Komentar Bergizi di Steemit | BAHASA |

in #steemit7 years ago (edited)

Komentar Bergizi di Steemit

Diskusi dengan @horazwiwik memberikan inspirasi bagi saya untuk berkomentar tentang komentar dari sebuah postingan. Komentar adalah sebuah respon yang diberikan Steemians terhadap sebuah postingan. Selain dalam bentuk komentar, upvote juga termasuk respon (ini yang lebih ramai karena selau diingatkan dan diharapkan). Ada juga postingan yang dilihat dan dibaca, tetapi tidak meninggalkan jejak berupa komentar dan upvote. Respon senyap seperti ini, bagi saya, juga salah satu bentuk reward, sebuah bentuk apresiasi.

[Source]:
(comment.jpg)

Bentuk Respon

Jadi, setidaknya ada empat respon yang diberikan dari sebuah postingan: dibaca, di-upvote, dikomentari, dan di-resteem. Bahkan bisa dikatakan, tidak merespon pun adalah sebuah respon meski itu bukan respon yang kita harapkan.

Postingan yang di-_upvote, belum tentu dibaca. Ini terlihat dari logo “mata” di bawah postingan yang terkadang lebih sedikit atau lebih banyak dari jumlah upvote. Postingan saya tentang Kantor KPUD Yogyakarta yang menggunakan bekas Markas Tentara Pelajar, misalnya, terlihat disparitas yang jauh antara yang upvote dengan yang baca (dalam hal ini, diklik dianggap sebagai sudah dibaca meski tak persis demikian).

https://steemit.com/history/@ayijufridar/misteri-tawa-di-markas-tentara-pelajar-cagar-budaya-indonesia-or

Sampai Minggu 6 Agustus 2017 pukul 6:06, postingan tersebut sudah 62 kali dilihat (baca: dibaca). Namun, yang memberikan upvote hanya 26 orang dan komentar 34 termasuk respon dari saya sendiri terhadap komentar Steemians yang lain.

Perbedaan yang terlalu jauh ini tentu bisa dipahami sebab tidak selamanya yang membuka postingan tersebut tertarik untuk memberikan upvote atau berkomentar. Atau bisa jadi karena yang membuka belum memiliki akun di Steemit. Dari seorang anggota KPUD Yogyakarta, Rani, saya mendapatkan informasi bahwa tautan (link) postingan itu di Steemit dikirim ke grup WA KPU se-Yogya. Pasti di antaranya ada yang meng-klik bahkan kemudian membaca.

Saya juga memposting tautan tersebut di media sosial seperti Twitter, di mana saya memiliki 2.146 pengikut. Dari jumlah itu, dua atau tiga orang pasti ada yang membuka tautan tersebut, meski di antaranya ada yang belum memiliki akun Steemit. Ini sesuai pengalaman saya pribadi yang pada akhir 2016 lalu membaca sebuah postingan tentang mata uang kripto (cryptocurrancy) setelah mengikuti tautan di Twitter dan membawa saya ke Steemit. Hanya saja, saat itu saya belum memahami apa itu Steemit.

Respon yang paling ideal dari sebuah postingan, menurut saya, adalah dibaca, di-upvote, dikomentari secara cerdas, dan kemudian di-resteem. Itulah sebaik-baiknya respon.

Motif & Modus

Saya selalu memposting cerpen di Steemit, baik naskah yang pernah dipublikasikan atau belum. Baru cerpen lama maupun baru. Pernah sekali waktu, saya memposting cerpen sepanjang 1.700-an kata (kata ya, bukan karakter!) yang tentu saja lumayan panjang. Baru lima detik, sudah ada komentar di bawahnya, bahwa endingnya sangat menarik!

Terima kasih sudah berkomentar dan memberikan reward lainnya. Tapi lima detik tidak akan selesai membaca cerpen sepanjang 1.700 kata. Atau hanya membaca endingnya saja pada kalimat terakhir? Ending sebuah cerpen tidak selamanya di kalimat terakhir. Bisa jadi kalimat terakhir hanya pelengkap terhadap kejutan di paragraf sebelumnya. Saya cenderung menganggap, sahabat Steemians ini tidak membacanya. Tapi sekali lagi, thanks a lot for your response.

Sebuah komentar memiliki latar belakang tersendiri. Apakah sungguh-sungguh berkomentar, ingin mendapatkan reward dari komentar (saya juga punya motif seperti ini meski tidak selamanya), sekadar berbasa-basi, atau hanya sebagai modus yang kita sendiri tidak tahu. Apa pun itu, harus selalu mengapresiasikannya daripada cuek terhadap postingan kita. Begitulah prinsip saya.

