News Diary Game 25/03/2024 | Musim kemarau, Manusia & Rasa Syukur

Melihat perkembangan tanaman bawang merah seorang teman yang gagal panen (imbas kekurangan air

Tak berbeda dengan hari-hari sebelumnya, cuaca panas masih begitu terasa, bahkan beberapa orang memprediksi dalam beberapa pekan kedepan etensitas cuaca panas akan semakin tinggi. Untuk itu kepada setiap warga masyarakat ada baiknya untuk berhati-hati, terutama pada tempat-tempat yang mudah menimbulkan titik api, baik dirumah maupun dilingkungan perumahan warga setempat

Setelah selesai membantu beberapa aktifitas dirumah, secara bersamaan seorang teman menelpon meminta saya untuk melihat perkembangan tanaman bawang merah yang ia tanam sejak satu bulan yang lalu. Sebagai sesama penggiat sektor pertanian, saya turut prihatin dengan kondisi yang ia alami

Tidak butuh waktu lama selang beberapa menit saya sudah berada lahan perkebunan teman saya yang luasnya hanya 400 meter persegi. Di lahan seluas itu dia hanya menanami tanaman bawang merah serta beberapa tanaman cabai merah serta tomat

Saya melihat raut wajahnya yang diliputi kepanikan. Dia langsung memperlihatkan beberapa tanaman bawangnya yang mulai terserang beberapa jenis penyakit akibat kekeringan, apalagi pengadaan air sumur juga mulai berkurang. Saya berusaha sebisa mungkin memberinya semangat. Kita telah berusaha semampu yang kita bisa, selebihnya mari kita serahkan pada YANG MAHA punya ketentuan dan ketetapan. Jangan pernah sekalipun menyalahkan semua Pemberian TUHAN, karena akan berakibat kemusyrikan

11.56 (siang) berpose sejenak sambil curhat

Saya merasa sangat bahagia ketika bisa memberikan sesuatu yang berharga dan bermakna walaupun hanya sebatas nasehat. Kita terkadang sering melupakan, ketika TUHAN memberikan kenikmatan dan kebahagian. Namun ketika TUHAN memberi kita sedikit cobaan kita selalu mengeluh

Memasuki pukul 16.00 sore saya langsung bergegas menuju salah satu mesjid terdekat untuk menunaikan shalat ashar. Suasana sore hari ini masih seperti hari-hari sebelumnya, panas dan menyengat sampai ubun-ubun

Jalanan yang saya lalui nampak sepi dan lengang dari lalu lalang kenderaan, baik roda dua maupun empat. Mungkin karena bulan Ramadhan serta pengaruh cuaca serta dampak ekonomi yang semakin memburuk

Jama'ah hari ini lumayan ramai, apalagi ada beberapa mobil keluarga yang sengaja singgah atau memang ingin shalat berjamaah. Apalagi keberadaan mesjid yang persis disisi jalan negara tentu lebih memudahkan pengguna jalan untuk sekedar beristirahat atau melaksanakan shalat

Pukul 16.35 sampai jam 17.00 wib sore hari sebahagian jama'ah yang baru melaksakan shalat ashar masih betah berlama-lama didalam mesjid, apalagi cuaca diluar sangat panas. Ada yang merebahkan badan, ada yang sekedar berdzikir, baca alquran dan semua kegiatan yang mendatangkan pahala

Sepanjang sore tak ada lagi kegiatan yang saya lakukan. Hanya menunggu waktu berbuka puasa bersama di meunasah gampong (mushalla) dengan aparatur desa, baik kepala desa, imam kampung, kepala dusun serta warga masyarakat desa. Kegiatan buka puasa bersama yang sudah menjadi kegiatan rutin di bulan suci Ramadhan diyakini bisa meningkatkan tali silaturahmi sesama masyarakat dengan aparatur desa

Buka puasa bersama di meunasah sudah menjadi sebuah tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat. Sepanjang jalan lintas negara hampir setiap mushalla (meunasah) mengadakan acara yang sama berupa buka puasa bersama dilanjutkan dengan shalat maghrib berjama'ah

Berbekal sebungkus nasi dan segelas kopi puasa hari ini terasa begitu sempurna. Penuh Rahmat dan Karunia, baik bagi pemberi maupun penikmat. Banyak hikmah yang bisa kita ambil pada momen Ramadhan kali ini, terutama hikmah atas berbagai cobaan yang TUHAN berikan. Semoga kita menjadi hampa yang bersyukur bukan takabbur. Sekian