Tradisi Unik Masyarakat Adat di Daerah Saya: Kenduri Walimatul Khitan

_{Foto-foto dokumen pribadi/Habil}

Lima hari sebelum hari H, Mami (neneknya Arkan) telah datang ke rumah kami. Beliau ikut merencanakan menu makanan dan tamu-tamu yang diundang. Beliau banyak membantu proses masak, selain makanan yang telah terpesan di katering.

Dua hari menjelang hari H, saya disibukkan membersihkan rumah dan rerumputan di lingkungan kompleks rumah agar terlihat bersih dan tak malu saat tamu datang menghadiri undangan. Kawan-kawan yang diundang telah diberitahukan semuanya.

Satu hari menjelang hari H, sebuah pelaminan telah siap untuk tempat Arkan duduk nantinya. Pakaian adat Aceh kami siapkan lengkap rencong milik saya sebagai bagian pakaian adat Aceh. Tenda, kursi dan segala perlengkapan lainnya telah siap.

Tiba pada hari H, sekitar pukul 10 WIB, semua menu makanan seperti kuah beulangong, ayam goreng, hingga keumamah, sayuran, kue-kue dan lainnya telah terhidang di meja. Sebuah rak kopi milik Warung Arol juga telah menyediakan kopi untuk para tamu.

Jelang pukul 11.00 WIB, satu persatu tamu datang, Arkan tampak gagah duduk di pelaminan. Banyak tamu yang memberikan selamat kepadanya sembari bersalaman. Dia tampak senang dan menebar senyum.

Tradisi syukuran khitanan atau sunat Rasul telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Aceh. Diwarnai dengan peusijuek dan doa untuk anak yang baru dikhitan, tanda bahwa anak laki-laki sudah menginjak usia akil baligh.

Syukuran dengan dokumentasi lengkap akan memberikan kenangan tersendiri bagi anak-anak di saat besar nanti. Dalam adat Aceh, syukuran ini sebagai wujud syukur kepada Allah Swt yang telah menjaga hambanya dalam menjalani kehidupan dari masa bayi sampai seterusnya.

Tradisi Unik

Di kalangan masyarakat Aceh saat ini, tradisi syukuran khitanan masih terus terjaga. Kenduri yang digelar tergantung ekonomi masyarakat. Sebagian warga tak menggelar kenduri dengan mengundang banyak tamu di rumah, tetapi cukup di kalangan keluarga saja.

Sebagian lainnya menyiapkan berbagai prosesi lengkap seperti menyiapkan pelaminan dan memakaikan pakaian adat kepada anak yang akan atau baru dikhitan. Bahkan di sebagian daerah di Aceh, anak-anak yang akan atau baru dikhitan akan dibawa keliling kampung dengan tandu disertai doa-doa.

Bagi anak laki-laki di kalangan masyarakat Aceh secara umum, hanya dua kali mereka duduk di pelaminan, saat sunat Rasul dan pernikahan.

Saya mengajak serta rekan-rekan; @munaa, @bukutaqin dan @cymolan untuk ambil bagian dalam kontes Contest ! Unique Traditions of Indigenous Peoples in My Country (Region) - Part-19 yang difasilitasi ketua @ridwant

Demikian artikel saya, mohon maaf sebelumnya jika telah lama absen di steemit.com.

Salam literasi
@abuarkan