Ada kasus seperti yang disampaikan @horazwiwik di mana komentarnya seseorang sama untuk semua postingan karena ia hanya meng-_copy paste_kan komentar. Cara seperti ini tentu tidak menyenangkan bagi pengirim postingan sebab terlihat sekadar komentarnya sekadar berbasa-basi, ataupun motifnya mengingatkan orang tersebut kepada dirinya dengan cara yang tidak kreatif.

Ruang diskusi

Komentar seharusnya menjadi ruang diskusi yang mencerahkan terhadap berbagai masalah. Tidak jadi persoalan apakah sahabat Steemians berbeda pendapat dalam topik yang didiskusikan. Yang penting, tetap saling menghargai pendapat orang lain. Sejak di bangku kuliah, saya termasuk orang yang suka berdiskusi, suka berdebat, tapi tidak dalam suasana permusuhan meski ada perbedaan tajam.

Komentar yang dibalas dengan komentar dalam waktu yang relatif singkat, juga merangsang kita untuk berpikir taktis dan cepat. Kita menjadi terlatih, teribiasa, dan kemudian menjadi karakter untuk selalu menemukan kata dan kalimat yang tepat dari sebuah isu. Dalam ini terus dilakukan, pada akhirnya akan membuat keterampilan menulis dan cara berpikir kita semakin terasah, berkualitas, dan tentu saja bergizi yang tidak saja menyehatkan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Sedekah literasi, barangkali itu judulnya.

Tambahan ilmu

Dari komentar yang bergizi itu sahabat Steemians juga bisa mendapatkan tambahan ilmu, dan saya sering mendapatkannya, termasuk dari @horazwiwik terutama tentang bahasa Inggris. Sekali dikoreksi, saya akan selalu mengingatnya dan tidak akan melakukan kesalahan serupa pada tulisan berikutnya.

Melakukan kesalahan itu manusiawi. Bahkan lebih baik melakukan banyak kesalahan karena banyak berbuat, daripada tidak ada kesalahan karena tidak melakukan apa pun. Rencanakan untuk lebih banyak melakukan kesalahan, maka kita akan tuai kesuksesan, kata Rod Judkins dalam bukunya The Art of Creative Thinking. Billi PS Lim dalam buku Berani Gagal juga mengingatkan kita untuk tidak takut dengan kesalahan.

Makanya, saya juga sering berkomentar seperti itu pada postingan orang lain. Kalau kebetulan menemukan ada kesalahan, atau ada informasi atau pengalaman yang berkaitan dengan postingan, saya menyampaikannya dalam bentuk komentar. Kebetulan beberapa sahabat Steemians sering mengirim tautan postingan ke WA saya dan minta dikomentari dan dikritik. Kalau memang mampu, saya melakukannya dengan senang hati dan akan meninggalkan jejak berupa komentar yang saya harap bisa bergizi meski sedikit.

Reward yang bergizi

Komentar yang bergizi juga memberi peluang mendapatkan reward berupa upvote. Saya senang dengan komentar yang berupa kritik dan bukan hujatan dan sering meng-upvote komentar tersebut. Sudah sepantasnya gizi dibalas dengan gizi agar kita sama-sama sehat dan menyehatkan baik jiwa maupun raga.

Kalau ada komentar yang selalu berbalas reward, tak lain bisa kita temukan pada akun @jiahn yang selalu mengapresiasi setiap komentar meski tidak disampaikan dalam bahasa Inggris atau Korea. Tidak heran bila banyak sahabat Steemians yang berkomentar pada postingannya meski sekadar sepotong kalimat “nice post”, “very interesting”, “I like your pictures”, dan sejenisnya yang singkat, padat, dan jelas.

Ada juga komentar yang disampaikan dengan nada bercanda sehingga menimbulkan tawa, atau minimal membuat kita tersenyum. Ini juga termasuk komentar bergizi tinggi karena bikin awet muda.

Semangat mendapatkan reward dari komentar ini jangan sampai membuat sahabat Steemians mengambil kutipan dari tulisan lain dan mempostingkannya dalam bentuk komentar. Sudah pernah--bahkan sering-- terjadi, sebuah komentar didatangi CHEETAH karena mencomot dari tulisan orang lain.


