[Imajiner #4]: Pemuja Bunga
Source: Renatures
Tuan dan Puan Steemians...
Dia tampak berdiri menghadap taman. Beragam bunga berbaris rapi dilambai angin. Mata si Pemuda pun melirik hamparan sejuta warna.
Di tangannya setangkai bunga masih berseri. Harumnya semerbak wangi. Bunga itu digenggam erat, dipeluk cium. Ia mencoba meredam luka.
"Sebentar lagi bungaku menjemput layu," ketusnya dalam hati dengan suara dipuput bayu.
Desah hati itu pun terbang menembus taman. Tersentaklah bunga-bunga. Yang tadinya menguncup mulai mekar menebar harum.
Source: Xinature
Sekuntum bunga dari taman terbang melayang, menjemput desah gelisah si pemuja bunga.
"Petiklah diriku wahai Pemuda, sebab wangiku tiada tara." Si Bunga pun mula merayu.
Tiupan rayu terus membujuk menembus ufuk. Si pemuda pun tertunduk sayu. Setangkai bunga di tangan jatuh melayu.
"Hai Bunga taman! Aku pemilik bunga setangkai. Janganlah Engkau merayu." Si pemuda menolak sambut.
"Hai pemuja bunga! Kumbang boleh seekor, tapi bunga tak mungkin sekuntum. Pungutlah bunga setangkai dan sambutlah harum wangiku." Si bunga taman mendesak rayu.
Si Pemuda pun bangkit memeluk bunga.
Demikian dulu Tuan dan Puan Steemians, lain waktu disambung kembali...
Aku ingin memetik beberapa kuntum bunga itu dan kuberikan pada seorang wanita yang istimewa.
#pupchoek..bereh tat agoe hahaa
Gese gese, hahaha
Please upvote: https://steemit.com/free/@bible.com/4qcr2i
Waduh, cara menggantung ending yang tak santun. Belum sehela nafas sudah diputus. Bang @tinmiswary ini tak bisa jadi storyteller. Ayo, dilanjutkan yang bener. Ini pembacanya protes. Hahaha
Kalau disambung justru merusak bunga, haha.
Puber kedua sang
Bak hi ke tujoeh😂