Cerita Tentang Steemit. Bagian Kedua: Warung Mie Aceh dan Awal Pengen Main Steemit.

in #steemit6 years ago

Cerita Tentang Steemit Bagian Kedua.jpg

Cerita berlanjut hingga kami bertiga sampai di Warung Mie Aceh. Lagi-lagi namanya tak bisa disebutkan, sebab persaingan Warung Mie Aceh di kota Medan cukup ketat, tidak adil nantinya. Masuk ke dalam warung, kami pun mengambil posisi duduk yang agak belakang. Saya dan Al (@auliausu) cukup memesan satu porsi makanan, sementara bang Iqbal (@iqbalhood) memesan dua porsi makanan.

Pembahasan pun dimulai dengan kembali membahas startup, sembari menunggu makanan datang. Kesana-kemari membahas startup kota Medan dan sekaligus juga foundernya. Tak ada pembahasan soal steemit, steem, utopian, dan sebagainya. Mungkin lupa karena sudah sama-sama lapar. Atau mungkin karena saya juga belum nyambung kalau di bahas itu.

Tiba-tiba ada yang menelepon bang Iqbal. Bang Iqbal pun menjawab. Saya dengar soal kata 'cetak' dan 'spanduk'. Ternyata sahabat saya semenjak kuliah, Rony Fhebrian menelepon bang Iqbal, menanyakan soal cetak spanduk. Lanjut bicara entah apa saja, tiba-tiba ada yang menelepon bang Iqbal lagi. Kali ini saya dengar "lagi mau makan ini, di ****** ****" (tak bisa disebutkan nama warungnya). Ternyata bang Eko Astrian yang menelepon. Pegiat startup juga, founder Pariwisata Sumut (ParSum). Ternyata bang Eko ingin bergabung.

Pesanan Al dan bang Iqbal ternyata datang duluan. Saya pun menunggu sambil melihatin mereka makan. Bang Eko pun datang, begitu juga pesanan saya. Nah menariknya, saat Bang Eko datang, saya kembali dengar soal utopian dan contribution. Al yang kebetulan sudah siap kemudian menjelaskan banyak hal kepada bang Eko. Saya yang kebetulan sambil makan, lagi-lagi gak fokus kali mendengarnya. Cuma yang begitu mencetarkan, Al bilang "Kalau rajin ngepost, bisa 10jt seminggu". "Makjang, gilak kali bisa segitu" begitu yang saya pikirkan. Bayangkan aja anak muda, belum umur 30 tahun sudah bisa punya penghasilan segitu. Disitu saya jadi pengen tahu. Setidaknya tahu lebih jelas, itu apa.

Sayangnya ternyata bang Eko tidak langsung menyatakan ingin gabung. Katanya "nantilah, masih banyak yang mau dikerjain". Mungkin iya, masih ada pekerjaan di dunia nyata yang mungkin lebih baik dan menjanjikan. Gak lama, bang Iqbal mengajak bang Eko untuk pergi ke atm. Karena gak bawa uang cash yang cukup (tapi jangan tanya kalau soal steem dan bitcoin, beliau rajanya. Whale Utopian dia nih :D).

Bang Iqbal dan bang Eko pun pergi ke atm. Kemudian saya yang mulai penasaran banget (kepo), memulai bertanya ke Al "cak jelasin Al, itu kayak mana sebenarnya". Al menjelaskan bahwa sebenarnya steemit ini kita kayak buat konten gitu tapi ada bayarannya, bayarannya tergantung siapa dan berapa yang ngelike postingan kita, kayak blog gitu. Al menjelaskan bahwa pembayarannya menggunakan steem, dan steem ini nanti terbagi dua, steem power dan SBD (steem backed dollar).

Al menunjukkan akun steemitnya dan earnings (pendapatan) di postingannya. Kata Al, "setiap pendapatannya ini nanti dibagi dua, satu ke steem power, satu ke SBD. SBD ini nanti bisa dicairin, terus yang steem power ini lah yang menentukan kekuatan like kita dan berapa yang didapat orang lain. Like di steemit itu namanya upvote. Steem Power pun sebenarnya juga bisa dicairkan, namun prosesnya agak lama dan bertahap". Saya lihat setiap post dari Al nominalnya diatas 20 dollar terus, ngeri nih. "Kalau aku sama bang Iqbal main di utopian" lanjut Al. Kemudian bang Iqbal balik. Saya pun bertanya, "Utopian itu apa lagi, apa bedanya sama Steemit". Bang Iqbal dan Al pun menjelaskan kalau Utopian itu Steemit juga, tapi dia khusus untuk project-project developer. Dia pakai API (Application Programming Interface)nya Steemit. Terus Al menambahi, di Utopian pendapatan program lebih banyak daripada desain.

Setelah itu kami pun mengumpulkan uang untuk membayar makanan masing-masing. Dan kami pun pulang. Di sepanjang perjalanan pulang, saya pun berpikir untuk membuat akun steemit. Lumayan juga menurut saya, bisa nambah penghasilan. Ya waktu itu yang saya pikirkan masih itu saja. Tapi yang pasti, akhirnya saya tahu, bahwa ini bukan kegiatan spekulasi yang haram, tidak seperti apa yang saya pikirkan di awal (su'udzan duluan :D). Intinya bukan trading, tetapi membuat konten. Membuat konten yang dibayar. "Apa bedanya dengan Youtube", saya pikir. Youtube dibayar dengan US Dollar, sementara steemit dibayar dengan Steem. Terlebih ini bisa jadi sarana saya untuk terus menulis dan membuat konten digital, yang mana itu merupakan hal yang sangat saya sukai kan. Selanjutnya saya memutuskan untuk membuat akun Steemit.

Ceritanya masih bersambung...

Sort:  

Mantap kali bang, aku yang baca aja seperti berada di samping orang abg yang lagi makan mie aceh kuah kepiting.. hahahaa

haritu makannya mie aceh daging bang :D
kepiting mahal. hahaha

Ah bsambong, tdr lg ah

wkwkwk, udah lebih panjang ini dikit bang dari yg kemarin. hahaha

Wahh... Teringat saat ngopi bersama bg @agusginting

Iya, memang cocoknya sambil ngopi ini bang

follow back and upvote back

done ya... Salam kenal :D

"sementara bang Iqbal (@iqbalhood) memesan dua porsi makanan."

Minta Kena Flag Nih anak #GGRRRRRRR....

nanti gak sesuai fakta, katanya hoax, kena cyduck awak

Cocok la klw sekali2 aku gabung yah bg @anharismail..

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 61195.86
ETH 3009.46
USDT 1.00
SBD 3.80