Malam Pertama Trip, Nginap di Hutan: Trip Keliling Aceh #7

in #travel6 years ago

image

Hari pertama Trip Keliling Aceh, Selasa 26 Juni 2018, kami tiba di Krueng Tinggai, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, sekira pukul 17:00 WIB. Kami menggunakan penunjuk arah di handphone untuk mencapai desa di pedalaman Aceh Barat itu.

Di sana, kami telah menghubungi Tomy warga setempat. Dia menjemput kami persis di depan sebuah ruko di jalan menuju masjid. Di Aceh Barat, dalam sebuah desa terdapat sebuah masjid. Berbeda dengan kabupaten di pesisir pantai timur Aceh lainnya, satu kemukiman sebuah masjid. Sedangkan di desa terdapat menasah.

Langit mendung saat Tomy menyalami kami satu persatu. Raut wajahnya senyum lepas. Setelah basa-basi sekejap, kami dituntun menuju ke rumahnya. Dari tempat semula, kami hanya mengendarai motor kurang lebih lima menit.

Rumahnya berada persis di belakang ruko tempat kami pertama bertemu. Di belakang ruko terdapat beberapa petak sawah, tidak terlalu luas. Lorong menuju rumah Tomy melintasi persawahan, rumahnya berada di seberang sana.

Sore itu, kami disambut oleh ibu dan bapak Tomy di rumah. Kami disuguhi minuman sirup merah dan kue lebaran. Rasanya lelah sekali. Kami mengecas kamera, hp, dan diri sendiri. Meski mendung, hujan tak kunjung turun.

image

Sekira pukul 18:00 WIB, Tomy mengajak kami jalan-jalan di pinggir Kota Meulaboh. Karena nyaris malam, kami hanya sempat berkunjung ke pelabuhan baru Kota Meulaboh. Pelabuhan nampak sepi dan tidak ada akitivitas.

Namun menurut Tomy, pelabuhannya sudah aktif. "Kapal hanya dua kali dalam sepekan bersandar ke sini," kata dia. Selain dua hari jadwal berlabuhnya kapal, pelabuhan terlihat mati. Sore itu, kami bertahan pelabuhan hingga matahari terbenam. Sayangnya enggak ada senja, karena langit masih mendung.

Dalam perjalanan pulang, rintik hujan gerimis mulai turun. Meski telah dibaluti jaket, rasanya dingin sekali. Jarak dari pelabuhan ke rumah Tomy sekitar 10 menitan. Sepanjang jalan, saya terus menggigil karena gerimis.

Di rumah, kami dihidangkan makan malam. Kemudian istirahat sejenak di sofa ruang tamu sambil mengecas hp. Melalui pesan daring, Rahmat Khijar menyapa saya. Dia teman Tomy, juga tinggal di Krueng Tinggai. Dia dalam perjalanan menuju rumah Tomy.

Rahmat tiba di rumah. Di tangannya, sebatang rokok dan sebuah hp. Dia menyalami kami satu per satu. Tomy turut menghidangkan segelas kopi untuk Rahmat. Malam itu, Rahmat mengajak kami ke kebun duriannya. Kata dia, durian di kebunnya mulai runtuh dalam sepekan terakhir.

image

Oleh karena enggak enak menolak, kami menerima tawaran Rahmat. Kami juga ingin menikmati durian di luar musimnya. Durian di kebun Rahmat, kata dia, durian salah musim. Uniknya, pohon durian yang berbuah hanya di kebunnya saja, karena memang belum musim durian.

Sekira pukul 22.00 WIB, kami berangkat ke kebun durian berjarak sekitar 3 kilometer dari rumah Tomy. Jalanan menuju kebun tanah kering berbatuan tanpa harus mendaki. Kami memilih membawa kendaraan karena jalanan mudah dilalui.

Rahmat membawa kami ke kebun durian pertama milik pamannya. Di sana terdapat dua pohon durian. Setelah mengecek di sekitar pohon, kami enggak menemukan buah durian yang runtuh. Dari kebun pertama, kami pergi ke kebun kedua milik Rahmat. Jaraknya sekitar 3 menit dari kebun pertama milik pamannya.

Di kebun Rahmat terdapat empat pohon durian. Buah durian yang masih menggantung lumayan banyak. Saat pertama masuk dalam kebun, kami mengecek sekitar pohon durian. Kami tidak menemukan durian yang runtuh. Saya melihat durian yang masih di pohonnya berukuran kecil dibandingkan durian biasanya.

Kami menunggu sejenak di bawah pohon. Rahmat menyalakan api unggun. Saya asik menulis catatan perjalanan di catatan hp. Tomy dan lainnya asik dengan hpnya masing-masing. Tiba-tiba, Rahmat membawa sebuah durian. Di kulit luarnya banyak dedaunan kering yang tertusuk.

image

"Ini coba rasa dulu," kata Rahmat sambil meletakkannya di depan kami. Durian itu ternyata baru saja runtuh. Saya enggak mendengar suara durian saat menyentuh tanah. Baunya menyengat. Tomy kemudian segera membelahnya.

Saya bergegas mengambil dan merasakan durian salah musim ini. Meski ukuran kecil, rasa durian itu sangat manis dan memang rasa durian tanpa fermentasi.

Malam itu, hingga tengah malam kami masih di kebun durian. Saya dan Tomy kemudian pulang sekejap ke rumah untuk mengambil tikar dan membeli kopi. Kami sepakat untuk tidur di kebun durian di tengah hutan Samatiga.

Saat kami menggelar tikar di tanah kebun, gerimis turun. Kami berpindah tempat ke bak belakang mobil pick up yang dibawa oleh ayah Rahmat. Di bagian atas, kami bentangkan layar sebagai atap. Gerimis terus turun, hawa dingin menusuk kulit.

Malam itu, kami menginap di hutan. Hingga pagi, hanya delapan durian runtuh yang kami temukan. Meski tidak banyak, namun rasanya sangat manis dibanding buah pada musim durian. []

Bersambung

Sort:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in: @game.series

Congratulations, your post had been chosen by curators of eSteem Encouragement program. Feel free to join and reach us via Discord channel if you have any questions or would like to contribute.


eSteem Line
Thank you for using eSteem

Rupanya steemit juga ya, salam kenal Bro . . .
Hehehe

Hehehe, lagei haba nyan bang.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 59488.68
ETH 2538.17
USDT 1.00
SBD 2.52