Perbincangan mengenai komentar selama ini juga sering kami diskusi dengan sejumlah Steemians aktif di Lhokseumawe, termasuk ketika beberapa jam dugem (duduk gembira) dengan kurator Indonesia @aiqabrago dan @levycore di Lhokseumawe yang berlangsung dalam dua sesi. Diskusi itu juga dihadiri @teukumukhlis, @alol, @muammar, @abduhawab, @muammar, @makhzar, @harferri, @masriadi, @yahqan, @zainalbakri, dan @heriadi yang sedang sibuk menulis di seberang meja bersama sejumlah rekan lainnya. Inti dari diskusi tersebut adalah bagaimana membuat komentar yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bahkan dari sebuah postingan yang nilai gizinya rendah pun kita harus membuat komentar yang bergizi tinggi.

Terima kasih semuanya, juga bagi @happyphoenix, @jodipamungkas, @amryksr, dan sahabat Steemians lainnya yang sering berkomentar di postingan saya.

Lhokseumawe, Minggu 6 Agustus 2017


Ayi Jufridar@Indonesian Community.jpg

Ayo, berkomentarlah sebelum komentar itu dikenai pajak. Hehehehe….

Sort:  

Dikritik dan diberi saran akan menjadikan karya kita semakin baik, itulah reward yang paling bergizi. Saya suka jika tulisan saya dikritik, agar saya tahu dimana letak kesalahan saya dalam menulis.
Namun saya sendiri termasuk orang yang sedikit malas dalam memberi kritik atau saran, karena terkadang saya takut jika kritikan saya akan menyinggung perasaan si pemilik karya. Saya lebih suka memberi komentar dalam bentuk candaan, jadi bisa menghindari rasa tersinggung dari si pemilik karya.

Salam KSI,,,,Oke juga "dugem" dengan sahabat Steemians....

Kita harus saling mengingatkan demi kemajuan bersama @indazu. Kalau ada orang yang tidak senang diberitahu ketika salah, maka ia tidak akan pernah berkembang. Memang cara orang memberi kritik itu berbeda, cara orang menerima kritik juga berbeda.

tulisan tentang ini sangat menarik, Ini sesuai pengalaman saya pribadi yang pada akhir 2016 lalu membaca sebuah postingan tentang mata uang kripto (cryptocurrancy) setelah mengikuti tautan di Twitter dan membawa saya ke Steemit. Hanya saja, saat itu saya belum memahami apa itu Steemit.

Respon yang paling ideal dari sebuah postingan, menurut saya, adalah dibaca, di-upvote, dikomentari secara cerdas, dan kemudian di-resteem. Itulah sebaik-baiknya respon.

Terima kasih @agamsaia. Komentar positif lahir dari pikiran sehat dan melahirkan komentar positif lainnya.

Post yang sangat luar biasa. Penuh fakta dan informasi yang akurat. Sangat menambah ilmu pengetahuan. Semoga bisa saling merespon dan saling memberikan gizi ya pak :D @ayijufridar

Terima kasih @fauzi03. Begitulah seharusnya kita berinteraksi di Steemit. Saling memberikan gizi demi kehidupan jiwa dan raga yang lebih baik.

Masama pak @ayijufridar. Akan saya usahakan untuk bisa saling berinteraksi di steemit. Semoga dengan membaca post ini para steemians bisa ikut saling membantu dan menghargai karya-karya dari kawan kita.

Itu harapan kita bersama @fauzi03. Semoga saja.

Semoga terwujud bang @ayijufridar. Amin..

Nah.. akhirnya ada yang mengangkat "masalah" ini. di awal saya gabung ke steemit kepikiran dengan jumlah vote dan jumlah di gambar mata itu bg.. berbeda jauh dan memang selalu begitu.. haha! dan salah satu steemian yg rajin memberikan komentar yang berisi juga kak @horazwiwik dan itu salah satu apresiasi yg luar biasa membangun.

hampir 80% yg komen hanya sekedar singgah tanpa membaca dan yg meupalo nya lagi itu ada yg bertanya di kolom komentar mengenai foto, sedangka di caption sudah ada penjelasan.. hahaha!

Thank bg ayi sudah menulis mengenai tema ini, jadi masukan buat semua steemian..!

Naah, untuk dua komentar pertama sudah mendapatkan reward, yang berikut belum karena harus menunggu power vote naik kembali. Hihihihi...

Terima kasih @teukeuilham yang sudah membaca sampai selesai. Tidak semua article menarik dibaca sampai akhir. Kalau ada yang membaca, tentunya suatu kebahagiaan bagi penulisnya.

Selama ini, @horazwiwik termasuk salah seorang yang rajin mengomentari postingan saya. Saya juga rajin mengomentari postingan orang lain, makanya post saya menjadi seribu lebih dalam sekejap. Tentunya bukan sekadar mengejar angka, tapi ini proses alamiah sebagai bentuk kepedulian terhadap postingan orang lain.
Saleum.

