Tradisi Berbalas Pantun Kedurang Bengkulu Selatan
Ada beberapa jenis Kesenian di Kedurang Bengkulu Selatan antara lain Pantun Bersambut atau Gayung Bersambut. Pantun ini sering digunakan sebagai dialek antara sesama teman atau masyarakat di Kedurang zaman dulu, saat mereka sedang melakukan sesuatu hal.
Pantun-pantun yang terdapat di daerah ini menggunakan bahasa Pasemah Semende . Yaitu berdialek “e” . Berbeda dengan suku serawai yang berdialek “o” dan “aw”. Bahasa yang tampak membedakan dengan suku serawai seperti : dide yang berarti tidak , dalam bahasa serawai nido atau nidaw . Dalam dialek Kedurang, huruf “R” sering diucapkan dengan “Ngh” . Seperti nghungau atau begadang bila disebutkan dalam bahasa Indonesia disebutkan rungau .
Berimbayan, Sastra Klasik Bengkulu Selatan | foto : pedomanbengkulu.com
Dibawah ini ada beberapa contoh kata dalam bahasa Kedurang :
Pinggan = piring
Gerpu = pisau
Stakin = kaos kaki
Blangkit = selimut
Bilik = kamar
Kidau = kiri
Rawang = air bah
Bene = pusing
Sigeret = rokok berfilter
Buluh = bambu
Liut = licin
Bunguk = gemuk
Gering = sakit
Balung = paha
Siwak = dekat dengan
Ghenyai = gerimis
Rajin = sering
Ngerayau = ngelayap
Maung = bau busuk
Mengut = sakit
Kemane = kemana
Luk ape = bagaimana
Sekul = sekolah
Taghuk = sayur
Gulai = lauk
Di mane = di mana
Kereh = capai
Kudai = nanti dulu
Ketam = kepiting
Setue = harimau
Dangau = pondok
Daghat = kebun
Kawe = tanaman kopi
Sangsile = pepaya
Tanci = uang
Sinampur = hampir
Benase = bersumpah
Karut = jelek
Alap = bagus
Pantun itu sendiri adalah :
Bentuk puisi lama yang terdiri empat larik berima silang a-b-a-b, iramanya indah, serta memiliki makna penting. Pantun merupakan bentuk puisi lama melayu Indonesia berasal dari bahasa jawa kuno yaitu "tuntun", yang berarti mengatur atau menyusun. Pada awalnya, pantun merupakan karya sastra Indonesia lama dengan pengungkapan secara lisan, sekarang sudah semakin berkembang, pantun ini sudah dibuat juga secara tulisan. Dan mulai berkembang sesuai kemajuan zaman. mengikuti perkembangan generasinya.
Pantun merupakan karya yang dapat menghibur sekaligus dan menegur. Pantun merupakan ungkapan perasaan dan pikiran, karena ungkapan tersebut disusun dengan kata-kata hingga sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk didengar atau dibaca. Pantun menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ciri khas tersendiri dalam mendidik dan menyampaikan hal-hal yang bermanfaat.
Masyarakat Kedurang sendiri pada zaman dulu menggunakan pantun ini sebagai dialek mereka sehari-hari. Dan Pantun Bersambut atau Gayung Bersambut di Kedurang terdiri dari benerapa jenis. Antara lain :
foto : kantorbahasabengkulu.kemendikbud.go.id
PANTUN GAYUNG BERSAMBUT
contoh :
Ndak tiduk ndik betikagh
Ndik begune ade bantal
Duduklah sini sambil nyandagh
Didekah ngape kite lah kenal
bahasa Indonesianya
Mau tidur tidak punya tikar
Tidak berguna punya bantal
Duduk ke sini sambil bersandar
Tidak apa-apa kita sudah kenal
PANTUN PERCINTAAN
contoh :
Salah nian peghaseghanku
Sate ku kinak dengan mendam
Kalu ndak pacak nga nemeku
Aku sename nga bini Adam
BAHASA INDONESIANYA
Salah sekali perasaanku
Saat ku lihat dengan diam
Kalau mau bisa dengan namaku
Namaku sama dengan istri Adam
PANTUN MEMOTONG PADI
Contoh :
Kalau kah ngetam kebile nembai
Dimane kina aku galak
Aku ndak numpang makan padi empai
Sambil nulung sambil berayak
BAHASA INDONESIANYA
Kalau mau panen kapan mulai
Di mana saja aku mau
Aku mau numpang makan padi baru
Sambil bantu sambil bertamu
PANTUN RATAPAN
Contoh :
Alangkah pedih idupku ini
Balut nga kain mangke ndik kuyak
Alangkah sedih idupku ini
Idup melain ndik jeme banyak
BAHASA INDONESIANYA
Sungguh pedih hidupku ini
Bungkus dengan kain agar tidak koyak
Sungguh sedih hidupku ini
Hidup beda dengan orang banyak
Mari terus menjaga budaya dan kesenian leluhur kita.
