Kisah Kematian Jendral Pel, Panglima Sipil dan Militer Belanda di Aceh

in #story6 years ago (edited)

Ada empat jendral Belanda yang tewas selama perang Aceh berlangsung, mereka adalah Jendral JHR Kohler, Jendral JL JH Pel, Jendral Demmeni dan Jendral De Moulin. Kali ini saya tulis tentang kematian Jendral Pel.

Jendral JL JH Pel merupakan Panglima Sipil dan Militer Belanda di Aceh, Ia jendral Belanda kedua yang mati dalam perang Aceh. Jendral pertama tewas di Aceh adalah Jendral JHR Kohler Panglima Perang Belanda pada invansi pertama Maret 1873. Ia tewas ditembak pejuang Aceh di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Tentang kematian Jendral Kohler sudah saya bahas bulan lalu pada tulisan sebelumnya, Jendral Kohler Boom Hilang di Masjid Raya Baiturrahman [https://steemit.com/story/@isnorman/jenderal-kohle-boom-hilang-di-masjid-raya-baiturrahman].

Sekarang, tulisan ini coba mengangkat tentang kematian Jendral Pel. Saya sudah mengunjungi kuburannya di Peucut Kerkhof, komplek kuburan Belanda di Banda Aceh. Monumen kuburuan Jendral Pel merupakan kuburan yang termegah dibuat di sana, malah melebihi monument kuburan Jendral Kohler.
Kuburan Pel.jpg
Monumen kuburan Jendral Pel di Peucut Kerkhof, komplek kuburan Belanda di Banda Aceh, [Foto: dok pribadi]

Tentang cerita kematian Jendal Pel, saya temui dalam buku Perkuburan Belanda Peutjoet Membuka Tabir Sejarah Kepahlawaban Rakyat Aceh. Buku ini ditulis oleh Tjoetje dan diterbitkan oleh Jajasan Kesedjahteraan Karyawan Deppen Perwakilan Atjeh pada Agustus 1972. Isinya masih menggunakan ejaan lama. Toetje merupakan mantan pegawai kolonial Belanda di kantor Bestuurs Meulaboh, Aceh Barat.

Entah mengapa, meski monument kuburan Jendral Pel dibuat begitu megah, namun jasadnya tidak dikuburkan di sana. Tjoete mengungkapkan, jasad Jendral Pel dikuburkan di salah satu sudut Peucut Kerkhof tanpa diberi tanda apa-apa.

Boleh jadi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Aceh sengaja merahasiakannya, karena waktu itu perang masih berkecamuk. Untuk mengenang kematian Jendral Pel, selain monument di Kerkhof, Belanda juga membuat sebuah tugu di hulu Krueng Lamnyong, tempat ia mati melawan perlawanan pejuang Aceh.
kuburan Pel back.jpg
Sisi belakang monumen kuburan Jendral Pel. [Foto: dok pribadi]

Jendral Pel mati antara tanggal 24 dan 25 Februari 1876 karena menderita putus dan pecah urat nadi. Tjoetje mengungkapkan cerita kematian Jendral Pel berdasarkan keterangan dari buku berbahasa Belanda, De Krijsgeschiedenis van N.I jilid III halaman 183-184.

Di sana dijelaskan, setelah sehari lamanya beristirahat, pasukan bergerak pada tanggal 25 Februari 1876 jam 6 sore, tanpa satu halangan sepajang pinggir Pinang (Gampong Pineung) dan melalui Lamgugop dan Tonga (Tunggai/Prada) menuju Krueng Cut. Mereka tiba jam setengah sebelas malam. Di sana pihak musuh (pejuang Aceh) menyerang bagian depan pasukan Belanda yang diperkuat dua kompi dan satu seksi pasukan meriam. Tapi mereka tak mampu menghentikan serangan itu. Tak ada tempat yang bisa dilewati. Hanya ada sebuah jembatan setengah rusak di bagian selatan.

Pasukan Belanda kemudian terus bergerak melalui kanal (alue) di sisi Krueng Lamnyong. Tapi, mereka baru bisa sampai ke bivak yang terletak di dua pinggir teluk, tepat jam empat sore. Di sanalah Jendral Pel meninggal pada pukul 11 malam, karena pecah dan putus urat nadinya.

