The Secret Life of Mara # 4

in #writing6 years ago

Laki-laki kurus setinggi 170 cm menjabat tangan Nendo. Kepala Pak Parman yang mulai botak di beberapa tempat, harus mendongak agar bisa melihat wajahnya.

“Siang, Pak Tama,” ujar Pak Parman.

“Siang, Pak Parman.”

Nendo menatap pintu yang sudah tertutup kembali. Matanya terpejam sesaat, sebelum meraih telpon di meja, “Jamie, ada rapat lagi hari ini?”

“Tidak, Pak,” sahut suara di seberang, menghadirkan senyum di wajah Nendo.

“Tahan semua telpon,” Nendo menaruh gagang telpon.
Bangkit dari kursi, tangannya memencet tombol remote. Tanpa suara kerai jendela terbuka. Lampu ruangan otomatis mati. Sinar matahari ganti menerangi ruangan kantornya yang luas dan mewah.

Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Aku ingin gembira sekarang. Nendo menarik nafas dalam.
Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam... Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam...

Nendo memusatkan perhatian pada kalimat yang terus dilafalkan dalam hati . Tangannya disilangkan di dada. Berdiri beberapa saat, pandangannya menikmati lautan di kejauhan yang terlihat dari tempat dia berdiri. Setelah mengambil nafas panjang, langkah kaki membawanya menuju meja kerja.

“Halo, Pak Deni, dengan Nendo ... saya akan memberikan pelatihan tentang kewirausahaan, seperti yang sudah Bapak minta tahun lalu.”

Setelah menutup telpon, ribuan simpang siur pikiran kecil Nendo mereda. Sebuah lilitan tambang seperti terlepas dari hatinya. Alhamdulillah ... terima kasih, ya Allah ... Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam ... Ya dzal Jalaali wal ikraam ....

Mara Hartini terus melihat wajah kuyu yang menatapnya di cermin. Wajah berbeda dengan yang dilihatnya dua bulan lalu. Saat sedang menyiapkan pidato perpisahan, pada upacara kelulusan SMA.

Dia tidak cantik seperti Nida. Nida gadis paling popular di sekolah mereka. Gadis paling cantik di sekolah. Tapi Mara sangat suka, saat sesekali berkaca dan melihat matanya terlihat bersinar. Ketika dia merasa sangat gembira.

Dia sangat senang. Dipilih sebagai pengantin saat upacara kelulusan.Mendampingi Firman, wakil siswa terbaik di sekolah. Diam-diam Firman menjadi idolanya sejak kelas 7. Ketua OSIS yang jago segala macam olah raga. Otak Firman juga tidak kalah keren dengan prestasi olah raganya.

Dia, Nida, dan Firman. Mereka bertiga berasal dari kampung yang sama. Sejak SMP mereka sekolah di tempat yang sama. Keadaan ekonomi yang membedakan mereka bertiga. Nida dan Firman, anak-anak orang kaya.

Biasanya Nida yang selalu di samping Firman. Kali ini dia yang akan ada di samping Firman. Beberapa kali tangan mereka bersentuhan. Firman tidak segera menjauhkan tangannya, malah tersenyum manis ke arahnya. Wajahnya pasti memerah saat itu. Jantungnya seperti melompat-lompat kegirangan.

Mara menarik nafas dalam. Hari paling bahagia dalam hidupnya, berubah jadi hari paling menakutkan.

Saat itu dia dipanggil ke ruang kepala sekolah. Dengan senyum lebar yang biasanya tidak pernah terlihat, kepala sekolah memberitahu dia di terima di fakultas kedokteran.

Dia tidak mampu mengucap sepatah kata pun. Wajah Bapak Kepala Sekolah tiba-tiba lenyap dari penglihatan. Dinding warna putih memenuhi pandangannya. Roman muka Bapak Kepala Sekolah kembali muncul dihadapannya, ketika bahunya diguncang keras. Ada yang memanggil namanya dari tempat yang jauh.

Ibu Supinah, wali kelas sekaligus pembimbing lomba speech bahasa Inggris, menepuk-nepuk pipinya, dengan air mata berlinang.

“Mara! Mara! Sadar, Nak! Ini Bu Supinah.”

Sesuatu yang menyengat tercium hidungnya. Mara membuka mata lebar-lebar. Mata khawatir Bu Supinah bersimbah air mata. “Kamu diterima di fakultas kedokteran, Mara … kamu bisa jadi dokter, Mara,” ujar Bu Supinah lembut.

Tanpa sadar air mata Mara keluar. Jadi bukan mimpi. Bertahun-tahun dia belajar seperti kesetanan, membuahkan hasil.

Jangan lupa bahagia
Bandung barat, Jumat 22 Juni 2018
Salam

Cici SW

Source:1, 2

Sort:  

Kok ada nama saya pak Deni 😂😂😂
Senang nya saya 👏👏

Sama ya namanya Pak @denysatika :)

Udah ketinggalan nih
Tp gpp ikuti dari sekarang
Hehe

Terima kasih Bang @tusroni

Ditunggu kelanjutannya 😊😊

Siap Pak @imammugi. In syaa Allah

Cerita yang menarik dan mengalir seperti laporan kisah nyata. Selamat Idul fitri @cicisw

Terima kasih Bang @jkfarza.
Masih harus terus belajar Bang.
Selamat idul fitri juga :)

Untung ada Bu Supinah yang menepuk² pipi Mara.
Kalau gak ada bakal diapain ya sama pak Kepala Sekolah 😅

Hehehehehe
Halo Bang @alixwijaya
Salam kenal :)
Terima kasih sudah berkunjung

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63039.96
ETH 2549.01
USDT 1.00
SBD 2.78