Kali ini saya ingin ikut berpartisipasi dalam kontes yang diadakan oleh Steem Entrepreneurs dan saya mengajak @syahril98 @bahrol dan @bang.dien untuk ikut serta.

Postingan saya kali ini adalah sebuah pengalaman nyata yang saya alami dan mungkin saja sedikit berbeda dengan orang kebanyakan sehingga langkah saya ini saya sebut sebagai "Jalan Sunyi" yang tidak semua orang berani atau mau menjalaninya.

How do you understand the meaning of "Life is an endless struggle" in everyday life?

Saya memaknai hidup ini adalah sebuah perjuangan yang tiada akhir yang artinya tidak ada batas perjuangan kita kecuali tibanya ajal yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

Segala upaya harus terus kita lakukan sepanjang hidup kita, namun bagi saya ada beberapa pertanyaan krusial yang harus kita jawab terlebih dahulu.

Apakah sesuatu hal itu memang patut kita perjuangkan? atau hal tersebut harus kita relakan? atau apakah sesungguhnya memang itu yang kita butuhkan? dan seterusnya....

Jangan-jangan hal itu hanyalah sebuah "keinginan" yang tidak memiliki fondasi yang kokoh terkait makna KEHIDUPAN itu sendiri.

Jadi point nya adalah tentukan terlebih dahulu tujuan hidup anda, lalu bertanyalah bagaimana cara mencapainya, apakah itu masih berada dalam lingkup moral, etika dan seterusnya dan seterusnya....

Ketika kita sudah memahami tujuan hidup kita maka tidak ada jalan lain selain berjuang sekuat tenaga sampai akhir hayat kita.

Tell us about one personal challenge you are facing and your approach to it.

Salah satu implikasi dari penentuan "Tujuan Hidup" bagi saya adalah saya pernah berada di persimpangan jalan dalam hal karier saya dimana saya berada dalam posisi harus memilih "Hijrah" atau tetap berada dalam lingkungan kerja yang sebenarnya sudah menjadi TOXIC bagi saya.

Bagi saya ada nilai-nilai dan norma yang harus kita gunakan sebagai parameter dalam menentukan sebuah sikap, tingkah laku, langkah kita dan sebagainya.

Dan dalam hal ini saya merasa saya berada dalam lingkungan yang tidak kondusif atau malah TOXIC bagi saya.

Sudah bisa difahami secara luas bahwa berada dalam sebuah birokrasi atau jabatan di negara kami khususnya di Aceh, telah terjadi banyak "penyimpangan" di tingkat elit sampai akar rumput.

Tidak mungkin saya jelaskan secara detail di postingan ini terkait hal tersebut, namun potret besarnya bisa dilihat oleh semua orang dengan nyata.

Disitulah saya merasa saya sudah berada di persimpangan jalan dan saya harus menentukan pilihan. Hijrah atau tetap berada dalami lingkungan yang TOXIC tersebut.

How do you overcome these challenges? Explain the concrete steps you have taken.

Ketika hal tersebut terjadi, saya tetap berkonsentrasi pada tujuan hidup saya serta nilai-nilai serta norma yang saya yakini.

Kemudian saya menentukan sikap, membicarakannya dengan orang-orang terdekat (orang tua, istri dan saudara dekat) serta memilih meninggalkan Jabatan saya yang saya sebut sebagai MENEMPUH JALAN SUNYI.

Diksi "Jalan Sunyi" saya gunakan karena memang biasanya orang melakukan segala cara untuk meraih jabatan atau mempertahankan jabatannya sedangkan sebaliknya saya malah meninggalkan Jabatan tersebut.

Dan "Jalan Sunyi" tersebut saya tempuh setelah melewati sebuah kontemplasi dan juga usaha atau perjuangan yang maksimal selama lebih kurang delapan tahun.

Masih banyak jalan lain bagi saya untuk memperjuangkan tujuan hidup saya serta tetap menjadi "Manusia". Ladang pengabdian pun begitu luas. Kita bisa memilih "Medan Perang" yang akan kita ikuti.

Is there support from those closest to you in your struggle

Di awal-awal saya mengutarakan rencana dan sikap saya, orang-orang terdekat saya sedikit terkejut dan mempertanyakannya. Namun setelah saya menjelaskan standing point saya, mereka akhirnya memahaminya dan mendukung apapun sikap serta keputusan saya.

Karena mereka hanya bisa melihatnya dari jarak jauh, sedangkan saya mengalaminya secara langsung selama hampir dua puluh tahun (2001-2021)dalam pemerintahan.

How do you maintain enthusiasm and motivation? Are there any special principles or values that help you stay focused on life's journey.

Nah disinilah yang ingin saya tekankan bahwa betapa pentingnya nilai-nilai dan norma serta tujuan hidup itu.

Bagi saya meninggalkan Jabatan itu bukan saya menyerah pada keadaan yang ada, tetapi itu adalah sebuah usaha tetap berada pada tujuan hidup saya.

Jabatan hanyalah sebuah media untuk mencapai tujuan hidup. Jangan korbankan tujuan hidup kita hanya demi jabatan yang sebenarnya bersifat semu.

Bahkan jabatan itu telah membuat banyak orang kehilangan jati diri sebagai manusia. Moral mereka runtuh, hati nuraninya rontok bahkan mereka menjadi korban dari Jabatan itu sendiri.

Jadi bagi saya, perjuangan sepanjang hidup itu adalah pada aspek yang lebih luas yaitu pada tujuan hidup kita. Apakah kita mau menjadi orang baik atau orang yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisinya.

Segala aktivitas yang kita lakukan termasuk dalam hal perjuangan hidup dalam hal ekonomi, status sosial, dan lain-lain hanyalah fragmen-fragmen kecil dari sebuah Perjuangan yang sesungguhnya, yaitu Perjuangan terhadap Tujuan hidup kita.

Sekian partisipasi saya kali ini. Terima kasih telah membacanya. Stay healthy and fun, Ciao...!

ABOUT ME

^{We invite you to support @pennsif.witness for growth across the whole platform through robust communication at all levels and targeted high-yield developments with the resources available. Click Here}