Bivak tempat meninggalnya Jendral Pel itu, orang Aceh menyebutnya sebagai Kuta Kaphe, yakni benteng kafir. Bekas benteng itu sampai kini masih bisa dilihat di sisi kiri dan kanan kanal sebelah barat Krueng Lamnyong.
Jendral Pel.jpg
Jendral Johannes Ludovicus Jacobus Hubertus Pel. [Repro: The Dutch Colonial War In Aceh]

Versi asli berbahasa Belanda dalam buku De Krijsgeschiedenis van N.I jilid III tentang kematian Jendral Pel ditulis pada halaman 183-184 buku tersebut, seperti kutipannya di bawah ini.

Na een dag rust marcheerden de troepen den 25 sten, te 6 ure voormiddags, ogerhinderd langs den rand van Pinang en door Langgoegoep en Tonga, naar Kroeng Tjoet, waar zij te half elf voormiddags aankwamen. Daar opened de vijand van de overzijde het vuur op de compagnie der voorhoede, die hoewel versterkt met 2 copagnieen en een sectie artillerier, niet in staat was dit vuur tot zwijgen te brengen. Een waadbare plaats werd niet govenden. Maar meer zuidelijk een half afgebroken brug ontdekt, die onder bescherming van laatst genoemde troepen onder het vuur des vijands door de minuers werd hersteld.

De in actie zijnde troepen passeerden nu de lagune en verdreven de Atjeher, waarna de colonne te 4 ure namiddags het bivak aan beide zijden der kreek betrok.

Daar overleed des avonds te elf ure de Bevelhebber, General Pel, aan en Slagaderbruek. Evenals de overste RAAFF door de overmatige inspanning van zijn kracten stierf, voordat hij zijn plannen tot bestrijding, the Padri’s had kunnen volvoeren, zo werd ook de door zijn troepen zoo hooggeschatte, dappere Generaal Pel, weggenomen, voordat hij de consolidatie onzer vestiging te Atjeh overeenkomstig zijn plan ten einde had kunnen brengen.

Sebenarnya, bukan hanya Jendral Kohler dan Jendral Pel saja perwira tinggi Belanda yang tewas dalam perang di Aceh. Ada dua Jendral lain yang juga menemuai ajal dalam perang di Aceh. Mereka adalah Jendral Demmeni yang tewas pada 13 Desember 1886 dan Jendral De Moulin pada tanggal 7 Juli 1896. Tapi jenazah kedua jendral ini tidak dimakamkan di Kerkhof Peucut, Banda Aceh.

Sort:  

Menyimak dan menunggu giliran Jenderal berikutnya.... 😁😁

Terimakasih @shofie yang selalu singgah di postingan saya. sudah 2 Jendral yang saya posting, kalau ada waktu luang akan kita lanjut ke jendral-jendral berikutnya.

Wah, tulisan yang sangat menarik nih. Jadi tau kalo ternyata jasadnya tidak dimakamkan di kuburan tersebut, melainkan malah dikubur di tempat lain tanpa tanda sama sekali. Wow.

Trims, Bang!

Ya di tempat lain tanpa tanda apa-apa, tapi masih dalam komplek kuburan Belanda Peucut kerkhof itu juga. itu sengaja dirahasiakan pemerintah kolonial Belanda.

Sebelum berperang dengan Aceh, belanda belum pernah kehilangan Jendralnya dalam peperangan di seluruh Hindia Belanda.
Perang Aceh menjadi sebuah nightmare bagi Belanda. Sebuah pengalaman pahit sang kolonialis.

Khusus kematian jendral Demmeni dan De Moulin, saya belum pernah mendengar atau membaca sejarahnya. Mohon aduen @isnorman sudi membuat artikel tentang dua jendral ini.

Saya juga masih mencari referensi tambahan tentang itu. Kalau sudah ada bahan akan saya tulis lagi.

Loading...

Saya ijin me repost postingan ini Kak, terima kasih🙏

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59417.60
ETH 2672.31
USDT 1.00
SBD 2.44