Penulis yang Baik Adalah Pembaca yang Lahap

in #indonesia7 years ago (edited)

“Tell Me What You Read, And I’ll Tell You Who You Are...”

Prof Dr Ir Ahmad Humam Hamid memulai presentasinya dengan mengutip sebuah penggalan quote dari Francois Mauriac. Quote tersebut memiliki lanjutan, “is true enough, but I'd know you better if you told me what you reread”.

Ini merupakan kali ketiga, Forum Aceh Menulis (FAMe) diisi oleh seorang profesor. Sebelumnya ada Prof Janet Steele dari Amerika Serikat dan Bachtiar Aly dari Aceh. Pada pertemuan ke-28 tersebut, Prof Ahmad Humam bersedia meluangkan waktunya membuka wawasan para penulis muda di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh-Sumut, Rabu (31/01/2018).
IMG_20180131_150448.jpg
Prof Ahmad Humam Hamid sedang presentasikan pentingnya membaca untuk menulis

Banyak lahir penulis di dunia ini semua karena mereka membaca. Mustahil seseorang bisa menjadi penulis jika tidak pernah membaca. Untuk menghayal saja juga butuh membaca.

“Kalau Anda mau menulis, lalu Anda membaca buku bagaimana cara menulis, itu belum cukup. Omong kosong kalau ada penulis bilang tak perlu membaca,” kata Prof Ahmad Humam.

Di Indonesia ada Goenawan Mohamad majalah Tempo, yang tulisannya sangat tajam. Ia menulis tentang Timur Tengah, karena dia membaca tentang Timur Tengah, Romawi Kuno dan yang berhubungan dengan masa lampau semua ia baca.

Untuk menjadi penulis menurut Prof Ahmad Humam, harus membaca apa pun; fiksi, nonfiksi, sejarah, kuliner, agama, and eveything. Jika tak punya waktu untuk membaca, dipastikan tidak punya waktu untuk menulis (If you don’t have time to read, you don’t have time (or the tools) to write – Stephen King).
Slide Prof Ahmad Humam tentang tips menulis

Membaca novel membuat pembaca memiliki perasaan. Jika kita ingin hidup di zaman Belanda, baca karya-karya Pramoedya. Membaca Siti Nurbaya, seakan kita hidup di zaman dimana para perempuan dikekang dan betapa kejamnya Datuk Maringgih.

“Pram menulis tentang Aceh, padahal ia tak pernah datang ke Aceh, tapi dari mana dia tahu? Dari bacaan,” jelasnya.

Semua yang dimuntahkan oleh penulis melalui tulisan merupakan apa yang ia komsumsikan (baca). Prof Ahmad Humam mengilustrasikan seekor gurita dengan kakinya yang banyak digunakan memegang buku, hanya satu kakinya yang memegang pulpen. Artinya membaca sebanyak-banyaknya, berfikir, lalu menumpahkan lewat pena.

Padahal, dalam ajaran umat Islam sekalipun, ayat pertama yang diturunkan adalah “iqra” yang artinya bacalah. Banyak ilmuwan-ilmuwan Islam yang menulis. Ibnu Sina ada 450 karyanya tentang medis.
IMG_20180131_151955.jpg
Salah satu slide presentasi Prof Ahmad Humam tentang Ibnu Sina

Presentasi Prof Ahmad Humam juga diperkuat oleh Pembina FAMe, Yarmen Dinamika, yang juga berperan sebagai moderator. Ia mengungkapkan, setiap penulis hebat, rata-rata mereka pembaca yang lahap.

Yarmen menjelaskan tentang rahasia penulis berbobot dari Roy Peter Clark. Roy telah meneliti setiap tulisan yang pernah memenangi Pulitzer. Hampi semua penulis memiliki ciri dan karakter yang sama dalam menulis.

Kemudian Roy menyimpulkan ada 14 kiat menjadi penulis berbobot, salah satunya penulis berbobot itu pembaca seumur hidup. Penulis hebat mengandalkan referensi berupa jurnal, buku, film dan sumber-sumber lainnya.

Namun yang menjadi persoalan, ketika membaca seakan-akan apa yang dibaca hilang begitu saja. Semakin banyak yang dibaca semakin banyak yang terlupakan. Padahal menurut Yarmen, semua yang dibaca tidak pernah sia-sia.

“Semua yang kita baca itu akan tersimpan dalam memori kita, ia akan keluar ketika ada pemantiknya, misalnya ada satu seminar yang membahas tentang yang kita baca tersebut, maka akan keluar dengan sendirinya,” jelas Yarmen yang didukung Prof Ahmad Humam.

Di akhir pertemuan, Prof Ahmad Humam menutup dengan mengajak semua peserta agar menjadikan membaca sebagai habit (kebiasaan). Jadikanlah membaca sebagai kebutuhan kita sehari-hari.[]
IMG_20180131_163303.jpg
hayat s.jpg
Baca juga:

Sort:  

Membaca jendela dunia akhirat. Dahsyat

oleh karena itu, jendela tidak perlu dibaca, tepi ditutup di malam hari :D

Sigoe2 pakon han @profesorgila ile...

Dukung https://steemit.com/aceh/@qisyanaura/steemian-pemalas-22c5d19c9b72b bacut bang beh... Sayang teuh keu keadaan rakan nyan jinoe...

Hahahaha menye ka gila pane jeut keu prof lom... :D mantap nyan semangat

Hehehe... Adak gila pih, @profesorgila nyoe gila bermartabak...

Gila yang bermanfaat berarti haha

Semakin banyak kita menulis, maka semakin rakuslah kita pada buku, karena kita membutuhkan banyak referensi, ya kan?

Yes...... Benar sekalee...
Film India pajan perlei cok lom? :D

Betul sekali bang.
Menulis itu butuh bahan dan juga ilmu.
Caranya pasti dengan membaca.

Dan jangan lupa ada tempat untuk menulis, misalnya dindin, kertas atau layar.. Dan sekarang steemit menjadi media tempat kita belajar menulis

Penulis baik itu adalah @hayatullahpasee

Dan pns produktif tetap ketua kamoe,, hana laen haha

Belajar menulis adalah dengan membaca, benar?

Yes bang, membaca bagaimana orang-orang menulis...

info yang luar biasa bang🙏. fllbck ya bang

Hahahhaa bak lakei folback.. :D

Menarik sekali Haya, udah lama kali nggak namatin buku bacaan.
Ada tnya kiat2nya kiban agar gak beu'o membaca buku?

Caranya tutup WA dan mulai baca. hahaha

Hahhaa.. Asal jangan tutup fb..

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 60925.88
ETH 2688.98
USDT 1.00
SBD 2.46