Pembual Menjadi Raja (Part II/ Tamat).

in #short-story7 years ago

Sambungan ......   

Ketika Putri Asmimara yang cantik jelita telah dewasa. Usia raja Amir dan Permaisuri Mantini semakin uzur. Raja dan permaisuri mulai memikirkan kepada siapa gerangan kerajaan ini akan diwariskan. Saat itu juga raja merencanakan pernikahan putrinya. 

Raja teringat kembali syarat yang disampaikan Nujum Sulaiman 24 tahun silam. Raja mulai kebingungan mencari seorang pemuda tampan  yang pintar berbual sebagai pendamping hidup putrinya Asmimara.  Dengan segala titah, raja kembali memanggil Nujum Sulaiman untuk membahas rencana pernikahan sang Putri Asmimara.

Atas perintah Sulthan Amir, sampailah Nujum Sulaiman ke istana. “Ampun daulat tuanku, gerangan apa daulat tuanku memanggil hamba ke istana?,” tanya nujum.

 “Wahai, Nujum Sulaiman, dahulu kamu mengatakan aku harus mengawinkan putriku dengan pembual hebat. Sekarang yang ingin saya tanyakan. Dimana pemuda pembual yang hebat itu?,” tanya Raja Amir.   

“Ampun daulat yang mulia tuanku Raja, sekarang juga daulat tuanku umumkan kepada seluruh penduduk negeri, untuk mencari perjaka pembual hebat,”kata nujum Sulaiman, seraya Raja Amir menjawab, “segera aku laksanakan titah nujum,”jawab Raja Amir.

Kemudian oleh Raja Amir memanggil  juru tulis kerajaan, untuk membuat selebaran pengemuman yang kemudian di pasang ke seluruh pelosok negeri :

Papan pemberithuan telah terpasang keseluruh penjuru Negeri. Ketika Pemuda dan perjaka di Negeri Peng- Peng, membaca pengemuman dari Raja. Semua pemuda ingin sekali menjadi suami Putri Asmimara. Para pemuda di Negeri Peng- Peng, ketika melihat maklumat raja, terlihat girang dan saling berbisik seraya tersenyum dan gembira.

“Wow... sungguh indah Putri Asmimara, baunya saja dapat meruntuhkan seluruh jiwaku. Apalagi aku mejadi suaminya, sungguh indah,” kata Mustafa kepada teman-temannya.    

“Sungguh bahagia diriku, ketika membayangkan aku menjadi suami Putri Asmimara, oooo senangnya aku jika aku dapat bersamanya mengurusi kerajaan Peng-Peng ini,” ucap Abdul Fakeh pemuda lainya. Seorang pemuda yang hari-hari bekerja sebagai pengembala, Ia hanya terdiam, namun di hatinya berkata. “Ya Allah, berikanlah aku menjadi suami Putri Asmimara. Padamu ya Allah aku bermohon, karena hanya engkau ya Allah yang telah menentukan jodoh ku,” tersirat di hatinya Sanusi.

Desiran angin sawah berhembus kencang, meniupkan sejuta harapan bagi tiga pemuda Negeri Peng-Peng untuk menduduki tahta warisan kerajaan Raja Amir. Ketiganya mulai berusaha mencari akal agar menjadi pembual yang paling hebat.    

Ketiga pemuda tersebut asli penduduk Negeri Peng-Peng, mereka punya kartu tanda penduduk disana. Mereka sepakat untuk melamar Putri Asmimara yang indah rupawan. Siapa saja melihat kemolekan tubuh Putri Asmimara pasti akan tergoda. Badannya yang lansing pinggangnya berbentuk biola, bola matanya bersinar bak purnama menerangi gelap gulita. Bokongnya yang padat, betisnya yang indah, rambutnya yang ikal, alisnya tersusun rapi. Memang Putri Asmimara sangat sempurna.    

Abdul  Fakeh pemuda pertama, Ia gagah dan perkasa. Tubuhnya berotot rambutnya ikal, tingginya semampai. Dia anak seorang pedagang kain di Negeri itu.  Perjaka  kedua yang hendak melamar Putri Asmimara, adalah Mustafa seorang anak kepala kampung, wajahnya keren bak bintang film holywood.  Sedangkan pemuda ketiga, namanya Sanusi, Ia seorang pemuda yang  sederhana, pakaianya biasa saja, pekerjaannya hanya seorang  pengembala kambing warisan almarhum orang tuanya. Tapi wajah pemuda ini tidak kalah juga.  Dia bak bintang film India.

Lalu, ketiga pemuda gagah itu, sepakat  untuk datang melamar Putri Asmimara. Masing-masing pemuda ini telah mempersiapkan bualnya yang hebat. Gayung bersambut iringan musik dan tabuhan gendang,  ketiga pemuda datang dengan para utusan masyarakat kampung mereka ke istana.   

Alunan musik pun mengalun sendu  di istana diiringi tarian khas Negeri Peng-Peng, memeriahakan acara penyambutan lamaran tiga pemuda calon suami Putri Asmimara. Kedatangan tiga pemuda Negeri Peng-Peng juga disambut Nujum kerajaan, Para menteri dan seluruh penggawa istana lainya. Mereka juga nantinya akan menyaksikan bualan secara terbuka yang akan disampaikan ketiga perjaka tersebut.    

Setelah acara penyambutan selesai. Lalu satu persatu meraka mulai berbual di depan raja yang juga disaksikan permaisuri Mantini dan Putri Asmimara. Ketika itu Putri Asmimara berhias nan cantik bak putri kayangan yang baru turun dari Syurga.

