After Meet Din Minimi Armed Fire Group, Here's the Story (Experience Covering Armed Group Part Two) | Setelah Bertemu Kelompok Bersenjata Api Din Minimi, Begini Ceritanya (Pengalaman Meliput Kelompok Bersenjata Bagian Dua) |

in #story6 years ago (edited)

After Meet Din Minimi Armed Fire Group, Here's the Story (Experience Covering Armed Group Part Two)

imagesource image


Continued from the previous story I wrote, entitled "Experience Covering News of Minimized Army of Din Minimi in Aceh"read here

When Din Minimi appeared behind us. He came out of the bushes, Din Minimi wearing a t-shirt bearing a buraq, wearing a hat, and holding AK weapon fire, accompanied by his two friends Lem Pup, and Rambo. Puppets also wear hats, and jacketed. While the Rambo also wear black T-shirts and wearing a hat.
After meeting them Safaruddin, immediately said that according to their request to meet with journalists have been met. Then we, shaking hands.
Then Din Minimi invited us to chat in a hut on the hill.
"Do not be frightened around this mountain has been secured by my members," said Din Minimi.
Smiling, we responded to Din Minimi's statement calmly.
"In my heart who is not afraid, because Din Minimi was the most feared and most sought-after person of the Police of the day, a series of events with his shooting incident attributed to Din Minimi, so Din Minimi's name was, like a horrible and frightening lightning"
Nevertheless, I must appear calm, and refrain from commenting much. I'm afraid, if at that time my words offended Din Minimi we might not come home.
Then, Safaruddin asked Din Minimi to convey his aspirations in front of journalists to be recorded. Then, my friend Ismail Abda invited Din Minimi, delivered his aspirations, while turning on the videotape.
"Please convey the aspiration bang, but if weapon can not be seen," ask Ismail Abda.
"Oh can not, it is this weapon that needs to be demonstrated that we are absolutely opposed to the government policy of Aceh that is not pro people," said Din Minimi.
While I was just turning on the sound recording from blackberry mobile phone.
Then Din Minimi conveyed his aspirations. He asked the government of Aceh to the point that the Helsinki MoU, which is stated in the LoGA soon be realized. Because, many orphans of conflict victims are not in school, widows of conflict victims live below the poverty line, and the rights of former GAM combatants that have not been realized.
ke Indonesia"Even today I am a child of former GAM combatants not knowing where my father's grave is, while the rich are getting richer, and the poor are getting poorer," said Din Minimi.
After delivering his aspiration about 5 minutes, the special interview is over. Then we dissolved in the atmosphere of mutual conversation. Din Minimi, hoping that their aspirations can be reported, to be known to the Acehnese leaders. That they really demand that the Helsinki MoU points be realized for the welfare of the Acehnese people.
We also promise, will seek aspirations that can be preached.
Around 4 pm that time, before we left the pictures together. At the bottom of the hill, there was a path that was passed by the farmers into the garden. When we get home we are no longer from the original road, but from the community plantation road.

image
source image

When we returned home we escorted Din Minimi to the car, Din Minimi remained opposed to the AK 47 type firearms, which made it amazing that the people around looked mediocre when they saw Din Minimi fighting firearms. Residents do not feel scared at all.
Upon arriving at the car we asked for permission to go home so that horrible encounter ended with a promise we would publish it in the Saturday edition.
On my way home, I reported my meeting with the gunmen to the head of the East Aceh Serambi bureau. He asked me to report it to the editor in Banda Aceh.
Apparently the editors welcomed this news and is scheduled to issue on Saturday edition. Therefore I was asked to immediately make the news. In a hesitant mood, and to my dismay, I focused my mind assembling word after word of our meeting with Din Minimi, and wrote down all his aspirations and demands.
Understanding that this news is at risk, and affecting the social and security conditions of Aceh, I still have to complete the editorial task, and the mandate of the armed group.
Then how the next story, how the news headlines, and how the news impact on social life, and what happened to me after the news was published in the next story. Thank you

Setelah Bertemu Kelompok Bersenjata Api Din Minimi, Begini Ceritanya (Pengalaman Meliput Kelompok Bersenjata Bagian Dua)

Lanjutan dari cerita sebelumnya yang saya tulis yaitu berjudul "Pengalaman Meliput Berita Kelompok Bersenjata Din Minimi di Aceh"baca di sini

Saat Din Minimi muncul di belakang kami. Dia keluar dari semak-semak, Din Minimi memakai baju kaos berlambang buraq, memakai topi, dan memegang senjata api AK 47, didampingi dua temannya Lem Pup, dan Rambo. Lem Pup juga memakai topi, dan berjaket. Sementara si Rambo juga memakai kaos warna hitam dan memakai topi.

