The story of a woman seeking oysters who is willing to soak 7 hours in river water

In the low tide of the river in the afternoon, you can see a number of women sitting soaking in the river. Yes, these middle-aged women are working to find oysters and clams there. Their job is to help their husband meet the needs of his family, who also works as a fisherman. The women have to be willing to soak in the water for several hours just to get oysters and clams. And they always hope to get lots of clams and oysters to collect and sell to traditional markets.

These women come from fishing villages that live in coastal areas. Every afternoon when the river water comes. They go out using tools such as machetes, knives and baskets as they work to find oysters and clams. They have no choice and continue to work to find oysters there. Although they must be willing to soak a few hours in the water. The reason is to help her husband and meet the economic needs of his family.

Apart from that, women seeking oysters also bring their children with them when they work to find oysters. Yes, this state of affairs is familiar to them. They never complain about the situation. even though in the afternoon the hot sun burned the soft skin of the women as if it was something they were used to.

According to one of the oyster prospectors there that I met after taking some photos. They told me that it was not easy to get oysters and clams. Even though it looks very easy. His hands and feet are sometimes scratched and injured due to the famous oyster shells and clams that are not visible in the river water.

Well, on this occasion he also told me that the oysters and clams he searched for, they sell to traditional markets with an average price of around Rp. 20.000,-/pack. The money generated from the sale is used to buy other staples according to the daily needs of the family and is also set aside to pay for their children's educational needs.

That's the story of the women looking for oysters and clams in the river in the afternoon that I wrote and shared in my post this time. Hopefully this short story can be a motivation for us to continue working on whatever we are going to do. Never complain about circumstances. Enjoy reading this short story.

Di aliran sungai yang surut pada sore hari terlihat sejumlah wanita yang duduk berendam di aliran sungai. Ya, para wanita paruh baya tersebut sedang bekerja mencari tiram dan kerang di sana. Pekerjaan mereka untuk membantu suaminya mencukupi kebutuhan keluarganya yang juga perkerjaan suaminya merupakan seorang nelayan. Para perempuan tersebut harus rela berendam di dalam air selama beberapa jam hanya untuk mendapatkan tiram dan kerang. Dan mereka selalu berharap bisa mendapatkan banyak kerang dan tiram untuk di kumpulkan dan di jual ke pasar tradisional.

Wanita-wanita ini berasal dari kampung nelayan yang memang tinggal di daerah pesisir. Setiap sore hari ketika air sungai turut. Mereka pergi dengan menggunakan alat seperti parang, pisau dan keranjang untuk mereka bekerja mencari tiram dan kerang. Mereka tidak punya pilihan dan terus bekerja mencari tiram di sana. Meskipun mereka harus rela berendam beberapa jam di dalam air. Alasannya adalah untuk membantu suaminya dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Selain itu, para wanita pencari tiram juga turut membawa anak-anak mereka pada saat bekerja mencari tiram. Ya, keadaan seperti ini sudah terbiasa bagi mereka. Mereka tak pernah mengeluh dengan keadaan. meskipun pada sore hari matahari yang panas membakar kulit lembut para wanita tersebut seakan hal itu sudah biasa mereka hadapi.

Menurut salah satu pencari tiram di sana yang saya temui setelah mengambil beberapa foto. Mereka bercerita bahwa tidak mudah untuk mendapatkan tiram dan kerang. Meskipun terlihat sangatlah mudah. Tangan dan kakinya terkadang tergores dan luka akibat terkenal cangkang tiram dan kerang yang tidak terlihat di dalam air sungai tersebut.

Nah, pada kesempatan ini dia juga mengatakan pada saya bahwa tiram dan kerang hasil pencariannya, mereka jual ke pasar tradisional dengan harga rata-rata sekitar Rp. 20.000,-/bungkus. Uang yang di hasilkan dari penjualannya itu digunakan untuk membeli bahan pokok lainnya sesuai kebutuhan keluarga sehari-hari dan juga di sisihkan untuk membayar kebutuhan pendidikan anak-anak mereka.

Demikian cerita para wanita pencari tiram dan kerang di aliran sungai pada sore hari yang saya tuliskan dan saya bagikan pada postingan saya kali ini. Semoga cerita singkat ini bisa menjadi motivasi bagi kita untuk terus bekerja apapun yang akan kita kerjakan. Jangan pernah mengeluh dengan keadaan. Selamat membaca cerita singkat ini.