil besar dalam hidupku. Sosok terhebat yang pernah Tuhan berikan padaku. Oh Gusti Allah, sungguh tak bisa kupungkiri tentang rindu ini.

Dan,

sudahlah, begini saja;

Terimakasih telah membaca sampai habis. 😄

Selamat hari Ayah!

Salam hangat dari saya,

@yul14stuti

Sort:  

Congratulations @yul14stuti! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You made more than 50 upvotes. Your next target is to reach 100 upvotes.

Click here to view your Board of Honor
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Do not miss the last post from @steemitboard:

The Meet the Steemians Contest is over - Results are coming soon ...

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

As a follower of @followforupvotes this post has been randomly selected and upvoted! Enjoy your upvote and have a great day!

Yuli...mirip cerpen, ya. Kl gitu kita muat aja postingan di Steemut ini dengan cerpen. Boleh, kan ya. Cakeep.

Hallo Bunda @yrachmat, 🤗
Hihi, ini memang cerpen Bund.

Yes. Posting apapun boleh kok Bund. 😘😘


Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.
@c-squared runs a community witness. Please consider using one of your witness votes on us here

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63651.41
ETH 2679.55
USDT 1.00
SBD 2.80