Padangsidimpuan pada Suatu Hari..
Kemarin, atas izin Rabb, tentu saja, langkah ini kembali menjejak sebuah kota lain. Kota yang baru pertama kali saya kunjungi. Kotanya tidak sepi, tidak juga terlalu sesak. Cukup pantas dijadikan tempat untuk bepergian sekedar melihat wajah Indonesia dari sisi lain.
Adalah Padangsidimpuan. Sebuah daerah yang terletak di ujung utara Danau Toba. Kota yang mungil namun terus berbenah ini adalah wajah lain Sumatera Utara. Letaknya hanya berjarak 4 jam dengan Sumatera Barat. Tujuan kami kemari adalah untuk merajut silaturrahim dengan keluarga besar dosen yang sedang menggarap penelitian tentang Danau Toba bersama saya.
Sebelum sampai di pusat kotanya, kami melewati beberapa daerah yang cukup asri dan indah di sepanjang jalan. Mulai dari daerah bernama Panyabungan, Tarutung, hingga Siabu. Semua daerah tersebut adalah tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Oleh sebab itulah saya menikmati setiap detik yang terlewati di sana.
Padangsidimpuan adalah daerah yang pas untuk menghabiskan masa tua. Tentu ini menurut saya. Selain daerahnya yang cenderung sedang (tidak panas dan tidak terlalu dingin), Padangsidimpuan juga daerah perdagangan. Di sini kita bisa temukan "pasar mingguan" di beberapa titik. Ini menandakan daerah ini memang bisa disebut pusat perdagangan di ujung utara Sumatera Utara.
Kebetulan kemarin kami singgah di pusat pasar Padangsidimpuan. Di sini kita bisa menemukan para pedagang yang beragam, mulai dari penjual kue dan makanan khas Padangsidimpuan, hingga penjual peci untuk keperluan salat. Dan yang paling asoy dari itu semua adalah di sini juga terdapat mie aceh.. 😂
Jika dilihat sepintas, Padangsidimpuan hampir mirip dengan Takengon. Letaknya yang diapit oleh jajaran Bukit Barisan nyaris mirip dengan Takengon yang juga dikelilingi bukit-bukit indah. Tapi bedanya adalah, di sini tak ada Danau Lut Tawar. Yang ada hanya pedagang yang jago tawar-menawar.
Kami tiba di sini pukul 14.00 WIB. Dan udara rada-rada panas meski tak menyengat. Saya kebingungan mencari apa di pasar ini. Akhirnya saya ikut pak dosen yang ingin mencari jam tangan. Kami masuk ke sebuah toko dan mulai mencari jam tangan. Setelah menemukan pilihannya, kami pergi mengelilingi kota Padangsidimpuan berjalan kaki.
Setelah melihat beberapa lekuk kotanya, jujur saja, kota ini tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Istanbul, kota impian yang terus saya idamkan. Lantas saya berdamai dengan keadaan, bahwa, membandingkan sesuatu hanya untuk mengubur kecewa atas nama kegagalan adalah sebuah kesalahan.
Akhirnya saya kembali menikmati perjalanan ke Padangsidimpuan tanpa membandingkannya dengan kota lain. Tentu saya bisa melakukannya setelah bernegosiasi dengan jiwa dan hati yang masih kurang tegar. Tapi beginilah hidup. Kadang sesuai dengan harapan, esok lusa ia menjelma menjadi harap yang tak kesampaian. Demikianlah, sahabat Steemian. Salam literasi.
Regards
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/9cdhjc7
Ternyata @samymubarraq ingin kuliah di Turki, ya? Saya sejak kecil ingin ke Turki meski bukan untuk kuliah. Ingin ke Istanbul setelah baca buku sejarah kejatuhan Konstantinopel dan buku Karl May alias Kara ben Nemsy (nama di buku itu yang berhasil diingat) sewaktu kecil dulu. Semoga cita-cita kita terwujud.
Sangat, Bang @ayijufridar.. Sekolah ke sana adalah mimpi yang terus saya rawat hingga lupa. Saya juga kagum dan tak bosan-bosannya berbicara tentang Turki, terutama sejarah peradabannya yang megah itu. Selebihnya saya suka Orphan Pamuk, dan tentu saja Jalaluddin Rumi. Aminn.. Semoga suatu hari kita bisa ke negeri dua benua itu ya, Bang Ayi.. Aminn.. :)