SEC S16-W4 | "The diary of a man "

Editing by canva

Terhitung dalam beberapa pekan terakhir cuaca ekstrem masih terus melanda hampir sebahagian besar propinsi di Indonesia. Terutama beberapa wilayah yang tersebar di provinsi Aceh. Tak berbeda jauh di tempat saya berdomisili. Etensitas cuaca cendrung naik dari hari ke hari, sehingga banyak aktifitas yang tertunda pengerjaannya, seperti di sawah, kebun dan beberapa sektor lainnya

Selepas melakukan shalat shubuh saya hanya melakukan beberapa aktivitas kecil di kebun belakang rumah, membersihkan pekarangan dan berbelanja beberapa kebutuhan keluarga. Menutup rangkaian aktifitas setengah hari pertama, saya mengontrol perkembangan padi di sawah yang mulai dilanda kekeringan

Hanya beristirahat sebentar, sayup-sayup lantunan ayat suci Alquran mulai terdengar melalui pengeras suara dari beberapa mesjid terdekat pertanda waktu sembahyang dhuhur akan tiba. Tanpa menunggu lama, saya bergegas mandi dan mempersiapkan diri untuk shalat berjamaah di mesjid terdekat

penjual timun suri mendengar curhatan

Setelah selesai melaksanakan shalat dzuhur berjamaah, saya langsung ke luar menuju pelataran parkir sepeda motor, namun tidak seperti biasanya di sebuah persimpangan dihalaman mesjid yang biasanya kosong, hari ini sudah stanby seorang laki-laki paruh baya dengan menggunakan sepeda dayung memanggil tiap orang yang keluar dari pelataran psrkir mesjid seraya menawarkan barang dagangannya yaitu timun suri

Sejenak saya membayangkan orangtua saya yang sudah lama meninggal dunia. Karena ada sedikit kemiripan, saya pun berhenti dan duduk mengobrol di sampingnya. Hampir dua jam lamanya saya bersama laki-laki penjual timun suri tersebut. Saya hanya menjadi pendengar setianya, sesekali saya tak bisa menahan air mata ketika dia menceritakan tentang kesusahan dan kepahitan hidupnya. Dia hanya mendapat upah 20.000 sehari atau setara dengan 4 steem bila menghabiskan semua dagangan yang dijatahkan

Dari penghasilan 20.000 dia membeli berbagai perlengkapan berbuka puasa serta buat sahur dengan keluarganya. Saya membayangkan uang sebanyak 20 ribu rupiah dapat mencukupi kebutuhan keluarganya, ironis memang. Namun kita harus tetap bersyukur, karena itulah yang berkah buat saya bawa pulang untuk anak istri. Itulah kata terakhir yang saya ingat darinya, sembari membeli satu timun suri seharga 10 ribu atau setara dengan 2 steem. Saya langsung pulang dengan menahan kesedihan dan perjuangan seorang ayah dalam memenuhi kebutuhan

menggoda ponakan membeli es buah

Sore hari sebelum berangkat ke mesjid menunaikan shalat ashar, saya dimanjakan oleh ponakan yang sedang bermain diluar rumah. Saya merasa sedikit terhibur dengan tingkahnya, sesekali membayangkan ketika masih seusianya yang kini susah diingat lagi

Selesai melaksanakan shalat ashar di mesjid saya mampir didepan sebuah warung yang menjual es buah dengan aneka varian rasa untuk persiapan berbuka puasa. Saya hanya membeli dua varian rasa seharga 10 ribu atau setara 2 steem. Murah namun memuaskan

Di toko pakaian Menikmati segelas kopi

Malamnya seorang teman mengajak shalat tarawih di mesjid kecamatan sekalian mau liat-liat baju buat lebaran. Kami berangkat dari rumah selepas berbuka puasa serta shalat maghrib, mengingat jarak tempuh lumayan jauh dari kediaman kami

Tidak ada momen yang saya abadikan selama berada di mesjid kecamatan. Dan saat berada di salah satu toko pakaian, saya hanya bisa mengabadikan gambar seadanya karena pengunjung di toko tersebut lumayan ramai

Karena tidak ada yang menarik perhatian, kami hanya membeli masing-masing satu baju batik untuk shalat seharga 120 ribu atau setara dengan 30 steem. Tak menunggu lama, saya langsung memakainya saat keluar minum kopi di sebuah warung kopi depan rumah. Sekian, terimakasih semuanya

Invite @emsonic @artist1111 @edgargonzalez