Tak tahan melihat surya dari wajah sang putri,  air liur ketiga pemuda itu membasih relung hati mereka. Mereka lirikan tiga pemuda itu terhenti dengan sentakan kata  titah perintah baginda Raja Amir. 

“Silahkan berbual wahai perjaka –perjaka  yang telah berani melamar putriku. Siapa yang bisa berbual dengan baik. Kamu akan menjadi menantuku,” titah Raja Amir.    

Perjaka Abdul Fakeh yang mendapat giliran pertama bebrbual didepan Raja. “Apa bualanmu wahai pemuda Abdul Fakeh?,”tanya Raja.   

“Ampun Daulat tuanku Raja, titah hamba datang kesini ingin menyampaikan bahwa di daerah kekuasan Negeri Peng-Peng, ada seekor kerbau yang sangat besar,” kata Pemuda Abdul Fakeh. Lalu raja berseru, “seberapa besar kerbau itu?.”   

“Ampun Daulat tuanku, kerbau itu besar sekali. Antara tanduk kiri dan tanduk kanan, kira-kira 2 tahun lamanya terbang seekor burung Murai, begitulah besar kerbaunya, wahai daulat tuanku.” bual Abdul Fakeh.   

“Ooooo, itu bualan mu, Abdul Fakeh?. Sayang sekali itu bukan bualan, jika tuhan menghendaki ada kerbau sebesar yang kamu katakan itu, tidak ada  yang tidak mungkin,” kata Raja Amir, seraya membatalkan lamaran Abdul Fakeh. Abdul Fakeh pun tertunduk malu.   

Lalu Raja mempersilahkan, perjaka kedua Mustafa untuk menyampaikan bualnya.”Silahkan Pemuda Mustafa untuk menyampaikan bualan mu yang hebat,” perintah raja.   

“Ampun Daulat tuanku. Perlu daulat tuanku ketahui, bahwa  di Negeri Peng-Peng ini ada sebatang pohon pinang yang tingginya hingga keawan mega. Jika daulat tuanku hendak memegang bulan, silahkan daulat tuanku panjat pohon pinang itu,” bual Mustafa.    

Ternyata bualan Mustafa, juga dibantah oleh Raja Amir. Raja berseru. ”Jika tuhan menghendaki dan menumbuhkan pohon pinang setinggi yang kamu bual. Itu  sah-sah saja dan yang kamu katakan itu bukanlah bualan, wahai Mustafa !”.    

Mustafa pun gagal menjadi meraih hati sang penguasa, karena bualan yang disampaikannya dapat dibantah oleh daulat tuanku Raja Amir. 

Kini tibalah giliran perjaka ketiga, Sanusi. ”Wahai perjaka Sanusi, apa bual mu, hingga kamu berani melamar putriku Asmimara yang cantik bagai bulan purnama,” seru Raja Amir. Silahkan berbual,” perintah Raja Amir, Penguasa Negeri Peng-Peng.   

Dengan sedikit gemetar dan rasa malu, Sanusi melangkah dan berdiri di hadapan raja. “Ampun Daulat tuanku, titah raja hamba laksanakan. Begini Raja !, saat hamba datang ke istana, hamba bertemu dan melihat ayahanda Raja Amir, dengan menggenakan baju compang -camping sedang mengembala domba. Ampun daulat tuanku, itulah yang hamba lihat,” bual Sanusi.    

Sang raja murka mendengar bualan Sanusi. Lalu Raja Amir berucap. “Wahai Prajurit, tangkap perjaka ini dan kasih dia baju yang bagus serta nikahkan dia dengan putri hamba. Karena dia telah berbual yang hebat. Tidak Mungkin Ayahanda aku menjadi pengembala domba. Sangat berbahaya dan memalukan jika bualnya itu diketahui oleh penduduk Negeri Peng-Peng. Hamba sangat malu,” kata Raja Amir berulang-ulang.   

Mendengar keputusan Raja Amir. Seuntai senyum pun menghiasi wajah Sanusi. Hatinya seakan melayang ibarat bunga diterpa badai. Ketika Pemuda Sanusi melirik ke wajah tuan putri Asmimara. Tuan Putri Asmimara tertuduk malu, rambutnya yang indah terurai menutupi bilah-bilah alis matanya yang tersusun rapi. Seketika saja senyuman Putri Asmimara langsung menyapa di lubuk hati Sanusi.     

Akhir cerita. Raja Amir dengan segala titahnya. Dalam tempo yang singkat, Ia dan permaisuri mempersiapkan pernikahan putrinya Asmimara dengan Pemuda Sanusi. Setelah  sang pembual hebat itu menikah dengan Putri Asmimara yang rupawan. Kemudian oleh Baginda Raja Amir mengangkat Pemuda Sanusi menjadi raja dan Ia pun mewarisi kerajaan  Negeri Peng- Peng, nan makmur.   TAMAT   

Idi Rayeuk, 5 Agustus 2017. By : @ilyasismail   

NOT : Cerita ini hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan nama dan tokoh serta tempat itu hanya kebutulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

    

Sort:  

Dapat rezeki nomplok pemuda Sanusi. Hanya dengan modal membual, dapat putri cantik asmiranda sekaligus mewarisi tahta dan harta kerajaan pempeng. :)

Karena Ia memalukan raja. raja mana mau dipermalukan seperti raja sekarang ini he he he he

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 57527.13
ETH 2375.07
USDT 1.00
SBD 2.42