Karena Pembiaran Atas Kejahatan Adalah Kejahatan Itu Sendiri!

in #indonesia6 years ago


img source

"... Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir? Seolah-olah bila kita membagi sejarah maka yang kita jumpai hanyalah pengkhianatan. Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu kita hidup atasnya. Ya, betapa tragisnya..." (Soe Hok Gie - Catatan Seorang Demonstran)

Aku lupa persisnya Hok Gie, seorang aktivis angkatan '66 yang turut serta menggulingkan Soekarno menuliskan kutipan di atas di catatan hariannya dalam konteks apa. Asbabun Nuzul nya aku tidak ingat. Tapi yang jelas, kutipan di atas selalu menggema di kepala otakku setiap kali bersinggungan dengan sesuatu yang berkaitan dengan pengkhianatan.

Di Aceh sendiri, sejarah pengkhianatan cukup mendapat ruang. Setidaknya, dalam sejarah Aceh ada dua nama yang mendapat kehormatan untuk dikenang sebagai pengkhianat nomor wahid dalam perjalanan panjang perang Aceh. Ialah Nek Meuraksa dan Panglima Tibang yang hingga hari ini dikenang dengan cap pengkhianat di jidadnya.

Nama pertama adalah seorang kolaborator Belanda. Nek Meuraksa adalah Ulee Balang yang menguasai daerah Ulee Lheue dan sekitarnya. Memilih berbalik melawan Sulthan dan membuka jalan bagi serdadu kompeni untuk mendarat di Aceh setelah wilayah kekuasaannya di Lam Padang (sekarang dikenal dengan Lam Pisang) diserahkan oleh Sulthan kepada Teuku Nanta Setia Raja. Nek Meuraksa yang marah akhirnya memilih bersekutu dengan penjajah dan berharap suatu hari saat kuku kolonoalisme berhasil mencengkeram tanah Aceh, daerah itu bisa dikuasainya kembali.

Yang kedua itu adalah seorang diplomat yang memulai karirinya sebagai tukang sulap di lingkungan Istana. Saat perang Aceh sedang panas-panasnya, Pang Tibang pada 1879 ditunjuk Sulthan untuk menggalang dukungan dari luar negeri untuk melawan armada perang Belanda. Namun ianya malah berbalik bergabung dengan Belanda dan menyerang Aceh. Hingga saat ini umpatan Bijeh Pang Tibang (benih Pang Tibang) dalam masyarakat Aceh kerap dilontarkan untuk mengutuk seseorang yang telah di tuduh berkhianat.


img source

Di era postkolonialisme, timbul lagi sebuah istilah khusus bagi pengkhianat. Istilah tersebut adalah Cuak. Istilah cuak mulai dikenal luas pada masa perjuangan kemerdekaan Aceh yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka meletus. Istilah ini merujuk kepada orang Aceh yang menjadi Tenaga Pembantu Operasi (TPO) yang menjual informasi kepada serdadu Indonesia.

Aku memulai artikel ini dengan bercerita soal perilaku pengkhianatan bukan tanpa alasan. Betapa di era belakangan ini tuduhan sebagai pengkhianat begitu mudahnya kita lontarkan. Asal sudah tidak sejalan, maka jari kita dengan mudahnya diarahkan kepada orang lain dengan tuduhan cuak. Dan aku sadar betul, menulis artikel ini berarti membuka peluang bagiku untuk diserang dengan tuduhan semacam itu. Tapi bagaimanapun resikonya, mari kita mulai.

Steemian yang budiman,

Setelah kemarin aku menanggapi gagal pahamnya bang Bustami (@taministy) soal perilaku harimau, pada kesempatan ini aku akan kembali mencoba menanggapi beliau yang satu ini. Soalnya,bang tami ini bikin aku gemez dan KZL deh! jika ingin tahu alasanku, baca sendiri postingannya yang berjudul Haruskah Kita Saling Melapor Konten Plagiat di Steemit?. Jangan takut, klik aja tautan yang tertera di atas. Bukan phising kok, mana mungkin aku se-pukimak itu.


img source

Dalam postingannya bang Tami membahas penting tidaknya melapor kepada @cheetah atawa @steemcleaner perihal perilaku plagiat. Ia sendiri merasa tidak perlu sebab mengaku dirinya bukan petugas partai. Eh, anu... Maksudku bukan petugas steemcleaner. Jadi tak perlu dirinya bersusah-payah melakukan aduan bila ianya menemukan konten plagiat atau semacamnya di steemit. Dari sini aku jadi menerka-nerka, seperti apa jalan pikiran bang Tami ini?

