Riani & Ragil: Kado Ulang Tahun Yang Terbuang

in #fiction6 years ago

Riani menekuk wajahnya sambil bergumam-gumam tidak jelas, ia melemparkan kotak berukuran kecil berwarna hitam dengan pita terikat berwarna merah muda ke tong sampah. Ibu yang melihat Riani cemberut mendatanginya.

"Kamu kenapa sih Rian, pagi-pagi kok udah cemberut kayak gitu, nanti keriput lho..", Ibu mencolek pipi Riani.

"Enggak ada bu, Rian lagi puasa senyum aja.."


Image Pixabay - CCO

Riani berlalu meninggalkan Ibu yang sudah tidak heran dengan sikap anaknya yang satu itu. Sementara itu, Ragil kakaknya Riani sibuk mencari-cari sesuatu dikamarnya, ia sampai mencari ke bawah tempat tidur dan ke atas lemari pakaian. Riani melewati kamar kakaknya sambil mendengus kesal, ia tahu kakaknya sedang sibuk mencari kotak yang dibuangnya tadi.

Di dalam mobil menuju sekolah, seperti biasa mereka tidak pernah bicara sama sekali, keduanya sibuk masing-masing dengan handphone atau hal lain. Riani melirik sekilas kakaknya dengan kesal, berharap kakaknya menanyakan perihal kotak yang ia buang itu. Tapi ternyata sampai di sekolah, kakaknya tidak bicara apapun padanya. Ragil langsung berlari menaiki tangga menuju kelasnya di lantai 3, membuat Riani menghentakkan kakinya dengan kesal.

Di dalam kelas Riani tidak bisa konsentrasi pada pelajaran, ia terus memikirkan kotak yang sudah ia buang.

"Kakak luar biasa deh, sejak pacaran sama si Surti anak kampung itu, kelakuannya sok baik, ada aja yang di kasih buat dia, aku yang adik kandungnya boro-boro sering, jarang juga enggak. Cuma setahun sekali!"

Riani berteriak-teriak dalam hati sambil mencoret-coret dengan geram buku tulisnya. Jam 13.55 WIB, bel pulang berbunyi, lalu dengan cepat Riani berlari keluar kelas sambil melirik ke tangga lantai 3, kakaknya masih tidak terlihat diantara kerumunan siswa kelas 3 yang lain.

Dengan puas Riani langsung berlari keluar pagar dan mendapati mobil keluarganya terparkir di sana. Dia langsung masuk dan melihat dengan seksama ke arah gerbang sekolah, Ragil masih tidak terlihat.

"Pak Yus, kita pulang aja, perutku sakit nih, kakak pulang sama pacarnya naik bus, enggak usah ditunggu."

Riani berbohong sambil pura-pura memegang perutnya. Sesuai perintah, Pak Yus yang tidak tahu apa-apa mengangguk dan langsung melaju dengan diiringi senyum puas Riani.

"Lho.. kakakmu mana Rin?" ibu celingukan mencari sosok anak laki-lakinya.

"Rian sakit perut bu, jadi Rian nyuruh Pak Yus buat langsung pulang, kakak aman kok bu, dia kan bisa pulang naik bus, daah ibuuu."

Riani segera berlari menuju kamar sebelum Ibu bertanya lebih banyak lagi dan tahu kalau dia pura-pura sakit perut. Di sekolah, Ragil masih menunggu dan urung menelpon ke rumah atau ke handphone Pak Yus karena merasa hanya akan membuat Ibu atau Pak Yus repot. Jadi ia memilih menunggu beberapa menit lagi baru memutuskan untuk pulang naik bus.

"Kamu enggak apa naik Bus, Gil?"

Alinda atau yang biasa dipanggil Surti oleh Riani itu merasa tidak enak.

Ragil menggeleng dan tersenyum sekilas.

"Kamu lagi ada masalah ya, enggak mau bagi ke aku?" Alinda bertanya hati-hati.

Ragil melirik Alinda sekilas, akhirnya memutuskan untuk bicara.

"Kado yang mau aku kasih ke Rian ilang nda, ulang tahunnya kan semingguan lagi, aku takut enggak bisa nyiapin hadiah yang lain karena sibuk ngurus buat tanding Basket antar Provinsi, aku juga berangkatnya 3 hari sebelum dia ulang tahun, lagian kado itu udah lama aku siapin dan baru aku masukin kotak semalam, eh paginya ilang."

