Pulo Aceh -- TV Raksasa Keindahan Alam Semesta

in #travel6 years ago (edited)

Minum kopi selesai, motor pun sudah siap diangkat, saatnya membayar dan berangkaaat!

Di atas adalah penggalan cerita Sekilas Info Perjalanan - Anti Klimaks di Pulau Aceh.

image

Saya harus meng-klimakskan lanjutan ceritanya sekarang, masih banyak cerita lain yang belum tertulis untuk disimpan sebagai catatan perjalanan dan akan saya bagikan kepada para steemian sekalian.

Saran saya sebelum memulai membaca, sebaiknya kalian mengambil posisi PW (Posisi Wueenak).
Kalau sedang di kursi kantor, pilih kursi yang empuk, yang bisa bersandar sampai 90°. Kalau sedang nyetir mobil, parkirkan sebentar di tempat yang teduh. Kalau sedang tidak ada paket internet, segera ke kedai kopi terdekat dan kalau sedang di rumah tidak ada kerjaan, paksakan perut agar sak boker, kalau perlu makan cabe rawit yang banyak, karena membaca sambil boker itu menyenangkan. Tapi awas keram!


Pulau Breuh merupakan Pulau terbesar di Kecamatan Pulo Aceh. Terdiri dari dua mukim, Mukim Pulau Breueh Selatan dan Mukim Pulau Breueh Utara, di bagi lagi menjadi 17 desa, itu menurut Wikipedia. Ibukota Kecamatan Pulo Aceh berada di Lampuyang, sebuah desa yang termasuk dalam mukim Pulau Breueh Selatan.
Pulau Breuh, siap menyajikan panorama alam yang tidak akan pernah kita jumpai di tempat lain.

Pulau Breuh itu beda bro! Ada manis-manisnya gitu. Manisnya itu di mana?

Yang pertama :

Di sana tidak ada transportasi umum. Ingat! Tidak ada transportasi umum. Bawa sepeda motor dari Banda Aceh itu pilihan yang tepat, kecuali kawan-kawan ada membawa uang lebih untuk menggaet pemuda setempat menemani selama berkeliling. Itupun kalau mereka mau. Tapi kalau mereka tidak sempat, ya jalan kaki saja, hitung-hitung olahraga. "Aku gak akan kuat berjalan sejauh ratusan kilo, biar Dilan saja."

Yang kedua :

Jalan disana hanya 40% yang sudah di lapisi aspal, selebihnya jalan tanah bebatuan. Jalanan curam, menurun dan menanjak memang sudah jadi bumbu perjalanan. Berhati-hatilah, jangan sampai hilang kendali layaknya pasukan tak kenal lelah dan tak kenal waktu. Seperti @senja.jingga sempat tergelincir merasakan manisnya bebatuan yang tidak bersahabat akibat remnya blong.
image Baca ceritanya disini

Yang Ketiga :

Tidak ada hotel/penginapan dan restoran/rumah makan disana. Tapi jangan panik, warga disana akan dengan senang hari memberikan tumpangan sebagai homestay sementara. Begitu cara mereka menjamu tamu yang datang, menyambut dengan keramahan khas orang timur dalam bungkusan eksotisme pantai khas negeri maritim ini.

Kalau kami memang tidak butuh hotel untuk menginap dan tidak butuh restoran untuk makan.
Perlengkapan tempur yang kami bawa siap untuk bertahan lama di alam bebas. Tenda, ayunan gantung (hammock) merupakan kasur yang nikmat kalau di ikat di pepohonan pinggir pantai. Angin sepoi-sepoinya tidak akan berhenti walau listik padam. Kompor dan sekawanan nesting, trangia pun siap menjadi alat masak untuk menyajikan sotong hasil pancingan. Beras, kopi, gula, bawang, cabai, tomat, kecap adalah list belanja wajib di penuhi sebelum memulai perjalanan.

Seperti setiap perjalanan kami kali ini, tidaklupa singgah dulu di kedai kelontong di depan kedai kopi tua itu. Semua list sudah tercentang, saatnya menuju Dermaga Ujung Pieneung. Jaraknya sekitar 3 jam dari pelabuhan Gugop.

