Taipei Station, Rumah Kedua WNI di Taiwan

---

Senja menggantung kian kemerahan. Bersama semburat jingga yang menghiasi cakrawala. Aku menyusuri jalanan kecil di tepi taman yang akan membawaku ke sebuah bangunan kokoh dan terkenal, Taipei Main Station. Rasanya, tidak ada pekerja migran di Taiwan yang tidak mengrtahui tempat ini. Tempat nyaman dan tujuan utama bertemu rekan-rekan dari kampung halaman sembari berkuliner hidangan nusantara yang dijajakan di sekitar gedung tersebut.

Masih teringat, saat pertama kali libur ke sini. Saat itu, aku bekerja di daerah Taoyuan. Seingatku kemari menggunakan bus, dan itu menbutuhkan waktu cukup lama. Aku yang belum pernah libur berkunjung ke kota Taipei bersama karibku yang bekerja di sebuah pabrik yang berada di depan tempat kerjaku.Saat itu suasananya saat perayaan Idul Fitri, sehingga pengunjung benar-benar pada sekali, sehingga merasakan sebuah sepi di tengah keramaian, karena tidak nayaman.

---

Gedung TMS dari arah depan

---

Namun, berbeda dengan suasana Taipei Main Stasion yang sekarang. Tempat ini ibarat detinasi terakhirku saat liburan. Di tempat ini aku bertemu dan mengenal banyak teman-teman hebat, dan berbagi pengalaman. Sehingga bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Karena selain digunakan sebagai sarana konkow, Taipei Main stasion juga terdapat perpustakaan yang meminjamkan buku-buku bacaan secara gratis dan bisa dibawa pulang.

Banyak cerita di gedung ini, ibarat saksi perjuanganku menemukan jati diri. Berawal dari kedatanganku pertama kali saat belum hijrah, kemudian bertenu teman-teman yang memotivasi sehingga mengubah aku menjadi lebih baik. Karena tidak dapat dipungliri, sebuah lingkungan akan memengaruhi dan memberikan impact tersendiri pada kehidupan seseorang. Ibarat sebuah pepatah mengatakan

Kereta mati yang berada di samping TMS

“Jika berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan terkena bau wanginya, tetapi jika bermain dengan pande besi, kita pun akan terkena bau-bau besi tersebut."

Taiwan, 20 Desember 2018

Salam

@ettydiallova