TravelStory in Pulau Nasi #2; Lampusuar dan Gugusan Karang Bak Situs Purba Nan Artistik

in #indonesia7 years ago

puloaceh6.jpg
Gugusan karang melengkapi keindahan lanskap laut dan daratan di kejauhan sana

Kedatangan kami ke Pulau Nasi disambut kesiur angin beraroma garam. Debar selanjutnya siap memberi kejutan. Mobil bak terbuka jenis L-300 yang sudah menunggu kedatangan kami entah sejak pukul berapa, dalam sekejap sudah penuh. Para penumpang, yang berjumlah enam belas orang, mayoritas perempuan, adalah makhluk tampan dan cantik yang sudah dewasa. Pandai mengatur diri dan tidak merepotkan hehehe. Kami langsung mengambil tempat dan posisi untuk duduk. Sejenak ingatan saya melambung ke masa kanak-kanak, di mana mobil bak terbuka bermerk Chevrolet selalu menjadi andalan masyarakat sebagai alat transportasi umum.

Dalam hitungan menit mobil mulai merayap di jalan beraspal. Ini artinya petualangan seru telah dimulai. Mari kita mengekplorasi secuil surga di Pulo Aceh. Dalam garapan sebuah film dokumenter beberapa tahun lalu Pulo Aceh dianggap sebagai "Surga yang Terabaikan" karena minimnya perhatian pemerintah kabupaten untuk kecamatan ini.

Beberapa 'satwa kunci' Pulau Nasi melintas. Kotoran para satwa tersebut tak ubahnya seperti kue kering yang menempel-nempel di badan jalan. Bercampur dengan uap udara, aromanya ikut masuk ke indera penciuman saya.

Aldi, selaku koordinator rombongan memberi petunjuk. Tujuan pertama kami adalah mengunjungi lampusuar di Bukit Kacakacu di Desa Deudap. Fakta yang saya lihat di Pulau Nasi sungguh di luar ekspektasi saya. Saya sama sekali tak menduga pulau ini akan sesepi itu. Selama beberapa jam mengeksplorasi pulau, cuma ada satu mobil yang melewati jalanan beraspal yang berkelok-kelok. Yaitu mobil yang mengangkut kami. Hanya ada satu dua kendaraan bermotor yang lewat.

Sepanjang perjalanan, di kiri kanan jalan hanya terlihat satu dua rumah warga. Itu pun seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Selebihnya adalah pegunungan yang ditutupi hutan hijau lebat yang menjadi pemandangan khas pulau.

Pulau Nasi adalah salah satu gugusan pulau yang secara administratif masuk ke wilayah Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Ini pulau kedua terbesar di kecamatan tersebut, setelah Pulau Breueh (beras) yang menjadi ibu kota kecamatan. Penghuni Pulau Nasi lebih sedikit yang tersebar di lima desa yaitu Deudap, Rabo, Alue Rayeung, Pasi Janeng, dan Lamteng. Sementara tetangganya Pulau Breueh memiliki 12 desa. Desa Deudap yang paling sedikit penghuninya, sekitar 80 kepala keluarga.

Dengan kondisi itu, wajar saja kalau desa ini tampak sepi. Nyaris tak ada denyut kehidupan di sini. Awalnya saya kira, saya bisa melihat becak, atau mobil angkutan umum sebagai sarana transportasi publik. Tapi nihil. Pun kedai-kedai yang menjual kopi sekadar tempat bersantai, tak ada. Saya hanya melihat sebuah kedai yang tak jauh dari pelabuhan. Plus kedai di rumah Bu Betty tempat kami menginap.

pulo aceh.jpg
Pemandangan dari bukit berkelok yang menjadi salah satu landmark Pulau Nasi

pulau nasi-.jpg

Dalam perjalanan menuju ke Bukit Kacakacu, kami berhenti sebentar di jalan bukit berkelok sebelum Pantai Nipah. Pemandangan dari bukit ini sungguh indah. Walaupun matahari menjelang sore itu cukup terik, tak menyurutkan antusiasme kami untuk berfoto-foto di lokasi ini. Sebatang pohon menjulang seolah menjadi ikon dari bukit ini. Di kejauhan tampak pulau menyembul di permukaan laut yang biru dan teduh. Permukaan laut terlihat seperti arsiran pensil di kertas gambar. Bergradasi.

Lebih jauh ke arah timur, tampak daratan Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Saya membayangkan, pemandangan malam hari di sini pasti lebih indah. Lampu-lampu di Kota Banda Aceh akan terlihat seperti gugusan bintang di cakrawalan.