Setelah bertemu mereka Safaruddin, langsung mengatakan bahwa sesuai permintaan mereka untuk bertemu dengan wartawan telah dipenuhi. Lalu kami, saling bersalaman.

Lalu Din Minimi mengajak kami mengobrol di sebuah gubuk di atas bukit tersebut.

"Jangan takut di sekeliling gunung ini sudah diamankan oleh anggota saya," ungkap Din Minimi.

Sambil tersenyum, kami menanggapi pernyataan Din Minimi tersebut dengan tenang.

"Dalam hati saya siapa yang tak takut, karena Din Minimi orang yang paling ditakuti dan paling dicari Polisi masa itu, serangkaian peristiwa yang ada insiden penembakannya dikaitkan dengan Din Minimi. Sehingga nama Din Minimi waktu itu, ibarat petir yang seram dan menakutkan"

Namun demikian saya harus tampak tenang, dan menahan diri agar tak banyak berkomentar. Saya khawatirkan, jika waktu itu perkataan saya menyinggung perasaan Din Minimi bisa saja kami tak pulang-pulang.

Lalu, Safaruddin meminta Din Minimi menyampaikan aspirasi di hadapan wartawan untuk direkam. Lalu, teman saya Ismail Abda mempersilahkan Din Minimi, menyampaikan aspirasinya, sambil menghidupkan rekaman video.

"Silahkan sampaikan aspirasinya bang. Tapi kalau bisa senjata jangan nampak," pinta Ismail Abda.

"Oh tidak bisa, senjata ini lah yang perlu diperlihatkan bahwa kami benar-benar menentang kebijakan pemerintah Aceh yang tidak pro rakyat," ungkap Din Minimi.

Sementara saya waktu itu hanya menghidupkan rekaman suara dari handphone blackberry.

Lalu Din Minimi menyampaikan aspirasinya. Ia meminta pemerintah Aceh agar butir-butir MoU Helsinki, yang tertuang dalam UUPA segera diwujudkan. Karena, masih banyak anak yatim korban konflik tidak bersekolah, janda korban konflik hidup di bawah garis kemiskinan, dan hak-hak mantan kombatan GAM yang belum terealisasi.

"Bahkan hingga saat ini saya selaku anak mantan kombatan GAM belum mengetahui letak kuburan ayah saya. Sementara yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin," ungkap Din Minimi.

Setelah menyampaikan aspirasinya sekitar 5 menit, wawancara khusus selesai. Lalu kami larut dalam suasana saling berbincang-bincang. Din Minimi, berharap aspirasi mereka dapat diberitakan, agar diketahui pemimpin Aceh. Bahwa mereka benar-benar menuntut agar butir-butir MoU Helsinki direalisasikan untuk kesejahteraan rakyat Aceh.

Kami pun berjanji, akan mengupayakan aspirasinya itu dapat diberitakan.

Sekitar pukul 16.00 sore waktu itu, sebelum pamit kami foto-foto bersama. Di bawah bukit tersebut, ternyata ada jalan yang dilintasi petani ke kebun. Saat pulang kami tak lagi dari jalan semula, tapi dari jalan perkebunan warga.

image
source image

Saat pulang kami diantar Din Minimi sampai mobil, Din Minimi tetap menentang senjata api jenis AK 47 tersebut, yang bikin menakjubkan adalah warga sekitar terlihat biasa-biasa saja saat melihat Din Minimi menentang senjata api. Warga tidak merasa takut sama sekali.

Setibanya di mobil kami meminta izin pulang sehingga pertemuan mengerikan itu berakhir dengan janji kami akan menerbitkan beritanya pada edisi Sabtu.

Dalam perjalanan pulang, saya melaporkan pertemuan saya dengan kelompok bersenjata api itu kepada kepala biro Serambi Aceh Timur. Dia meminta saya agar berita itu dilaporkan ke redaksi di Banda Aceh.

Ternyata pihak redaksi menyambut baik berita ini dan dijadwalkan terbit pada edisi Sabtu. Karena itu saya diminta segera membuat beritanya. Dalam suasana hati bimbang, dan gundah itu saya memfokuskan pikiran merangkai kata demi kata berita pertemuan kami dengan Din Minimi, dan menulis semua aspirasi dan tuntutannya.

Paham bahwa berita ini beresiko, dan berdampak terhadap kondisi sosial dan keamanan Aceh, saya tetap harus menyelesaikan tugas redaksi, dan amanah dari kelompok bersenjata api.

Lalu bagaimana cerita selanjutnya, bagaimana judul berita yang terbit, dan bagaimana pengaruh berita itu terhadap kehidupan sosial, dan apa yang terjadi kepada saya setelah berita itu terbit saksikan di cerita selanjutnya. Terimakasih
images (2).png

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 64916.21
ETH 3483.89
USDT 1.00
SBD 2.45