Dapat vote yaa.. 😂

benar bg, memang tidak semua artikel menarik dari awal sampai akhir apalagi memang ada sedikit malas membaca. keliatan komen di hampir semua artikel "mantap, terimakasih sudah berbagi" 😂, tapi seperti abg bilang, itu juga apresiasi 😢.

Terimakasih bg ayi, keep sharing us a good article :)

Terima kasih kembali @teukeuilham. Tidak semua respon sesuai dengan harapan. Tapi kalau sudah ada yang merespon, harus kita beri apresiasi.

Yaap! benar bg, setidaknya mereka sudah berusaha

Jujur walaupun jarang saya beri komentar, tulisan master @ayijufridar salahsatu yang paling sering saya baca selama saya di steemit. Hari ini dengan tujuan membahagiakan master @ayijufridar dan tanpa motif lainnya bagi saya ini adalah tulisan yang menggugah... terutama soal motif ngena sekali rasanya...untuk memenuhi kriteria respon yang baik tulisannya sudah saya baca semua sampai habis... tapi saya pikir resteem dan upvote tetap respon paling ditunggu oleh warga steemit...

Terima kasih sekali @heriafriadiaka. Bagi saya, pembaca senyap merupakan sebuah bentuk apresiasi yang luar biasa karena tidak berpretensi apa pun, seperti dua orang kekasih yang saling merindukan tetapi tidak pernah mengatakannya kepada kekasih melainkan saling mendoakan.

Wah...mantap that senandung master @ayijufridar...

Terus terang saya sendiri merasakan hal ini, kadang memang tidak sempat membaca keseluruhan isi dari postingan para stemians, padahal postingan tersebut sangat bermanfaat bagi Kehidupan sosial kita, makanya saya berharap para steamians agar setiap postingan ada kesimpulan dari penulisan agar para pembaca tidak bosan fan hal ini juga sudah pwrnah disampaikan oleh bg @aiqabrago pada postingan terdahulu.

Kemarin sambil ngopi di sebuah Coffe di Lhokseumawe juga sempat nanya-nanya ke bg @levycore trik membaca postingan yang puluhan bahkan mungkin bisa ratusan postingan, triknya adalah lihat pendahuluan, kemudian isinya dan inti dari postingan kemudian lihat kesimpulan ataupun saran .... sudah kayak menganalisis skripsi aja ya ? Wkwkwkwk ....

By the way ... awesome...perfect and This is a great piece of writing from a professional writer like @ayijufridar.... thanks.

Greeting Steemit
@mukhtar.juned

Solusi atas tidak sempat tersebut @mukhtar.juned adalah dengan men-scanning postingan yang benar-benar bermanfaat bagi kita dengan membaca cepat. Kalau memang postingan itu sangat berarti, kita bisa membacanya sekali lagi dengan sangat teliti.

Memang tidak mungkin membaca seluruh postingan yang bergizi dan mengomentarinya. Banyak postingan bergizi super terabaikan oleh kita dan kita justru memberikan perhatian kepada postingan yang banyak mengandung lemak. Di lain hal, kita juga punya waktu terbatas karena punya pekerjaan utama di luar sana. Saya juga merasakan demikian.

Ini terkadang jadi dilema. Bila kita mengkritik sebuah postingan berupa tanda baca dan tata bahasa yang masih belum benar, terkadang takut bila si penulis tersinggung karena secara halus kita mengatakan bahwa masih banyak kesalahan dalam menulis.
Tapi kebanyakan steemians hanya mengucapkan terima kasih untuk sarannya, tanpa bertanya dimanakah kesalahan-kesalahan itu.
Mudah-mudahan postingan dari @ayijufridar ini dibaca dan dipahami oleh seluruh steemians khususnya komunitas steemit indonesia.

Reaksi orang terhadap kritik itu berbeda @tusroni. Ada orang yang memang tidak senang terhadap kritik. Bisa jadi itu memang karakternya (peukateun) atau memang cara mengkritik yang tidak bisa diterimanya. Banyak orang, tidak senang dengan cara menggurui.

Tapi kalau orang tidak bisa menerima kritik, maka ia tidak akan pernah berkembang. Justru kita harus berterima kasih kepada tukang kritik yang memberikan perhatian terhadap postingan kita secara gratis.

Ya selama ini saya selalu positif thinking aja, bahwa setiap kritik dan saran yang saya berikan diterima dengan baik, dan pastinya kritik dan saran itu sesuai dengan yang saya pahami.

