Sekilas Info Perjalanan - Anti Klimaks

Selamat - Selamat

Gerhana bulan total hanya datang beberapa menit saja, jadi kami liburan pun tidak lama-lama, hanya sekitar 3.500 menit saja.

Sebagai gambaran 1 hari sama dengan 1.440 menit. Kalau 3.500 menit berapa hari? Sudahlah, tidak perlu mengerutkan dahi untuk menghitung, nikmati saja membaca sembari melepaskan asap ke udara. Tapi kalau sudah terhitung, beritahu saya yaa...

Kali ini saya akan membawa para steemian ke pulau paling barat Indonesia, pulau kecil yang menyimpan berjuta pesona birahi.. eeh.. Bihari yang exotis dan tersembunyi di ujung Nusantara.
Pulau yang menyajikan keindahan bak sepotong tanah di surga. Pantai berpasir putih, hamparan laut samudera hindia yang biru kehijauan, hutan yang lebat, kicauan burung dan suara binatang liar bersatu dengan deburan ombak yang tidak pernah mau diam walau sesaat.

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustai?

Pulau Aceh, yaa... Pulau Aceh.
Sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Indonesia. Ada sekitar delapan pulau disana, diantaranya Pulau Benggala, Pulau Keureusek, Pulau Bate, Pulau Bunta, Pulau U, Pulau Bunta, Pulau Nasi, Pulau Breuh, dan ada beberapa lagi. Tapi yang berpenghuni hanya Pulau Nasi, Pulau Bunta dan Pulau Breuh.

Tujuan kita Kali ini adalah Pulau Breuh. Letaknya cukup terpencil, sangkin terpencilnya -- Pulau itu tidak nampak kalau kita lihat dari Banda Aceh. Untuk sampai ke sana kita harus menggunakan bot/perahu nelayan dan menempuh perjalanan laut selama dua jam.

Tidak sama seperti kita ke Pulau Sabang, transportasi lautnya sudah sangat canggih, dalam sehari ada 2 bahkan 3 kali penyebrangan, kita bisa memilih mau naik kapal cepat atau kapal lambat, mau bawa mobil atau bawa motor, semuanya bebas sesuai keinginan kita. Karena kapal besar itu bisa menampung ribuan orang, puluhan mobil dan ratusan motor.

Berbeda kalau kita ke Pulau Breuh, hanya ada satu transportasi laut, bot/perahu bukan kapal. Hanya bisa mengangkat 1 unit mobil dan beberapa motor saja.
Tidak ada fasilitas yang memadai, tidak ada baju pelampung, tidak ada pengeras suara untuk menjelaskan kita sudah sampai dimana.

Duduk manis saja sambil menikmati keindahan pulau-pulau yang kita lewati. Inilah sensasi bertualang sesungguhnya, menembus ombak yang tinggi, melawan angin yang sewaktu-waktu bisa menerbangkan kita kalau tidak berpegangan, basah kuyup oleh percikan ombak yang di hembus angin itu sudah biasa. Ini benar-benar memacu adrenalin.

Akhirnya kita tiba dengan selamat, walau agak sedikit pusing. Sebelum menepi ke Pulau Breuh, kita singgah sebentar di pelabuhan Desa Senaru, Pulau Nasi. Bongkar muat barang dan orang pun terjadi disana, hingga bot bergeser sedikit lagi menuju Pulau Breuh, Pelabuhan Lampuyang. Inilah tujuan kita.

Sebelum melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor, nikmati segelas kopi tubruk dulu di kedai kopi tua dekat dengan pelabuhan, sambil menunggu sepeda motor kita di angkat ke atas pelabuhan.

Oiya... Sebagai informasi, ongkos per-orang sama dengan ongkos satu sepeda motor yaitu Rp. 25.000. Ini belum termasuk Biaya mengangkat motor kedalam bot dan biaya menurunkannya ke pelabuhan. Biaya angkat Rp. 20.000 dan turunkan juga Rp.20.000.

Pemuda setempat Lampulo siap mengangkat motor kita ke dalam bot sewaktu berangkat dan pemuda setempat pelabuhan Gugop siap menurunkan motor kita ketika mendarat. Begitu sebaliknya ketika kita akan kembali nanti.

Minum kopi selesai, motor pun sudah siap diangkat, saatnya membayar dan berangkaaat!!!

Belum selesai...