[PART 2] Teknik Menulis Opini di Media Massa: Perhatikan Standar-standar Penulisan!

in #writing6 years ago (edited)

Materi masih berlanjut. Kali ini diskusi lebih membahas ke permasalahan kontekstual dari materi. Setelah menyampaikan esensi dasar dari menulis opini (baca di sini: https://steemit.com/writing/@putrimaulina90/part-1-teknik-menulis-opini-di-media-massa-menulis-lah-pakai-hati),
Bu Sri Rahmi pun mengawalinya dengan memberikan gambaran awal tentang pemahaman dasar dari sebuah opini di media massa.

Menulis opini adalah salah satu bagian dari dunia penulisan di media massa seperti surat kabar ataupun majalah, selain sebuah berita, tajuk, cerpen, puisi, atau kisah-kisah inspirasi. Nah, sebenarnya apa itu opini atau artikel di media massa?

Opini adalah suatu ide, pendapat/pikiran seseorang yang berbentuk ideologi, tema, peristiwa ataupun gagasan lain yang sifatnya subjektif.


source

Opini itu adalah IDEA, hal utama yang dimiliki oleh setiap manusia. Oleh karena itu, jika ada seseorang yang mengatakan ah, susah bikin opini. Ga mampu!” itu sebenarnya konyol sekali. Karena pada dasarnya setiap orang punya opini di dalam kepalanya, sebagai bentuk pikirannya. Maka jika ada yang mengatakan tidak punya opini, itu sama saja dia mengakui bahwa dia tidak punya pikiran. Tidak mungkin bukan?

Opini sifatnya subjektif, maka tidak ada suatu kebenaran mutlak pada suatu opini. Kesubjektifansebuah opini membuat setiap orang punya kebenaran yang berbeda-beda di dalam kepalanya. Opini itu ide, maka penulis tidak boleh ngotot atau memaksa dalam menulisnya. Harus disajikan dengan bahasa yang elegan.

Opini itu adalah something IN HERE!, sesuatu yang ada “di dalam” pikiran penulis. Dikonstruksikan sedemikian rupa berdasarkan argumentasi-argumentasi dan analisa dari penulisnya. Oleh karena itu, alangkah tidak bijaknya jika dalam beropini di media massa khususnya, seseorang menyalahkan atau membantah opini yang lainnya dengan beralasan opininya lebih benar.

Kemudian, apakah lantas karena kesubjektifannya opini tidak bisa dikatakan sebagai fakta? Opini dapat menjadi fakta jika sudah terverifikasi. Ketika buah pikiran/ pendapat dari si penulis itu mampu diverifikasi benar-benar sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Jadi, ketika tulisan seorang telah terverifikasi maka semakin kuat lah nilai dari opini seseorang tersebut. Opini yang tidak terverifikasi tidak bisa dijadikan sebagai sandaran kebenaran, karena akan fatal dampaknya. Penting bagi seorang khalayak untuk paham bahwa, analisa yang dipaparkan dalam suatu opini tersebut sifatnya masih hasil telaah subjektif dari penulisnya.

Ciri-ciri Opini:

  1. Tidak atau belum dapat dibuktikan kebenarannya
  2. Mengandung pendapat pribadi
  3. Tidak ada justifikasi. Berupa usul, nasihat, atau saran.
  4. Sifatnya pengandaian, maka pakai lah bahasa seperti: menurut saya, mungkin, bisa jadi, barangkali, dll). Berbeda bahasa-bahasa yang dipakai dalam menulis karya ilmiah.

Langkah-langkah Penulisan


source

PERTAMA, menemukan ide. Ide itu tidak bisa datang begitu saja. Paling tidak ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk menemukan ide-ide, yaitu: membaca, melihat, mendengar, atau mengalami.

KEDUA, menentukan kerangka tulisan. Sebelum menulis, buat lah suatu kerangka ataupun pointer yang dapat menuntun arah tulisan kita. Sehingga opini yang ditulis alurnya tidak acak-acak adut. Enak dibaca dan runut.

KETIGA, sumber bacaan yang representatif. Tidak asing juga kita menemukan opini-opini yang memadupadankan dengan kutipan-kutipan dari tokoh, dan ini bisa didapatkan jika punya sumber bacaan yang relevan dengan opini yang kita tuliskan. Semakin banyak sumber bacaan, maka akan tajam lah analisis yang kita tuliskan.