Jujur saja, hingga kali kedua aku menanggapi postingannya aku belum sekalipun bertemu muka dengan bang Tami. Jadi jangan dianggap aku punya dendam kesumat dengan dirinya. Aku menanggapi artikelnya murni atas dasar keinginan berdiskusi dan bertukar pikiran. Aku merasa budaya berdialektika di steemit ini perlu, sebagai salah satu upaya mencerdaskan masyarakat penggunanya. Jadi jangan dikit-dikit marah ya, kalau ada saling bantah pendapat. Yang paling penting bantah-membantah itu harus dilakukan dengan cara-cara yang wajar dan atas dasar kebenaran.

Kembali ke pokok pembahasan. Membaca pendapat bang Tamy, aku jadi ingin bertanya sesuatu. Apa yang abang rasakan jika buah pikiran abang suatu kali di jiplak orang dan diklaim itu punyanya? Atau begini sederhananya, apa yang abang lakukan jika melihat sepeda motor abang dibawa kabur orang? Jangan jawab lapor polisi sebab itu bertentangan dengan apa yang abang katakan sebelumnya.

Nah bang tami, perilaku plagiarisme itu tidak ada bedanya dengan pencurian. Dan yang namanya pencurian, dibelahan dunia manapun tentu di anggap sebagai kejahatan. Dalam dunia hukum, tindak pidana itu terdiri dari kejahatan dan pelanggaran. Penafsiran pelanggaran ini berbeda-beda dalam setiap negara. Misalnya mengemudikan kendaraan di jalur kanan adalah pelanggaran di Indonesia tapi tidak demikian di eropa sana. Tapi yang namanya kejahatan, dimanapun sama saja tafsirannya. Membunuh dianggap sebagai kejahatan baik di Indonesia ataupun Amerika. Begitupula dengan mencuri.

Jadi adalah salah kaprah jika menganggap tidak perlu melapor jika melihat ada pencurian konten di steemit. Sama tingkat kesalahannya dengan tidak melapor polisi jika melihat adanya pencurian di depan mata kita. Bahkan dalam hukum pidana, hal tersebut bisa menyeret bang Tami ke meja hijau dengan tuduhan "mengetahui tapi tidak melaporkan". Taik kucing dengan alasan bahwa yang dicuri itu bukan karya saya. Sebab dengan alasan begitu bukankah berarti kita hanya peduli pada diri sendiri dan menafikan adanya orang lain disekitar kita?


img source

Lalu pandangan melapor konten sahabat atau orang yang kita benci yang diutarakan bang Tami sangat tidak sejalan dengan logika berfikirku. Sebab yang dilapor itu adalah konten yang di curi beserta barang bukti. Buktinya apa? ya sumbernya. Dari situs mana konten tersebut di kutip tanpa menyertakan sumber. Mengenai pelakunya, siapapun dia bahkan jikapun teman sendiri maka jika sudah mencuri berarti dia pencuri. Jadi jangan menganggap steemcleaner dan cheetah itu tempat melaporkan konten orang yang kita benci, sebab sebenci apapun jika orang yang kita lapor tidak melakukan plagiasi maka membuat sejuta laporanpun tetap tidak ada arti.

Sampai di sini, mungkin sebagian pembaca sudah tidak sabar ingin memaki-maki dengan kalimat biet-biet biek Pang Tibang atau aneuk nyoe cit cuak paleh di kolom komentarku. Tapi saranku, sebentar dulu. Jangan terlalu cepat emosi seperti itu. Kan sudah dari awal kukatakan aku menulis artikel ini sebagai sarana tukar pikiran. Jadi jangan cepat menyerang pribadi apalagi sampai menjustifikasi seseorang dalam diskusi jika pendapatnya belum mampu kau bantah.


img source

Bang Tami yang rupawan,

Walaupun hingga saat ini aku pribadi belum pernah menggunakan fasilitas pengaduan yang dibuka steemcleaner, bukan berarti aku akan diam saja melihat ada pencurian karya di steemit ini. Mungkin bang Tami bisa melihat akun @novrizaljuanda atau @kpsfhunmuha yang mencuri konten semaunya lalu di posting kembali olehnya. Mengetahui ianya - yang pada dasarnya adalah temanku juga - melakukan hal yang memalukan itu, aku tidak segan-segan memperingatinya lewat kolom komentar. Bukan karena aku tidak mau melaporkan ke steemcleaner, tapi karena memang baru setelah membaca postingan bang Tamy aku tahu caranya. Untuk ini, aku berterima kasih kepada informasi yang telah bang Tami bagikan.