Kami tak berlama-lama di sini, sebab harus berburu dengan waktu. Matahari telah condong ke barat. Itu artinya kami harus bergegas. Diantar angin-angin dari puncak bukit berkelok ini, kami langsung tancap gas menuju lampusuar di Bukit Kacakacu. Namanya unik ya? Saya terbayang tokoh kartun Pikachu begitu melihat sebuah plang bertuliskan Bukit Kacakacu di pinggir jalan.

puloaceh10.jpg
Jalan setapak menuju puncak bukit tempat lampusuar terpacak kokoh

pula.jpg

Setelah melewati turunan, mobil berbelok ke kiri dan berhenti di dataran yang banyak ditumbuhi pohon pandan duri. Menuju ke lampusuar kami harus treking sedikit ke atas bukit. Tak masalah. Selalu ada kesulitan sebelum kemudahan. Kuperkirakan tak lebih dari sepuluh menit kami berjalan, menyusuri jalan setapak yang mengantarkan kami pada sebuah lampusuar yang menjulang di puncak bukit.

puloaceh9.jpg

suar.jpg

Awalnya kukira kami akan mengunjungi mercusuar Willem Toren, rupanya mercusuar yang itu ada di Pulau Breueh hehehhe. Kecele anak mudi. Tapi, walaupun mercusuar ini bodinya lebih kecil dan tidak bisa dinaiki, tidak mengurangi kesenangan kami setelah menapakkan kaki di bukit ini. Pemandangan yang tersaji di depan mata sungguh menawan. Berdasarkan informasi yang ada di monumen kecil di dekat pertapakan, mercusuar ini dibangun pada tahun 1990.

Aku girang bukan kepalang bisa sampai di sini. Tapi kegirangan itu hanya kusimpan dalam hati. Tak ingin terlihat norak. Sebenarnya, kepergianku ke Pulau Nasi kali ini ibarat pertaruhan. Esok paginya, Minggu, 28 Januari, kawan-kawan komunitas sepeda gowes ke air terjun Monceunong, Indrapuri. Saya terpaksa absen karena tergiur tawaran ke Pulau Nasi. Tapi pertaruhan ini memihak kepada saya.

puloaceh5.jpg

pulao.jpg

Gugusan karang membentang vertikal menjorok ke laut. Saya terpana melihatnya. Indah niah ciptaan Tuhan di depan mata saya ini. It's amazing! Wonderful! Luarbiasa! Saya turun untuk menjangkau gugusan karang tersebut. Dan oh, dari jarak dekat karang-karang ini tampak seperti lapisan situs purba yang sangat artistik. Gempuran air laut terus menerus yang mengandung garam telah mengubah tekstur permukaan karang yang tajam menjadi licin dan kesat. Memudahkan saya untuk menyusuri dari satu gunduk ke gundukan yang lain.

pulau ihan.jpg
Saya membayangkan, betapa asyiknya kalau kita ngerujak di sini hehehe

pulau nasi-suar.jpg

Saat saya, Binang, dan Risa sedang berasyik-masyik di bibir karang, tiba-tiba terdengar suara Aldi. Meminta kami segera bergegas. Matahari semakin condong. Pun begitu sinarnya masih tampak garang. Seolah ingin 'menipu' agar kami tetap berlama-lama di tempat ini. Tapi, suatu tempat yang konon katanya lebih indah untuk menyaksikan kegagahan mentari telah menanti kami. Baiklah... kami bersiap untuk mengatakan 'see you' pada karang-karang bisu di Desa Deudap, kami akan ke etape selanjutnya; Pasi Janeng![]

Bersambung...

Cerita sebelumnya:

https://steemit.com/indonesia/@ihansunrise/travelstory-in-pulau-aceh-1-bermulanya-petualangan-17-jam

Baca juga:
https://steemit.com/indonesia/@ihansunrise/yuk-mamam-dengan-gurita-rendang-yang-nendang-banget-di-lidah

https://steemit.com/indonesia/@ihansunrise/my-drawing-the-sunset

Sort:  

bagus sekali tulisannya..keren

thanks, Bang...

Wah tempatnya asik banget. Saya pernah dengar tentang pulau nasi dari seorang kawan, tali hingga sekarang belum sampai ke sana. Semoga suatu kali bisa tiba di pulau nasi.

Bang Mus tinggalnya jauh sih heheheh... sesekali bisa direncanakan tuh, Bang....

Pengalaman traveling yg mengesankan kak @ihansunrise Rasanya kayak baca novel aja. Keren kak! 😎👍

Hahaha....thanks ya.... jadi ingin menulis novel....

Fabolous!!! Ditunggu cerita selanjutnya di Pasijaneng..sesungguhnya bersama kesulita kesulitan ada kemudahan, sebenarnya yang menceritakan yang hayuei..

heheh thanks kak....

nice pic...!!! sukses trus kak...😎👍 folbck ya

thanks Bang Wowor....

Ngga ngajak-ngajak !! Aku belum pernah kesana. Hiks

yukkk kapan kita ke sana....

Begitulah keadaan di Pulo @ihansunrise 😁

Hayeuuuu... kami gak ke sin kemarin

kalian ke pulau breueh yaaa

Waaaw, awesome! Btw nama pulau itu Pulau Nasi, Pulau Beras, sebab dinamai begitu kenapa, ya?

hmmmm.....ntar waktu ketemu Ihan jelasin ya kak, nggan sangguk ketik hahah

Pingin ke sanalah Kaak... Ntar ajak laaah

Ade juga kapan ajak kami pegang saljuuuuu heheheh

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 74785.74
ETH 2843.82
USDT 1.00
SBD 2.49