Ingat manis yang kedua, "Jalan di sana hanya 40% yang dilapisi aspal". Jauh berliku-liku, jalan yang turun-naik, turun-naik truss.

image

image

image

image

Tapi tetap bahagia selama perjalanan, karena TV raksasa alam semesta selalu memutar Film Panorama alam yang menakjubkan, pulau-pulau yang berjarak dekat dengan kami menyimpan banyak hayalan di kepala. Burung-burung, tupai, lembu, dan kerbau pun menyambut kedatangan kami dengan riang. Persis seperti sedang menonton film yang di tayangkan di Discovery Channel. hana ubat.


Kami tidak singgah ke Mercusuar hari itu, karena matahari sudah mulai menukik ke arah tujuan yang akan kami singgahi. Dalam perjalanan ke "Dermaga Ujung Pieneung", kita harus menembus hutan belantara sekitar satu jam lagi. Di sana ada sebuah bangunan kuno yang sudah terbengkalai.

"Ini pasti peninggalan Belanda zaman dulu, cuma Belanda dan keturunannya lah yang suka gaya bangunan begini." Ucapku dalam hati.

image

image

Konon katanya, bangunan tua itu adalah pos peninggalan serdadu Belanda yang menjadi saksi bisu dahsyatnya perang yang berkecamuk di Bumi Aceh.


Setelah melewati belantara hutan yang curam, walhasil kami tiba di "Dermaga Ujung Pieneung" tanpa ada kekurangan. Kabar baiknya, matahari sedang menunggu kami sambil bergaya bebas dengan gayanya yang exotis. Memantulkan cahayanya kelautan Samudra-hindia dan mencoba membaur dengan kegelapan malam yang mulai datang, membuat langit seakan-akan berwarna orange yang aaaahh. Ditambah manis dengan kehadiran seekor burung elang yang seolah-olah sedang tersesat munuju keperaduannya.

image

image

image

Malam pun datang, matahari memilih bersembunyi dibalik bulan, membantu menerangi malam kami. Mungkin dia tahu, api unggun tidak akan mampu menerangi sampai ke dasar lautan.

image

image

"Terang bulan, saat yang tepat untuk berburu Sotong," kata bang Andre. Dia seniorku, dia ahli di segala bidang, kalau memancing memang sudah menjadi hobinya sejak masih di dalam kandungan. Bahkan orang tuanya pun pernah terpancing emosinya sangkin hebatnya dia memancing.
Benar saja, malam itu satu-persatu keluarga sotong di pancingnya keluar dari lautan dengan umpan mainan yang mirip seperti udang hidup. Kata bang Andre,"teknik memancing sotong pun tidak sama seperti memancing ikan, pancingan harus di tarik-tarik, sampai si sotong itu kesal dan memilih memakan udang mainan itu hidup-hidup". Kena deh!

Sementara aku, haah, lelah adek bang, semua teknik memancing telah aku coba, tapi tetap aja si sotong tidak kesal. Mungkin si sotong sudah jatuh cinta sama udang mainanku. ntah lah, kurasa begitu.

image

image

Satu keluarga sotong akhirnya terpancing akibat kelihaian bg Andre memancing.
"Bg Andre memang ngeer," sahut @omarkhayyam dan @mikramaulia.

Malam itu @senja.jingga yang menjadi chef nya. Dia tidak pintar memasak, tapi kalau sudah di alam lepas begini, dia bisa berubah bak master chef supranatural. Aku tidak sempat memotret hasil masakannya, karena makanan bukan untuk di foto, tapi untuk segera di lahap. Pokoknya :Top markotop begitu kata Almarhum Bondan Winarno.

Manis yang ke Empat

Di sana tidak ada Bank apalagi mesin ATM, tebalkan dulu dompet sebelum berkeliling mengelilingi Pulau Breuh. Kalau memilih menginap di pingggir laut seperti kami memang tidak butuh merogoh kocek yang gedek. Cukup melengkapi belanjaan plus satu selop rokok beserta teman-temannya.
Tapi kalau tidak siap dengan perlengkapan adventure, maka ajak saya, ha ha, bukan gitu, maksud saya -- warga sekitar akan dengan senang hati memberikan tumpangan dan makan gratis. Penduduk lokal tidak akan meminta uang sewa dari para pelancong yang berkunjung ke sana. Mereka sangat senang menerima dan sangat menghargai tamu yang datang. Namun, alangkah baik nya bila kita memberikan uang jajan, paling tidak untuk menggantikan uang belanja mereka.


image

Malam itu, setelah melahap habis keluarga si sotong, kami memilih menikmati malam dengan cahaya bulan yang aduhai. Kopi hitam di hidangkan, roti-roti pilihan @mikramaulia dikeluarkan, saatnya berdendang mengikuti irama riuh ombak yang bergelombang.
Sepertinya bulan tidak tahan begadang, kami pun menyusul, karena sebentar lagi matahari akan datang.

