Aku Tidak Melupakan Sejarah Ini [ II ]

in #story6 years ago

Ya seharusnya saya memperhatikan petugas, ini selang beberapa menit barulah saya berkata

image

"Udah" ucapku

"Udah dari tadi" katanya, dengan nada menggambarkan rasa geram tertahan.

"Aku kira tadi belum, haha" sembari menarik gas se peda motor, jelas saja saya tertawa terbahak, karena saya tidak memperhatikan dirinya telah selesai dengan prosesi pembayaran ke petugas SPBU yang saya tidak bisa menilai apakah dia muda apa sudah tua karena masker yang menutupi wajahnya.

Meski mengendarai speda motor, kaki saya terasa begitu pengap karena sepatu yang saya kenakan, "yang benar saja belanja dulu baru baru lanjut jalan" , "tapi apa salahnya berhenti sejenak" pikirku.

"Kita singgah di pajak sebentar ya, mau beli sendal" ajak ku kepadanya

"Kenapa enggak pulang ke rumah saja sebentar" dia bertanya karena tidak mengetahui sendal di kos-an sudah sejak kemarin tidak terlihat entah berjalan sendiri atau bersembunyi.

Baca : Aku Tidak Melupakan Sejarah Ini ( I )

"Di pake kayaknya, karena tadi pagi tidak nampak" saya jelaskan singkat.

Setelah melewati dua toko sendal ahirnya aku memantapkan pilihan, ya meski tawar menawar yang begitu keren terlihat antara dirinya dengan penjual, yang ahirnya saya juga merasa lucu karena seharusnya harga sendal rumahan ini 50 K, dan sudah di sepakati 50 K, ahirnya sang penjual yang aneh ini setiba-tiba menjualnya dengan harga 40 K, saya sebagai pembeli yang baik tidak komentar banyak akan hal itu, malah saya tersenyum sendiri.

Kemudian beberapa saat setelah kami membeli sendal tadi, dia menjadi pembahasan tranding topik tidak lupa dengan penjual nya, dengan sikap agak aneh tidak jauh berbeda dengan seseorang yang telah terhipnotis. 😀

Selain membahas sendal yang agak unik tadi, banyak hal yang kami bicarakan di atas kendaraan, saya agak memundurkan kepala dengan tujuan mulia mendengar keseluruhan ungkapan-ungkapan yang asik dan sesekali saya tertawa karena jurus melucu yang ia keluarkan.

Karena pembicaraan kami yang tidak habis, kota Bireuen rasanya sangat dekat dari kota yang dulu pernah di sebut petro dollar,  salah seorang berkata kepada saya petro nya pergi dan dolarnya pun tak tau kemana.

"Kayak cepat sekali rasanya kita sampai" Saya memulai kembali percakapan, meski perut  belum terisi karbohidrat yang membuat saya biasanya bersemangat.

"Apa di sebelum pantai yang kita tuju ada masjid" tanya ku kepada nya, ya kurang lebih dia adalah penunjuk arah yang baik menurutku, karena aku belum tau arah, dan dirinyalah yang berbaik hati, melakukan tugasnya sangat baik.

"Ada, nanti kita berhenti saja, muna sholat disana" jawabnya singkat tepat dan jelas.

"Di depan lenggok ke kiri, eh belok deng" Dia lagi-lagi menunjuk arah perjalanan kami, meski saya tau apa yang di ucapkan di awal tadi, akan tetapi dirinya mengklarifikasi bahasa nya, saya hanya tersenyum sendiri, mendengar dia memperbaiki bahasanya.

"Tanpa kamu mengulang nya, aku udah paham dengan yang ucapkan di awal", jelasku sembari tertawa yang agak saya tahan.

Tibalah kami di salah satu masjid di kota juang ini, dimana ada seorang lelaki tua yang memanggil saya "kemari dek", katanya.

"Wah, si kawan" ada apa maksudnya ini, "mengapa harus kesana coba" saya bertanya sendiri,

Rupanya si kakek ini menginginkan

Esok lanjutannya

Sort:  

lanjut lagi ceritanya...

Besok dek, tunggu saja yo 😊

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.13
JST 0.032
BTC 61663.08
ETH 2893.40
USDT 1.00
SBD 3.48