CerBung: Terbangun Dalam Mimpi (Part 02)

in #fiction6 years ago


Image Pixabay - CCO

Jelas sekali di mimpiku itu warna rambutku hitam pekat, justru sangat jauh berbeda dengan kenyataannya bahwa rambutku sudah kuwarnai coklat gelap dari tahun lalu. Aku menghelang nafas lega, ini memang hanya mimpi yang secara kebetulan terasa sangat nyata dan berbekas sampai kembali terbangun dengan fisik yang ikut lelah seperti dalam mimpi. Aku tersenyum kecil dan serasa sedikit lebih baik dengan satu poin penting yang kusadari tadi, dengan langkah ringan aku menuju kamar mandi.

Ketika aku turun kebawah, hanya ada kakak ku yang masih setia menunggu sambil membaca buku. Aku menarik kursi dan duduk sambil mengetuk meja dua kali, kakak mendongak dan tersenyum saat baru sadar aku sudah duduk dihadapannya. "Ayah dan ibu sudah terlambat jadi mereka sarapan duluan dan sudah berangkat, kau sudah lebih baik?", kakak menurunkan buku dan menutupnya, lalu meraih gelas susu coklatnya.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk, sejak kapan ayah dan ibu peduli soal sarapan bersama, apalagi hanya menungguku untuk bisa sarapan bersama, itu mustahil. Momen seperti ini hanya terjadi disaat kakak pulang dan kepura-puraan ini hanya terjadi di depan kakak. Ketika dia kembali keluar negeri, kenormalan dirumah ini pun kembali lagi seperti saat ia tidak ada. Orang tuaku benar-benar melindungi perasaan kakak dan mengabaikan aku seolah aku tidak hidup bersama mereka, inilah yang disebut keluarga, unik sekali bukan?malah terasa aneh bagiku jika ayah dan ibu juga aku sarapan bersama disatu meja.

Kakak meletakkan sepotong roti yang sudah di olesi selai apel dipiringku, ia juga kemudian menuangkan susu coklat untuk ku. Waah dia memang kakak yang luar biasa tidak hanya dimataku tapi juga dimata semua orang, semua cinta dan kasih sayang selalu ada untuknya, bahkan berlimpah. Semua itu bukan tanpa alasan, dia memang pantas mendapatkan semua itu karena dia mempunyai banyak keunggulan dalam berbagai hal, dia seorang anak yang cerdas dan berguna untuk kedua orang tuaku. Kakak menguntungkan untuk ayah dan ibu, aku menyebutnya begitu karena memang ayah dan ibu menunjukkan sikap seolah hanya anak yang menguntungkan untuk mereka yang hanya akan mendapatkan cinta dan kasih sayang berlimpah ruah, itu terlihat jelas sejak kami kecil dan hal itu ikut tumbuh perlahan bersama kami hingga aku tidak sulit mengenali kasih sayang yang pelit diberikan untukku.


Image Pixabay - CCO

"Bisakah kau bolos kerja hari ini?" Kakak mendadak serius menatapku sambil tersenyum. Aku membalas senyumnya dan berkata "tentu saja, tapi harus ada tempat tujuan yang bisa membuatku tidak menyesal sudah bolos kerja hari ini", tidak kuduga kalau kakak memilih salon sebagai tempat tujuan kami. Aku hanya mengernyit memandang kakak, meminta penjelasan melalui kernyitanku. Dia hanya tersenyum dan malah menggandengku masuk kesalon, tentu saja tidak pernah ada hal yang bisa kutolak jika kakak berkehendak ini dan itu. Aku selalu mengangguk dengan cepat tanpa isyarat. Seperti sekarang, walaupun aku tadi berkata asal tidak membuatku menyesal telah bolos kerja untuk sebuah tempat tujuan yang menyenangkan tapi rasanya aku menyesal sekarang tanpa bisa berkata sepatah kata pun.

Tanpa kusadari, aku sudah duduk manis dikursi salon yang dihadapanku terpampang cermin yang khas milik salon pada umumnya. Kakak duduk disebelahku sambil terus bicara seru dengan temannya yang ternyata si pemilik salon, aku meraih sebuah majalah yang tergeletak di atas meja dan mulai membolak-balik halamannya dengan perasaan bosan. Mataku yang terus memandangi majalah halaman demi halaman tanpa membacanya mulai terasa berat, aah kenapa aku mengantuk sepagi ini, bahkan aku sudah menguap dua kali. Kakak menggeser kursinya mendekatiku sambil berkata akan memotong rambutnya dengan model agak pendek berbentuk oval, aku mengangguk saja mengiyakan, toh kakak selalu cantik dengan semua potongan rambut yang ia pilih.

"Warna rambutmu sudah terlihat tidak begitu berkilau lagi, ganti saja warna lain, bagaimana?" Kakak membuatku terkejut dengan ucapannya, ganti warna rambut? ah tidak, aku suka warna ini, tapi aku urung berkata begitu karena kakak lah alasannya. Jadi aku hanya tersenyum, "dirapikan saja kak, aku kira biar saja warnanya begini, bukannya bagus?" Aku berusaha bicara hati-hati, agar tidak menyinggung pendapatnya.

Dari dulu aku tidak pernah berusaha membantah apapun yang kakak katakan karena aku menyukai kakak ketimbang kedua orang tuaku, jadi aku berusaha juga untuk tidak melukai perasaannya. Lagipula dia jarang ada disini, dia hanya pulang satu atau dua kali dalam setahun dan hanya sepekan lamanya. Kulihat kakak tersenyum, "ya sudahlah aku tidak akan memaksamu tapi aku ingin sekali melihat warna rambutmu seperti dulu, persis saat aku sering mengelusnya dan mengepangnya, kau ingat kan? rambut hitam pekat, lurus dan panjang. Tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakan kata-kata kakak dan menyuruh pelayan salon melakukan apapun itu persis seperti maunya kakak ku.


Image Pixabay - CCO

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur selagi rambutku diwarnai. Ketika aku membuka mata hanya gelap gulita disekelilingku, aku menoleh kesana kemari karena rasa takut seketika menghantuiku, bahkan aku tidak sanggup menggerakkan kakiku karena rasa takut yang semakin memuncak. Aku mendekap erat tubuh ku sendiri seakan dingin menusuk hingga ketulang dan sangat menggigit, sayup kudengar suara langkah kaki mendekat, aku memicingkan mata berharap seseorang dengan sebuah pertolongan setidaknya cahaya muncul dari arah datangnya suara.

Aku menunggu sambil mendengarkan baik-baik bahwa langkah kaki itu semakin mendekat dan sangat dekat tapi wujudnya tidak juga kunjung terlihat. Langkah kakinya mulai terasa tergesa-gesa dan semakin mendekat tapi tetap sama saja, tanpa wujud atau sesosok pun yang muncul. Aku mulai ketakutan, gemetaran hebat kembali lagi dan aku menutup kedua telingaku sambil berjongkok ketakutan. Siapa pun itu tolong aku, bahkan untuk mengeluarkan suara saja aku tidak mampu, apalagi berteriak kencang seperti pada umumnya jika sedang menghadapi situasi seperti ini. Aku menutup rapat kedua mata dan telingaku hingga sesuatu mengagetkanku.

Bersambung..

Baca juga:

Terbangun Dalam Mimpi (Part 01)

steempress witness2.gif

vote steempress witnesses here : https://steemit.com/~witnesses


Posted from my blog with SteemPress : http://ayuramona.epizy.com/2018/11/09/cerbung-terbangun-dalam-mimpi-part-02/

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 64170.07
ETH 3425.12
USDT 1.00
SBD 2.59