Komentar yang baik pada sebuah tulisan itu bernilai positif bagi penulis dan pembaca. Ada wawasan tambahan bagin pembaca selain pesan yang disampaikan penulis. Ini satu tulisan yang menambah pemahaman saya sebagai pemula di komunitas steemit. Terimakasih untuk suguhan menariknya, Aduen @ayijufridar.

Salam damainpenuh cinta dari Bireuen.

Terima kasih kembali @bahagia-arbi. Saya bahagia kalau postingan saya mendapatkan respon dan bermanfaat bagi pembaca. Sebaik-baik postingan adalah postingan yang dibaca dan bermanfaat bagi orang lain.

Terima kasih kembali @bahagia-arbi. Isi komentar mencerminkan karakter seseorang. Apa yang bersemanyam di kepala dan hati, itu akan tergambar dalam komentarnya.

Saya edit kesalahan huruf dlm komentar lama itu bang Ayi. Hehe..setujuuuu

Sangat menyentuh, terima kasih bg @ayijufridar, dan semoga para Steemians bisa mengambil untuk dijadikan sebuah pelajaran, dan jg sebagai penguat sebuah TIM/Komunitas.
Sebagaimana yang dikatakan mas @heppyphoniex ("puasa komentar"), begitupun dengan saya. Terkadang saya hanya membaca sahaja seperti saat ini, namun saya memiliki trik sendiri supaya kita tetap terikat tali silaturrahim dalam TIM ini.
Salah satu cara yg saya gunakan adalah bookmark use account, supaya kapan2 saya masuk selalu melihatnya, baik di smartphone atau di PC/laptop.

Situs ini www.busy.org sangat membantu saya untuk mengingat teman-teman saya.


Dan saya sering mengatakan juga kepada teman2 untuk merestim walaupun tidak memberi suara, jangan hanya membaca/melihat, jangan hanya buka mulut/komentar namun tidak membaca/memahami (karena setiap posting belum tentu poin penting ada pada alinea pertama, bisa jadi yg terpenting di tengah tulisan atau akhir.
Terima kasih bg @ayijufridar, berilah kami tamparan/teguran yg menjadikan kami jadi yang terbaik dan tentunya bermanfaat bagi kita semua.

Saya justru harus banyak belajar cara Steemit bekerja, termasuk cara menggunakan bookmark use account karena saya generasi 1970-an yang tidak terlalu mahir dengan teknologi, meski nggak gaptek juga. Heheheheehe.

Saya pikir, di Steemit selain kemampuan menulis banyak hal lain yang harus kita kuasai. Tidak bisa semuanya kita pahami dengan lancar. Tapi learn by doing saja.

@good-karma saja sebagai pengembang me upvote tanpa membaca. Ada sebagaian friend memberi upvote mungkin.... Mungkin dengan prasaan atau gbr menarik tanpa membaca.
image
Dilema jadinya ya. Bergeser dari tujuan yg seharusnya tempat menulis atau blog malah memikirkan upvote dan mencari upvote dgn cerita baru tdk sempat interaksi. Apa bisa tema wall bisa di ubah ke indonesia only, ga bisa kan?

Semuanya terpulang kepada kita @admun. Mau mendapatkan sekadar upvote, atau keseluruh reward bisa kita dapatkan. Kalau saya pribadi, ada postingan yang saya baca sampai selesai, ada yang tidak, tergantung kebutuhan dan bagus tidaknya postingan. Tapi sebagian besar postingan yang saya upvote setelah membukanya terlebih dahulu. Kalau langsung upvote, takutnya postingan itu sudah didatangi cheetah.

Cheetah? Seperti apa itu? Apa mempengaruhi akun kita @ayijufridar? Maaf saya masih newbi butuh sedikit petunjuk. Thanks

Kalau mau memahami lebih jauh tentang Cheetah, baca di FAQ di sisi kanan layar komputer, atau ada juga sebelumnya postingan @indonesia-trail tentang Cheetah. Postingan yang dianggap plagiat, atau mengambil tulisan orang lain, akan didatangi @cheetah secara otomatis karena ia sistem robot. Tidak plagiat pun, tetapi memposting tulisan sendiri yang pernah naik di blog lain, di sosmed lain, atau di apa pun yang bisa dilihat jejaknya secara online, juga bisa didatangi @cheetah. Makanya, hati-hati memposting tulisan lama yang pernah dimuat secara online.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.13
JST 0.029
BTC 58431.12
ETH 3142.83
USDT 1.00
SBD 2.43