Ragil bercerita panjang lebar, sementara di rumah Riani sedang menikmati kemenangannya karena berhasil membuat kakaknya ditinggal Pak Yus dan harus pulang berhimpitan di dalam Bus.

"Paling juga dia senang karena bisa bareng Surti terus, aku tidur aja ah malas mikirin kakak, apalagi si Surti."

Riani menarik guling dan memejamkan matanya. Tiga hari sebelum Riani berulang tahun, Ragil sudah harus berangkat keluar daerah mewakili sekolah untuk pertandingan Basket. Riani bahkan tidak melihat kakaknya itu sama sekali selama hampir seminggu terakhir karena karantina. Riani bahkan tidak peduli lagi kakaknya itu ingat atau tidak akan hari ulang tahunnya. Semenjak menemukan kotak kecil itu, yang Riani yakini akan diberikan kakak untuk Alinda membuatnya semakin membenci kakaknya. Riani bahkan membuang muka jika bertemu Alinda di sekolah, ia membenci keduanya.

Dua hari setelah ulang tahun Riani yang tidak ingin dirayakan karena dia sudah minta hal lain pada Ayah dan Ibu sebagai gantinya, sesuatu yang menarik terjadi.

"Bu, ini pekerja di mobil angkut sampah yang ngasih ke saya, katanya waktu dia ngambil sampah di gerbang, dia nemu ini tapi lupa mau ngembaliinnya."

Bi Una menyodorkan kotak berukuran kecil bewarna hitam dengan pita merah muda yang sudah tidak berbentuk lagi dan sedikit kotor kehadapan Ibu. Malamnya, Ibu masuk ke kamar Riani sambil membawa kotak itu, Riani yang sedang asik membaca mendongak dan terkejut bukan main melihat kotak itu di tangan Ibu.

"Ini punya kamu nak atau punya kakakmu?, belum Ibu buka, itu pekerja di mobil sampah yang nemu."


Image Pixabay - CCO

Ibu menyodorkan kotak itu dihadapan Riani yang dengan ragu diambil olehnya.

"Jangan kelamaan bacanya ya? cepat tidur!"

Ibu berlalu sambil menutup pintu, Riani masih memegangi kotak kecil itu, antara rasa penasaran dan acuh yang menyelimuti dirinya ia letakkan kotak itu diatas meja.

"Aku buka enggak ya? tapi nanti aku pasti bakal sakit hati kalau liat isinya." Riani masih saja kesal.

"Tapi kan udah enggak jadi dikasih dong, kan udah aku buang! aaah buka aja deh!"

Riani meraih kotak kecil itu, membuka pitanya yang sudah usang dan sedikit kotor lalu melihat isinya dengan sangat terkejut. Sebuah kalung berwarna putih, ia meraihnya dan melihat inisial R di sana, Riani bergetar kemudian mengambil kertas kecil yang dilipat rapi dibawahnya, bertuliskan:

"Selamat bertambah umur sicengeng Riani, kadomu terlalu cepat karena kakakmu ini bakal sibuk nanti, jadi awas kalau enggak kamu pakai!"

Setelah selesai membaca surat pendek Ragil, seketika air mata tumpah dan Riani menangis sejadi-jadinya. Semua perasaan bercampur aduk hingga membuatnya tidak sanggup berhenti menangis, semua seakan berputar lagi dikepalanya dari awal kotak itu ia temukan, ia buang dan berakhir kembali ditangannya. Di dalam hati ia hanya mampu memanggil-manggil nama kakaknya dan meminta maaf.


Image Pixabay - CCO

"Maafin aku kak Ragil..!"

steempress witness2.gif
vote steempress witnesses here : https://steemit.com/~witnesses


Posted from my blog with SteemPress : http://ayuramona.epizy.com/2018/11/15/riani-ragil-kado-ulang-tahun-yang-terbuang/

Sort:  

Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.
@c-squared runs a community witness. Please consider using one of your witness votes on us here

Hello c-squared!

Congratulations! This post has been randomly Resteemed! For a chance to get more of your content resteemed join the Steem Engine Team

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63549.46
ETH 2562.53
USDT 1.00
SBD 2.66