Manis yang ke Lima

Di sana tidak ada sinyal internet sama sekali, kecuali di pusat kecamatan Pulau Breuh. Tapi kalau sekedar telepon dan sms tetap bisa, walau kadang-kadang sinyalnya menghilang di bawa angin laut dan terselip antara pepohonan rimbun. Kurasa ini bisa menjadi obat dan cara terapi yang ampuh bagi kawan-kawan yang sudah kecanduan dengan getgetnya.

Manis yang ke Enam

Di sana tidak akan kita dapati pasang-pasangan bermesraan manja di pinggir pantai. Semua pelancong menghargai adat-istiadat daerah setempat. Lagi pun pantai di sana sepi, tidak ramai seperti di pasar. Inilah yang kami cari, menghindar sebentar dari hiruk-pikuk perkotaan yang mulai mencemari pikiran.


Terik Matahari membangunkan kami siang itu, mungkin dia sudah tidak sabar ingin bersenang-senang bersama kami.
Aku terjaga karena kehadiran seseorang yang mendekat ke pantai menggunakan boat kecil. Ternyata dia si pemilik kapal layar yang dari kemarin standby di ujung pelabuhan Ujung Pieneung.

image

Dia memperkenalkan dirinya dengan nama Marx, bule asal Afrika Timur, tepatnya di Kepulauan Mauritius. Dia mengaku sudah berlayar mengarungi Samudra- Hindia selama tiga bulan bersama pacar dan empat temannya. Dia memulai perjalanannya dari Langkawi Malaysia, lalu ke Phuket Thailand, dan mengarung samudra lagi hingga ke Pulau Sabang dan Sinabang, sekarang mereka berada di Pulau Aceh. Rencananya setelah ini dia akan ke Lhok Nga untuk bermain surfing dan akan melanjutkan ke Mentawai dan terserah dia. Jangan kepo.

Kami bercerita panjang lebar sampai dia bertanya dengan volume suaranya di kecilkan.

"You have marijuana? I've been tired looking arround for it in sabang and sinabang island, I really want it, where can I get it?" Ha ha ha.

Di sini mulailah saya bercerita sejarah tentang ganja di Pulo Aceh dengan panjang lebar. Panjang bukan karena ceritanya yang panjang, tapi karena bahasa Inggris saya yang kurang ajar, membuat cerita pendek menjadi panjang. Haduuh.
Intinya : saya bercerita, ganja tidak lagi menjadi komoditi utama di Pulo Aceh dan sekarang sangat sulit didapatkan. Cerita sejarahnya dapat dibaca disini.

*"Relax, if it jus a joint I can get it for you. as a warm regard from me". I whispered to her.

Dia pun tersenyum bahagia, pandangan matanya berbinar-binar menandakan dia terharu biru kelabu karena ada orang asing yang baru dikenal sebaikku. ha ha ha.

"Thanks alot, in return I'll treat you a pack of beers which I bought when I arrived at Langkawi harbor. Hope u'll accept it."

Waaw. Gantian aku dan @senja.jingga yang melongo mendengar ucapannya.

"Thanks you very much, we will love to accept it".

Dia kembali ke kapal layarnya dengan boat kecil, lalu datang lagi ke tempat kami sambil membawa 5 kaleng Carlsberg. uuhhhh.

image

image

image
Liburan yang ehmmm.

Manis yang ke Tujuh

Di sana ada banyak lokasi Wisatanya. Tidak ada pilihan lain selain menikmatinya.