Depok, 13 Maret 2018
Willy Ana | @willyana
Mantap juga,, :)
Makasih. Salam
Jalan-jalan ke Babatan
Tak lupa membeli niru
Sungguh apik ini tulisan
Tambah wawasan tambah pula ilmu
Waduh bang Emong ngajakin berbalas pantun juga nih, he he he. Nyari ide dulu ya bang . Makasih uda mampir.
Follback mbak Willyana, terima kasih :)
Ok. Makasih. Salam.
Bodo amat dengan si Cheetah, ehehe. ya, walaupun ini bikin kita mengenal lebih dalam tentang Cheetah.
btw, nice post. Informasi yang bagus tentang kebudayaan, Mbak.
Chettah memang sangat peka, namanya juga robot, judul yang mirip saja dia langsung datang meskipun tulisan kita isinya sudah berbeda. Terima kasih. Salam
Iya, ada apa dengan citah yah? Meski sudah dibuat dalam versi beda kenapa masih datang?😒
Chettah ini robot mba, kadang kedatanganan dia juga menginformasikan rujukan ke link yang lain yang bertema sama. Klik link yang dia rujuk itu isinya berbeda. Mungkin ada kata pantunnya di judul atau apa jadi dia langsung nangkap dan datang. But it's ok. Sila baca dan bedakan sendiri. Terima kasih sudah mampir. Salam.
As a follower of @followforupvotes this post has been randomly selected and upvoted! Enjoy your upvote and have a great day!
Thank you.
tulisan menarik. tapi kok chettah muncul ya. barusan saya coba buka linknya tapi isinya beda sekali. sangat beda. atau mungkin ia memberi rujukan swbagai tambahan informasi kali ya -- agar orang ikut membaca tambahan informasi. kadang membingungkan ini chettah
Iya, itu imformasi rujukan yang chettah bagikan, seperti yang bang iwank bilang di atas. Kutipan tanpa rujukan dari Ana yang tentang pantun. Tapi coba perhatikan detil, itu sudah pakai bahasa Ana kalau menurut Ana tapi mungkin mirip dan terkesan sekilas plek sama.
Jangan sering2 kena cheeta. Nanti bisa dianggap spam dan kena flag steemcleaner. Hati-hati. Baiknya ditulis ulang secara serius. Hehhe.
Oh ya. Tradisi pantun juga di sebagian daerah seharusnya masih berlaku.
Lo ini tulisan Ana ketik sendiri. Pakai jari-jari manis ini ngetiknya Pilo, dan Ana tulis dengan serius. Hadeee....
Buka aja link yang di kasih cheetah di atas, sama apa gak?
Berlaku memang masih, tapi hampir tergerus ole zaman. Dulu Ana ingat ketika masih SD, kakak Ana dengan teman-temnnya kalau sedang ngumpul bercandanya pakai pantun. Seru. Tapi sekarang tradisi itu sudah tidak ada lagi. Mala Ana punya sahabat ketika SMA yang pintar pantun sampai sekarang sering gangguin Ana pakai pantun.
Itu tradisi yg asyik dan seru. Harus dirawat... coba diadakan festival berbalas pantun tingkat nasional. Pasti seru...
Ia Pak semestinya di rawat. Tapi generasi muda sekarang mala jarang sekali ada yang bisa pantun. Ya pastinya akan sangat seru dan unik tentunya.
Cheetah tidak lebih menggemaskan dibanding cita citata.....