Dunia Hanya Selebar Daun Kelor

Beberapa orang terlalu meributkan bentuk bumi, aku pribadi tidak terlalu mempermasalahkan bentuknya, mau bulat, datar atau seperti alat kelamin pria, jelas bila alat kelamin tidak berfungsi apa gunanya hidup . Maaf sedikit ngaur. Ada banyak masalah yang membuat kita gelisah dan gagal kosentrasi hari ini, seperti keadaan ekonomi negara akhir-akhir ini yang sedikit rumit kalau tidak bisa dikatakan kacau. Aku tidak tahu negara ini hendak dibawa kemana oleh penguasa. Terserah kalian saja. Orang miskin seperti aku masih bisa berpikir bebas dan benapas adalah sebuah anugerah. Kau baleh memenjarakan tubuhku tapi kau tak bisa memenjarakan pikiranku, ucap Pram.
Dunia adalah bola kecil yang di dalamnya banyak pertunjukkan. Dulu saat masih kecil aku melihat bumi kecil dalam sebuah globe yang ditunjukkaan guru pertama kali di sekolah. Mudah sekali mengelilinginya, pikirku. Dunia tak selebar daun kelor kata pepatah.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali bertemu dengan orang-orang itu saja, di dalam satu kota, pasar, warung kopi, atau rumah ibadah. Kadang kita bersua dengan seseorang di satu kota yang berbeda, namun masih dengan orang yang sama; dunia ini semakin sempit saja rasanya, ucap seorang teman. Dulu aku pernah bertemu dengan seorang gadis di halte, Namun sayangnya aku tidak berani berkenalan denganya. Dan itu adalah pertemuan pertama dan terakhirku dengannya. ketika aku bertemu seorang cewek di sebuah halte tapi tidak sempat berbicara, kami hanya tersenyum dan sampai hari ini aku tidak menemukannya di halte itu lagi. Setahun kemudian halte itu pun dirobohkan tanpa alasan yang jelas.
Dunia ini memang tak selebar daun kelor, teori itu semakin terbukti ketika aku sulit sekali aku mencari dimana gadis manis itu. Sudah ku iklaskan saja dia. Terlalu bertele-tele tulisan ku ini. Sebenarnya aku mau bilang pada kalian malam ini aku kembali ngopi bersama Kurator Steemit Indonesia @levicore. Dunia memang tak selebar daun kelor, Brader.eperti keadaan ekonomi negara akhir-akhir ini yang sedikit rumit kalau tidak bisa dikatakan kacau. Aku tidak tahu negara ini hendak dibawa kemana oleh penguasa. Terserah kalian saja! Sebagai rakyat yang hidup nya melarat, bernapas dan berpikir adalah anugerah. Kau boleh memenjarakan tubuhku tapi kau tak bisa memenjarakan pikiranku, ucap Pram.

Dunia adalah bola kecil yang di dalamnya banyak pertunjukkan. Dulu saat masih kecil aku melihat bumi dalam sebuah globe yang ditunjukkaan guru pertama kali di sekolah. Mudah sekali mengelilinginya, pikirku. Ternyata sesudah dewasa aku menemukan pepatah, Dunia tak selebar daun kelor.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali bertemu dengan orang-orang itu saja, di dalam satu kota, pasar, warung kopi, atau rumah ibadah. Kadang kita bersua dengan seseorang di satu kota yang berbeda, namun masih dengan orang yang sama; dunia ini semakin sempit saja rasanya, ucap seorang teman.

Sekali waktu, aku bertemu seorang gadis di halte, namun aku gagal berkenalan denganya. Dan itu adalah pertemuan pertama dan terakhirku dengan gadis itu. Sampai hari ini aku tidak menemukannya di halte itu lagi. Setahun kemudian halte itu pun dirobohkan tanpa alasan yang jelas.
Dunia ini memang tak selebar daun kelor, teori itu semakin terbukti ketika aku sulit sekali aku mencari di mana gadis manis itu tinggal. Sudahlah, ku iklaskan saja dia.

Terlalu bertele-tele tulisanku ini. Sebenarnya mau aku kasih tau, malam ini aku kembali ngopi bersama Kurator Steemit Indonesia @levicore. Ada bang @Abduhawab juga @resyiazhari. Dan kopi menemani kebersamaan kami malam ini. Sekian dulu biroe. Dunia hanya selebar daun kelor, ternyata.