Soal pencurian karya, mungkin bang Tamy bisa sesekali bertanya kepada teman-temanku di komunitas @kanotbu sudah sesering apa karya mereka di jiplak tanpa izin. Jika kemudian mereka hanya diam, itu bukan berarti karena mereka tidak marah. Tapi mereka menganggap itu adalah sebagai sedekah. Sedekah bagi mereka para fakir gagasan. Dan meski tidak memperlihatkannya kepada umum, pelaku pencurian itu tetap di beri peringatan oleh mereka.

Oleh karena itu, jalan diam yang Bang Tamy pilih sebagai sikap atas perilaku plagiasi yang dilakukan oleh orang-orang adalah sikap tidak saling menghormati sebagai sesama pengkarya. Bang Tamy tidak ambil pusing jika ada karya orang lain dicuri dan hanya peduli jika yang di plagiat adalah karya bang Tamy. Apa jadinya jika semua orang berfikiran seperti itu? aku tidak sanggup membayangkan bang!

Tapi bagaimanapun itu adalah hak Bang Tamy. Dan meski sikapku bertentangan dengan sikap abang aku tidak akan pernah memaksa abang bersikap sama sepertiku. Bagiku bang Tamy, perilaku plagiasi adalah sesuatu hal yang memalukan dan termasuk dalam kejahatan. Negara saja sudah melindunginya dengan menerbitakan Undang-Undang tentang hak cipta. Dan bagiku pribadi, mengetahui dan membiarkan suatu kejahatan itu terjadi adalah kejahatan itu sendiri. Meski karena sikapku itu aku menjadi dimusuhi dan tidak populer, aku tidak pernah menyesal melakukannya. Karena sebagai seseorang yang dididik dalam budaya ke-Acehan yang kental oleh kedua orang tuaku, aku selalu diajarkan untuk tidak takut kehilangan popularitas untuk sesuatu yang lebih besar, yaitu kebenaran!

Sekian dulu artikelku ini, dan mari berdiskusi.


Meureudu, 19 April 2018
Salam Hangat

@senja.jingga

Sort:  

Kita sebut saja postingan pembanding, begitu bg ya. Tetapi dalam postingannya bg Tami sendiri sudah mengatakan "asal dia jangan diganggu" untuk jawaban pertanyaan abg "bagaimana kalau buah pikiran bg Tamy yang dijiplak orang ?" Secara umum mengenai tulisan abg ini saya salut, dengan gamblangnya abg menekankan plagiarism harus diberi pelajaran. Saya setuju, karena beberapa hari ini saya berselancar di steemit dan menemukan beberapa kontent yang disambangi cheetah eh malah ngucapin terimakasih dan membuat postingan lain yang kasusnya sama, di cheetahin lagi. Kesal benar kita kok dengan pedenya malah ngulangin. Gitu bg

Kalau aku pribadi melihatnya seperti ini, sebagai sesama kreator konten kita tentu paham seperti apa rasanya menuangkan gagasan kedalam tulisan. Dan oleh karena itu, setiap ada perbuatan plagiasi maka kewajiban kita sebagai sesama untuk saling memberi 'warning' baik kepada pemilik karya ataupun kepada pelaku plagiat. Sederhananya, kita hargai orang, orang akan menghargai kita. Kita jaga kawan, kawan jaga kita. Kan gitu dia?

Sepakat bg..

merdeka sejak dalam pikiran , memang droneu luar biasa

Biasa di luar din... Hahaha

Loading...

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by senja.jingga from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Jika melaporkan kejahatan adalah pengkhianatan, maka...

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.14
JST 0.029
BTC 56948.01
ETH 3056.88
USDT 1.00
SBD 2.40