The Diary Game, 7 April 2024: Mudik ke Kampung Halaman
Berbuka puasa bersama keluarga besar di kampung halaman mengingatkan berbagai kenangan masa lalu, saat kecil hingga remaja.
Rumah orang tua di kampung halaman. Foto-foto: dok. pribadi
Minggu 7 April 2024 setelah Subuh, saya tidur menyiapkan energi setelah untuk mudik setelah semalam tak bisa tertidur karena kebanyakan minum kopi saat berbuka puasa dan salat Isya dan Tarawih. Saya dibangunkan anak sekitar pukul 11.00 WIB, dan kemudian menyiapkan berbagai keperluan untuk mudik ke kampung halaman, sebuah gampong dalam kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Bireuen, Aceh.
Usai salat Zuhur, satu persatu barang bawaan berpindah dari dalam rumah ke bagasi mobil. Ada banyak beberapa tas berisi pakaian saya, istri dan dua anak, ditambah kue oleh-oleh dan barang-barang kecil lainnya.
Saya sedang merasa meriang saat itu, badan terasa hangat, tapi masih sanggup mengemudi mobil. Saya pikir kalau nanti tak sanggup, istri bisa menggantikan sebentar sebagai sopir. Sebelum berangkat, saya izin kepada tetangga sambil berpesan menjaga rumah.
Jalan tol
Mobil perlahan melaju meninggalkan kompleks perumahan, mengambil rute tol Blang Bintang, Aceh Besar ke Seulimum dengan jarak kisaran 40 kilometer. Sambungannya masih terus dikerjakan, sampai Agustus 2024 direncanakan bakal rampung sampai Padang Tiji, Pidie.
Keluar dari pintu Tol Seulimum, mobil mengambil jalan nasional Banda Aceh-Medan melewati pergunungan Seulawah yang berkelok-kelok.
Kawasan Saree di lembah Gunung Seulawah
Selepas Seulawah, kami melewati Kabupaten Pidie. Tiba di Beureunuen, saya teringat pesan Mamak untuk membeli kerupuk mulieng atau melinjo. Wilayah itu dikenal sebagai penghasil kerupuk mulieng terbaik di dunia.
Tugu Mulieng di Pidie
Usai membeli kerupuk, kami bergerak lagi hingga singgah di Masjid Blang Malu, Pidie untuk melaksanakan salat Ashar. Saya istirahat sejenak untuk dan kemudian melanjutkan kembali perjalanan.
Bersama Arkan usai salat Ashar di Masjid Blang Malu
Pukul 18.00 WIB, kami telah tiba di Jeunib, Bireuen. Kami memutuskan berhenti di sana untuk menunggu berbuka puasa di warung Tower Kopi. Saya sempat mengompres kepala dan leher untuk mengusir demam yang makin menjadi-jadi.
Tepat pukul 18.45 WIB, jadwal berbuka puasa tiba. Menu sate, nasi goreng, mie goreng dan aneka minuman telah terhidang. Saya kurang selera karena sedang deman, memakan sedkit lalu meminum air putih yang banyak serta obat yang telah disedikan istri sejak kami berangkat.
Menu berbuka di Jeunib. Dok. screenshot video pribadi
Setelah berbuka puasa selesai, kami melanjutkan perjalanan ke kampung halaman dan tiba sekitar pukul 20.30 WIB. Selanjutnya melepas kerinduan dengan kedua orang tua.
Karena kurang sehat, saya tidur cepat malam itu setelah salat Isya dan Tarawih di rumah masa kecil saya. Terlelap sampai sahur menjelang. []
Salam literasi
@abuarkan
Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Plagiarism Free / AI Article Free
* #burnsteem25
* Community
* Charity
null 25% ✔️
steembetterlife ❌
worldsmile❌
Appeal to community members:
Verified by @𝘩𝘦𝘳𝘪𝘢𝘥𝘪