Siang itu setelah makan dan minum sekenanya, kami melanjutkan perjalanan ke tempat yang paling terkenal di Pulau Breuh. Kata orang, "Belum ke Pulau Aceh kalau belum ke Mercusuar William Torens". Jaraknya hanya 400 Meter dari tempat kami istirahat tadi malam.

image

image

Sedikit ilmu tambahan :

Willem's Torens dengan tinggi 85 Meter yang di bangun pada tahun 1875 kala Raja William III berkuasa masih berdiri tegak dengan gagahnya di Pulau Aceh. Williem adalah seorang bapak pembangunan di wilayah Hinda-Belanda.
Ternyata, Menara Willem's Toren tidak hanya ada di Pulau Aceh, juga ada di Hollands dan Kepulauan Karibia.
Tapi hanya mercusuar ini dan di kepulauan Karibia saja yang masih aktif berfungsi. Willem's Toren di Hollands telah berubah fungsi menjadi museum.
Mercusuar/Menara ini menyandang nama sang raja yang lebih dikenal dengan Willem Alexander Paul Frederik Lodewijk, penguasa Luxemburg.

imageBangunan tua yang juga berada di dalam komplek seluas 20 hektare. Dulunya di tempati oleh perwira-perwira Belanda.


Naik ke atas menara, kita sudah di tunggu oleh indahnya struktur bangunan tua itu. Burung-burung pun tidak pernah berhenti mengucapkan salam selamat datang cuiit.cuiit.cuiit.

image

image

image

image

Tidak sampai disitu, di puncak paling atas, TV raksasa alam semesta mulai diputar lagi. uuuhh. Angin laut bertiup santai mencoba menghilangkan rasa lelah kami setelah menaiki ratusan anak tangga Menara Williams Torens.

image

image

image

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kalian dustai?

Perjalanan terakhir, kami akhiri di Pantai Balu. Ini adalah surga nya para pencinta laut. "Kalau saja kami pergi sekitar bulan April, bisa jadi kami di sambut oleh se-kawanan Penyu yang memang menyimpan telur-telurnya di Pantai Balu," kata @fauziulpa, seorang pemuda desa Ulee Paya yang masih muda.

Pantai Balu juga Surga nya para pecinta snorkling dan para pemancing.

Saya yang tidak pandai memancing saja, bisa dapat puluhan ikan karang di pantai ini.

Balu memang luar biasa. Balu I Love You.
Pesona Pantai Balu yang mempesona menjadikannya sebagai andalan wisata birahi eh.. bahari di Pulau Breueh.

image

image

image

image

(Mencari kerang laut untuk santapan malam nanti)

Akhirnya, cerita yang saya balut dalam 7 Kemanisan Pulau Breuh harus saya putuskan sampai disini.
Balu adalah Surga tersembunyi itu, dan saya harus menikmatinya.

Nikmat itu tidak akan bisa saya tuliskan, melainkan kalian sendiri yang harus menikmatinya.

Selesai...
Salam Manis!!!
@only.home

image

Have a great day and Steem on!

Foto lengkapnya dapat lihat di halaman kami www.behance.net.
Di kelola oleh Fotografer muda berbakat @omarkhayyam.

Sort:  

ayayayaya....ganaaaasssssss

Yayaya mas...
Maenkan introduceyourself terus wak...
Maenkan...

Thank you for taking part in this months #culturevulture challenge. Good Luck.

Nyan ka kupateh wak... Hana salah le kah sebagai suhu lon wak..

Basah baaah basah... sekujur tubuuuh...

Sebuah perjalanan yang luar biasa... mantap...

Pulalo Aceh memang luar biasa...

Masihkah natural pulau breuh bang?

Sungguh indah ciptaan Allah S.W.T
Mari kita jaga dan melestarikannya .

Mari jaga alam untuk anak cucu...

Tempat yang original untuk hidup. Mantap

Ya.. terima kasih...

Mantap that, that that mantap.

Pulo aceh memang mantap rakan...

Tv alam yang original dan penuh dinamika

Pulo Aceh the best TV channel for natural beauty..

Aceh memang tempat yang amat sangat cantik dan tidak habis bosan menjelajahi Aceh, di mana-mana kecantikan itu ada.

Kemari lagi mbak, biar aku ajak melihat keindahannya dari dekat...

Kimak x pun kerennya yg nulis dan objeknya...

Muuuaaacchhh... hahaha...

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.11
JST 0.027
BTC 65506.63
ETH 3439.01
USDT 1.00
SBD 2.31