KEEMPAT*, menuangkan pikiran secara bebas. Penulis opini harus mampu berpikir liar dan jangan merasa khawatir dengan apa yang hendak ditulis. Selama yang dituliskan itu memiliki nilai-nilai kemanusiaan (menulis dengan hati).

Menulis opini harus dapat menonjolkan karakter / gaya dari penulisnya. Sehingga dapat membekas dan memberikan kesan pada pembaca . Untuk itu, kenali lah diri sendiri!.

Beberapa Standarisasi yang harus dipatuhi dalam Menulis Opini

  1. Bersifat Aktual. Tidak hanya menulis peristiwa-peristiwa kontekstual yang sudah pasti sifatnya seperti yang terdata di kalender, tapi juga konteks yang bertahap-tahap atau sifatnya insidentil, seperti tentang bencana alam atau wabah penyakit.
  2. Pesan yang Predictable, yaitu isi/pesan yang disampaikan harus bisa ditebak arahnya.
  3. Menjaga Orisinalitas, penulis harus bisa menjaga orisinalitas tulisan agar tidak melakukan plagiasi. Cara? Harus banyak membaca agar tau tulisan-tulisan yang sudah pernah dituliskan oleh orang lain di media-media massa.
  4. Memaparkan idea innovatif (novelty), hal-hal yang digagas adalah sesuatu yang baru.

Ini salah satu contoh opini saya yang pernah terbit di Harian Serambi Indonesia edisi 15 Februari 2018, silahkan dibaca di link ini: http://aceh.tribunnews.com/2018/02/15/remaja-dan-muslihat-hari-valentine

IMG-20180215-WA0007.jpg

Untuk bisa menerbitkan opini tersebut, saya benar-benar menerapkan standarisasi sesuai yang dipaparkan di atas. Sehingga mungkin dianggap layak untuk diterbitkan oleh pihak Serambi Indonesia. Dan ini tentu saja bukan hal yang mudah jika kita tidak ingin membaca dan mencari tau.

Sepanjang saya membaca opini yang ada di Serambi Indonesia, beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan gaya penulisan adalah:

  1. Awali tulisan dengan penjabaran kasus, data, atau sandaran ayat Alquran atau hadis.
  2. Buat satu sampai dua sub judul yang menjabarkan pembahasan dan analisis dari penulis.
  3. Berikan warna tulisan dengan penonjolan karakter penulis. Misalnya, dengan menyertakan kutipan para pakar atau tokoh.
  4. Opini diakhiri dengan pengambilan simpulan, saran, dan problem solving.

Yang harus diperhatikan Seorang Penulis dalam Menulis

Maka, untuk mampu menjalani standarisasi penulisan opini tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan penulis ketika ia ingin menciptkan suatu opini yang baik dan layak dipublikasikan oleh media massa:


source

  1. Fokus, punya konsep masalah yang ditekankan.
  2. Mencermati realitas sosial
  3. Tentukan alternatif substansial, yang menjadi ide utama dalam tulisan.
  4. Membangun kritik sosial
  5. Memiliki gagasan transformatif
  6. Perhatikan gaya selingkung (format penulisan dari media yang dituju)
  7. Menggunakan hati

Lantas, setelah dipublikasikan, bagaimana kita menilai bahwa opini yang kita tulis benar-benar mampu membangun suatu Opini Publik?

Opini yang benar-benar mampu membangun suatu opini publik, adalah opini yang di dalamnya terdapat pesan moralitas bagi pembacanya, penyajian tulisan yang komunikatif sehingga ketika orang membaca akan merasa seperti seakan-akan sedang berkomunikasi dengan penulisnya, meskipun tidak saling bertemu. Dan opini tersebut mampu memberikan solusi yang bijak tulisan mengandung nilai problem solver terhadap apa yang dituliskannya, tidak hanya berisikan kritik-kritik sosial.

Sort:  

Jelas ini penulis opini. Sudah asa trik khususnya.

Hehe, kita semua penulis opini kan. Selama yg kita tulis bukan karya ilmiah.
Di steemit ini jg banyak sekali penulis opini.

Mntaplah

Singkat padat jelas mantap kak @putrimaulina90

Hehe, yang penting mudah dicerna. Semoga terbuka pikirannya yaa.

Ilmu semakin bertambah stelah membaca ini 👍

Terima kasih sudah berbagi kak @putimaulina90...

Ada cita-cita saya untuk bisa memuat tulisan di opini SI..Memang harus dicoba..:)

Coin Marketplace

STEEM 0.22
TRX 0.12
JST 0.029
BTC 65476.67
ETH 3385.24
USDT 1.00
SBD 3.18