Ada Pesan dalam Ocehan Si Kakek

in #indonesia6 years ago

Suatu malam lepas Isya, sementara kami menikmati kopi di Check Yuke pinggir kali, seorang yang tidak kami kenal datang. Ia berdiri persis di samping meja kopi. Tatapannya menyapu seluruh wajah-wajah yang duduk semeja. Nampak ia tidak hendak duduk, ia masih betah tegak walau usianya sudah tidak muda lagi. Itu nampak dari keriput kulit yang membalut badannya.

Kuajak ia duduk untuk minum kopi, ia menolak. Kutawar ia nasi goreng, ia pun enggan. Mulutnya terus saja komat-kamit tanpa kudengar suaranya, hingga aku tidak faham entah apa yang ia hendak sampaikan padaku. Setelah semua tawaran ditolak, seorang teman menawarkan sebatang rokok. Si Kakek menunjuk kotak Marlboro di ujung meja. Sebatang ia raih, tapi ia menunda menyulutnya.

Malam itu Si Kakek yang mengenakan peci hitam, dipadu koko kuning dan sarung yang terlihat kumal pun melanjutkan monolognya. Sedikit menyimak, aku menduga kalau ia mengoceh seputar konflik yang pernah terjadi di Aceh. Entah karena alasan apa, temanku kembali mengajaknya duduk di kursi sebelah. Kali ini Si Kakek yang menerima tawaran dan segera mengambil tempat di sebelah temanku.

Sekejap lalu, Si Kakek ingin menyulut rokok yang sedari tadi ia jepit dengan telunjuk dan jari tengahnya. Ia meminta pemantik. Bergegas temanku mengambil pemantik dan dengan suka rela menyulut rokok yang sudah terselip di bibir Si Kakek. Perlahan sekali, tapi agak dalam Si Kakek menghisap rokoknya. Sepintas lalu ia menghela nafas seiring dengan kepulan asap rokok pertama yang keluar dari mulutnya.

Sungguh kami tidak tahu siapa sebenarnya Si Kakek yang datang malam itu. Walau begitu, bagi kami Si Kakek tetap saja harus kami layani mengingat tidak ada orang lain yang ia hampiri.

Marlboro di tangan kakek sudah hampir setengah dihisapnya, dan mulutnya masih saja tetap komat kamit. Lagi-lagi sungguh aku tidak jelas mendengar apa yang ia katakan. Sesekali ia mengiyakan pada sahabatku yang terlihat betah duduk di sampingnya. Kurasa tidak ada jeda Si Kakek bicara. Walau samar, tapi kelihatannya apa yang ia sampaikan adalah sesuatu serius.

Abu hana neuwo,” tanyaku mengisi perbicaraan. “PohPoh padit ka?,” kakek balik tanya. “KaKa poh siploh lewat,” jawabku. “OoOo..mantong awai that,” terang Si Kakek. Aku hanya tersenyum dan tertegun mendengar jawabannya. Usai menjawab lelaki tua itu terus melanjutkan ocehannya, tidak semenit pun kulihat ia berhenti. Jelang tengah malam itu, kupikir masih terlalu banyak hal yang mesti ia sampaikan.

Tapi, entah karena alasan apa, Si Kakek seperti hendak berniat pulang, begitu nampak dari bahasa tubuhnya. Ia menyalami kami orang perorang, pertanda ia orang yang faham akan budaya. Pun demikian masih sempat ia bertutur sendiri sebelum ia balik badan dan berjalan menyusuri aspal pinggir Krueng Aceh. Entah kemana ia pulang aku pun tidak tahu. Selepas ia pulang,

Cerita teman padaku, ada penggal kalimat yang ditangkap dari pembicaraan Si Kakek. “Bahwa pernah suatu masa kita saling membunuh, dan itu masih terjadi hingga detik ini”.

@pieasant

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63183.53
ETH 2643.93
USDT 1.00
SBD 2.78